Sepeninggal Bram, Vira menangis tersedu sedu. Perlahan dia bangkit dan dengan terhuyung huyung dan dia berjalan keluar kamar Bram.
Dengan berpegangan pada pegangan tangga, dia berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah.
Vira di sambut Nancy yang kebetulan melihatnya. Nancy memeluk Vira erat. Vira menangis di dalam pelukan nancy.
"bibi..." ucap Vira memeluk Nancy dan menangis.
"Sabaaar non", ucap Nancy mengelus punggung Vira.
"Vira dah nggak kuat bi... Vira mau nyusul ibu aja." ucapnya sedih.
"Sabar non, jangan bilang seperti itu. Non Vira masih punya bibi" ucap Nancy menenangkan Vira.
Vira terus saja menangis di pelukan Nancy. Nancy membiarkannya meluapkan semua kesedihannya.
Tiba tiba Vira kembali pingsan. Nancy panik dan memanggilnya paman Danu.
"Paman...tolong....tolong....." ucapnya berteriak.
Pengawal dari depan langsung masuk dan mendapati Vira sudah terkulai lemas dalam pelukan nancy.
"Tolong saya, tolong bantu angkat. Non Vira pingsan." ucap nancy panik.
Para pengawal mengangkat tubuh Vira dan membawanya kembali ke dalam kamar Bram. Mereka takut jika Bram nanti akan memarahi mereka, kalau Vira tidak di bawa balik ke dalam kamarnya.
"Cepat telpon tuan Bram" perintah paman Danu pada pelayan yang lain.
"Ada apa?" jawab Bram begitu mengangkat telponnya
"Tuan, non Vira pingsan." ucap Mira pelayan rumah Bram.
"Bawa segera ke rumah sakit." ucap Bram.
Nancy dan Danu membawa Vira ke rumah sakit. Bram juga segera berangkat ke rumah sakit bersama dengan Henry.
Lima belas menit kemudian, mobil yang membawa Vira sudah sampai di rumah sakit dan Vira sedang ditangani di UGD. Nancy dan Paman Danu menunggu di luar.
Tak berapa lama kemudian Bram datang bersama Henry. Langkahnya cepat dengan wajah yang sulit diartikan. Entah apa yang dia pikirkan hingga dia bisa sampai di rumah sakit.
"Tuan, nona Vira sedang di tangani di dalam" ucap Danu.
"Bagaimana ini bisa terjadi?" bentak Bram marah.
"Tadi non vira turun ke bawah dengan terhuyung huyung, dia mau kembali ke kamarnya, saat saya memapahnya tiba tiba non Vira pingsan." jawab Nancy.
"Siapa yang mengijinkan nya keluar dari kamar ku?" ucap bram marah.
Belum sempat nancy menjawab. Pintu ruang UGD terbuka. Dokter keluar dari dalam ruangan.
"Siapa keluarga pasien" ucap dokter Niko. terlihat dari papan nama di bajunya.
"Bagaimana keadaannya dokter?" tanya Bram.
"Tuan walinya?" tanya dokter Niko sedikit mengerutkan keningnya. Tidak mungkin Bram adalah orangtuanya.
"Saya Om nya dokter", jawab Bram.
Semua terperanjat mendengar pengakuan Bram. Selama ini dia tidak pernah mau mengakui Vira sebagai keponakannya. Dan dia selalu menyebut Vira sebagai anak pembawa sial.
Dokter Niko memandang Bram, dan berucap. "Mari ikut dengan saya, ada yang ingin saya bicarakan."
Bram mengikuti langkah dokter Niko memasuki ruangannya .
"Silahkan duduk?" ucap dokter Niko ramah.
"Boleh saya tahu bagaimana hubungan bapak dengan pasien?" tanya dokter Niko hati hati.
Bram terkejut mendengar pertanyaan dokter Niko. Untuk apa dia mempertanyakan hubungan ku dengan yome. Bathinnya.
"Maaf, jika pertanyaan saya sedikit pribadi. Tapi ini ada hubungannya dengan penyakit yang di derita pasien. Saat ini pasien sedang menderita depresi." ucap dokter Niko.
Dokter Niko berhenti sejenak sebelum kemudian melanjutkan ucapannya.
'' saya sebenarnya tidak bermaksud ikut campur dengan hubungan antara anda dengan pasien. Namun keterangan anda sangat membantu saya untuk memberikan terapi terbaik agar pasien segera sembuh.
Saat ini dia sangat tertekan. Dan sepertinya keinginannya untuk sadar, dan kembali sehat sama sekali tidak ada." ucap dokter Niko.
Bram terperanjat mendengar penuturan dokter Niko. Yome depresi dan Itu semua disebabkan olehku.
"Oleh karena itu keterangan anda sangat membantu saya, atau mungkin dia memiliki masalah di sekolahnya?" tanya dokter Niko lagi.
"Apakah tidak ada cara untuk mengobatinya, dokter?" tanya Bram. Dia enggan menjawab pertanyaan dokter Niko.
"Untuk sementara kita tunggu hingga dia sadar. Dan saya sudah mengupayakan semaksimal mungkin. Kita lihat setelah dia sadar nanti. " jawab dokter Niko.
Bram berdiri dan melangkah keluar dari ruangan dokter Niko.
Dokter Niko hanya mendesah. Seperti nya ada sesuatu yang disembunyikan oleh Bram.
Bram berjalan masuk ke dalam ruang perawatan Vira. Vira tergeletak dengan selang Infus di tangannya. Terlihat wajahnya pucat, matanya tertutup rapat, dan bibirnya sedikit kebiruan.
Bram berjalan mendekat kearah Vira, Nancy yang melihat tuannya mendekat, segera berdiri. "Tuan, tolong jangan siksa non Vira lagi." ucapnya memohon dan mengatupkan kedua tangannya.
"Pulanglah, dan ambil beberapa pakaian gantimu dan juga yome. Kau akan merawat nya mulai besok pagi. Malam ini biarkan aku disini yang menjaganya." ucap Bram.
"Tapi tuan?"
"Aku tidak perlu mengulanginya, bukan?" ucap Bram lagi.
Dengan langkah berat Nancy keluar ruangan dan menutup pintunya.
"Paman!" panggil Bram.
"Ya tuan."
"Kau pulanglah bersama nancy dan bawakan baju ganti ku kesini besok pagi. Malam ini aku yang akan menjaga nya disini." ucap Bram.
"Baik, tuan." jawab paman Danu.
Paman Danu sedikit heran dengan perubahan sikap tuannya. Sudah dua kali dia merawat dan menjaga yome. Padahal dia selalu saja berkata kasar dan menghinanya.
Bram membuka jasnya, melonggarkan dasinya. Dan menggulung kemejanya hingga ke lengannya.
Bram duduk di samping yome dan terus memandang wajahnya. Menggenggam erat tangan mungil yome. Yang sangat kontras dengan ukuran tangannya yang besar.
Senyum kecil muncul di bibir Bram. Selama ini dia sangat membenci gadis kecil dihadapannya ini, namun saat ini, saat mendengar dia sakit, Bram merasa khawatir dan takut kehilangan nya. Hatinya terasa diremas saat mendengarnya.
Rasa kantuk mulai menghampiri Bram, hingga akhirnya dia ikut tertidur dengan tangan masih menggenggam tangan yome. kepalanya tergeletak di tepi ranjang disebelah kepala yome.
...****************...
Pagi menjelang, ditandai sinar matahari yang masuk dan menembus tirai.
Bram bangkit dan menuju kamar mandi, dia segera mandi dan mengganti pakaiannya yang sudah dibawa oleh Nancy dan Henry. Tadi pagi pagi sekali mereka telah datang dan membawa baju gantinya.
Setelah semua siap, Bram melirik jam di tangannya, sudah pukul tujuh Bram bersiap berangkat ke kantor.
Dipandangnya wajah yome, kemudian dia mulai melangkah menjauh. Baru beberapa langkah. Bram berbalik dan kembali ke arah yome, menunduk sedikit dan mencium keningnya. Setelahnya dia melangkah keluar ruangan tanpa menoleh lagi kebelakang.
Vira membuka matanya saat dia sudah tidak mendengar suara sepatu Bram.
Vira sendiri sangat terkejut dengan sikap Bram. Bram yang selalu saja berkata tajam dan menghinanya, hari ini pertama kali dalam hidupnya, Bram menyayanginya dan mencium keningnya. Hati Vira menjerit, senang dan sedih sekaligus.
"Nona sudah bangun?" panggil Nancy menyadarkan Vira dari lamunannya.
Nancy yang menyadari perubahan air muka Vira berucap.
"Saya juga tidak menyangka sikap tuan muda berubah. Semoga tuan muda sudah bisa menerima nona muda sebagai keponakannya. Dan mulai menyayangi nona." ucap Nancy.
Airmata yang sedari tadi dibendung oleh Vira, jatuh dengan deras mendengar penuturan Nancy.
Apakah yang diucapkan nancy benar? Mungkinkah Bram sudah bisa menerima dirinya???
Like dan vote sebanyak banyaknya, biar mamie semangat up nya.
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Neulis Saja
i don't agree yome Marry with Bram
2023-03-23
0
Ida Lailamajenun
mendgn pingsan nya agk lama Vira nya jd Bram nya cepat insaf tu jd gk kasar" lagi ma Vira
2022-03-04
0
🔻⭐™❌-hugo bless⭐🔹
Thor..... aku menangis, sampe anak ku bertanya napa mama menangis....
isshh... padahal mamanya menangis gegara baca cetitanya s Athor yg banyak mengandung bawang merahnya huaaaa... 😢😭😭.
kasian s viranya.
2021-12-12
0