Bram kembali ke kamarnya setengah jam kemudian.
Vira masih terbaring lemah diatas tempat tidur. Nancy masih menungguinya.
"Bibi, tinggalkan dia biar aku yang menjaganya." ucap Bram.
Nancy terkejut, dia sungguh tidak percaya kalimat tersebut keluar dari mulut Bram. Karena dia tahu selama ini Bram menyiksa Vira lahir dan bathin.
"Tuan, maafkan saya, biar non Vira dengan saya saja. Kasihan non Vira tuan, non Vira demam." ucap Nancy hati hati.
"Aku tahu apa yang akan aku lakukan Bi, jangan khawatir aku tidak akan membunuhnya. Dia tidak boleh mati secepat itu." jawab Bram
Nancy semakin sedih mendengar jawaban Bram.
"Tuan, non Vira sudah cukup menderita. Tolong jangan siksa dia lagi. Ka...kalau tuan tidak berkenan non Vira disini biar non Vira pergi dari sini tuan. kasihan non Vira. saya sungguh tidak tega." ucap nancy
"Bi, Jangan melewati batasan mu. Selama ini aku sudah menganggap bibi seperti ibuku, bukan berarti bibi bisa sesuka hati memarahiku atau mengatur diriku. Aku tahu apa yang aku lakukan Bi." bantah Bram semakin kesal.
Nancy sedih mendengar ucapan Bram. Benar jika selama ini Bram sangat baik padanya, karena dialah yang merawat Bram sejak kecil.
"Aku sadar dan aku tahu akan posisiku tuan Bram yang terhormat," ucap nancy membuat Bram terkejut. Bram tidak bermaksud menyakiti hati wanita yang telah membesarkannya ini.
"Saya cuma tidak mau anda menyiksa orang yang tidak bersalah. Apa anda tahu tuan, hampir setiap malam non Vira menangisi kepergian ayah dan ibunya dan berharap bisa ikut dengan mereka.
Apa tuan tahu, setiap dia sholat yang dia doakan adalah kebaikan tuan. Dan yang paling membuat saya sedih, non Vira selalu berharap suatu saat tuan berubah dan bersikap baik kepadanya. Sungguh sedih melihatnya, harapan nya hanya sederhana, namun itu mustahil. Saya tidak bermaksud menggurui tuan, apa lagi mengatur hidup tuan. Namun satu pertanyaan saya, Apa tuan bahagia melihat non Vira menderita? Apa yang anda dapat dan rasakan di hati anda setelah menyiksanya. Dia hanya anak kecil yang berhati tulus dan berharap di cintai oleh anda. Setidaknya dia merasakan kasih sayang, walau hanya sebatas paman."
"Tapi dia bukan keponakan ku, dia orang yang menyebabkan kakak ku meninggal???
"Tapi dia juga kehilangan ibunya!!!! Dia kehilangan orang yang paling dia sayang ,kasih sayang, dan tumpuannya bahkan di umurnya yang masih sangat muda. Dia sebatang kara, dan dia tidak tahu apa apa. Maafkan saya tuan, tapi menurut saya anda tidak punya hati. Hati anda membatu dan ditutupi oleh dendam yang tidak tahu kemana akhirnya. Saya permisi, tuan." ucap nancy meninggalkan Bram yang diam dan berpikir.
Setelah nancy pergi, Bram duduk di sebelah ranjang Vira.
Bayangan kematian kakak kesayangannya, penderitaan Vira serta siksaan yang kerap dia lakukan, berputar di kepalanya bagai menonton sebuah drama Korea.
Bram tidak sadar menyentuh kepala Vira, dia demam bathin Bram.
Diambilnya kompres di atas kepala Vira, di celupkan ke air hangat di dalam baskom, dan diletakkan kembali ke kepala Vira.
Lama dipandanginya wajah keponakannya itu, hidung mancung, wajah bulat, alis tebal kulit putih dan bibirnya tipis pucat. namun tidak menutupi kecantikan nya.
"Aku tidak sadar jika kau sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik." gumannya pelan.
Bram kembali mengganti kompresnya saat dia rasa airnya sudah dingin.
Tiba tiba Vira meracau dan tubuhnya menggigil. Bram bingung, mau menelpon dokter Barus, dia masih kesal akan ucapannya tadi.
Setelah berpikir sejenak, Bram naik keatas ranjang dan masuk kedalam selimut, Menarik dan memeluk Vira erat.
Vira yang awalnya kedinginan, berangsur membaik. Tubuhnya sudah tidak menggigil lagi. Tak berapa lama kantuk pun menyerang dan Bram ikut terlelap.
...****************...
Pagi menjelang, Bram sudah membuka matanya, pandangan pertama yang dia lihat saat membuka matanya adalah wajah Vira.
Vira masih tertidur pulas di dalam pelukannya. Wajahnya polos, imut dan entah mengapa sesuatu di dalam diri Bram bergolak. Dipandangi nya wajah polos Vira mulai dari alis, mata, hidung, dan berakhir di bibirnya yang terlihat pucat. Cantik, gumamnya pelan.
Bram baru menyadari jika anak yang selama ini dia benci telah berubah menjadi gadis remaja yang cantik, bahkan sangat cantik.
Bram tetap memeluk erat tubuh mungil Vira. Di rabanya kepala vira, demamnya sudah turun. Senyum tipis muncul di sudut bibirnya.
Perlahan mata Vira bergerak, Bram yang melihatnya sadar, berarti yome akan segera bangun. Dengan cepat Bram menutup matanya berpura pura tertidur.
Vira membuka matanya dan mengerjap perlahan. Satu persatu ingatan dan kesadaran nya kembali dan alangkah terkejutnya dia melihat Bram ada di hadapannya. Tidur dan memeluk dirinya erat.
Vira terkejut dan panik. Dia tidur satu ranjang dengan Bram. Bahkan dia di peluk oleh Bram. Berbagai kemungkinan jelek sudah ada berkeliaran di kepalanya. Jangan jangan Bram sudah merusak dirinya disaat dia tidak sadar.
Tangannya bergerak, dan tubuhnya berontak.Vira berusaha melepaskan pelukan Bram.
Karena tubuh Vira yang terus meronta, mau tak mau, Bram membuka matanya.
Kedua mata merykea bertemu, pandangannya saling mengunci rapat. Saling membaca melalui tatapan mata.
Vira yang ketakutan, wajahnya tampak sudah berkaca kaca. Lagipula dia beranggapan jika Bram sudah menodai dirinya. Beberapa detik kemudian air matanya sudah menetes.
Berbeda dengan Vira, Bram justru merasa sesuatu yang berbeda muncul dihatinya saat melihat Vira. Bram merasa ingin terus mendekapnya, dan berada di sampingnya.
"Lepaskan saya, Om?" ucap Vira menangis.
Bram tersadar dan melepaskan pelukannya.
Vira langsung bangkit, namun karena masih sakit tubuhnya terhuyung dan hampir jatuh.
Bram langsung menangkap tubuhnya, jika tidak, dia akan jatuh ke bawah.
"Kau istirahat lah, dua hari ini aku mengijinkan mu libur. Nikmati masa liburmu dan segeralah sembuh. Setelah itu lakukan pekerjaan mu kembali. Aku tidak melakukan apapun padamu, kau tidak perlu khawatir.
"Kenapa kau tidak membiarkan aku mati!" ucap Vira tiba tiba.
Mendengar ucapan Vira, Bram membanting tubuh Vira ke ranjang dengan keras dan menindihnya.
Sungguh kalimat penolakan itu tidak disangka oleh Bram. Dia pikir yome akan sangat berterima kasih karena dia mau merawatnya.
"Belum waktunya kau mati. Aku belum puas menyiksamu. Jangan pernah berpikir untuk melakukan nya lagi, bahkan kematian mu pun harus seijin diriku. Jika kau sampai nekad melakukannya lagi, aku akan menyiksamu lebih kejam lagi." ucap Bram tepat didepan wajah Vira. Setelahnya dia bangkit dan berjalan keluar.
Bukan ini yang Bram mau. Dia mau Vira berterimakasih, bukannya malah membuatnya merasa kesal.
Setelah bicara, Bram keluar kamar dan membanting pintunya cukup keras. Menumpahkan kekesalan nya kan sikap Vira.
Vira menangis tersedu sedu, upayanya untuk bunuh diri gagal lagi, dan dia merasa kecewa.
Ya allah mengapa kau belum juga mencabut nyawaku, dan biarkan aku menemui orangtuaku.
...****************...
Bram masuk keruang kerjanya. Dia masih kesal dengan ucapan Vira yang tidak tahu berterima kasih menurutnya.
Bram menghempaskan tubuhnya di sofa di ruang kerjanya. Duduk bersandar dan berpikir.
Apa yang aku lakukan, mengapa aku menjaga dirinya. bukankah aku sangat membencinya. Tapi kini mengapa aku mengkhawatirkan nya, bodoh kau Bram bodoh. Ingat dia itu penyebab kematian kakakmu.
Bram masih bergelut dengan pikirannya sendiri. Dia menjadi bingung, di satu sisi dia membenci Vira namun di satu sisi dirinya yang lain dia mengkhawatirkan kondisi Vira.
Tinggalkan jejak ya. Jika banyak yang like, komen dan vote. Kita crazy up
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Neulis Saja
ah munafik kau Bram padahal di sisi lain in your deepest heart you already have feelings for yome
2023-03-23
0
Umar
crtnya trlalu halue bnget
2022-10-19
0
Ana Fadhilah Ana
baru kali ini nangis beneran baca novel aku terhanyuttt😅
2022-06-15
0