Ami tidak menjawab karena merasa takut, baru setelah ibunya masuk membawa teh manis Ami mau bicara.
"Mi, ibu dan bapak sayang kamu, kami khawatir ada apa - apa denganmu." Ibu berkata dengan lembut sambil mengelus puncak kepala Ami.
"Jawab pertanyaan bapak mi." Sekarang bapak berkata dengan mode datar dan tidak segarang sebelum nya.
"Kamu punya salah sehingga kamu diam terus seperti patung?" Sekarang bapak nya mulai merasa jengkel.
"huuuuh...."
Ami menghela napas panjang.
"Sebenarnya tadi Ami ketemu mas Andi, dia mau ngelamar Ami." Jawab Ami dengan pelan dan kepala menunduk.
"Kalau mau ngelamar ya kerumah bukan di jalan, gimana tuh anak." Ujar Bapak sambil geleng -geleng kepala.
"Mungkin takut di tolak pak," jawab Ami.
"Lalu jawaban kamu?" Bapak merasa penasaran.
"Ami belum beri jawaban, soal nya Ami masih bingung." Jawab ami dengan malu.
"Menurut bapak, kalau ada yang lamar ya di terima aja dari pada menjanda lama-lama
malu tuh jadi cibiran tetangga." Ujar bapak dengan tegas.
Sementara ibunya hanya diam memperhatikan obrolan keduanya.
"Kapan kamu mau jawab?" tanya bapak.
"Dua hari lagi pak" Ami, mengangkat 2 jari nya. Raut bahagia terlihat jelas.
"Ya udah, selama dua hari ini kamu harus pikir baik - baik ya, mi." Bapak berkata sambil menepuk bahu anak nya. Sedangkan Ami hanya menganggukkan kepalanya.
... Dirumah Andi ...
Andi gelisah gak bisa tidur karena terus membayangkan wajah manis Ami.
Sesekali dia tersenyum dan sesekali dia tampak murung. Bergelayut di hatinya rasa takut Ami menolak cintanya.
...Di kamar Ami...
Seperti hal nya Andi yang terus memikirkan Ami, Ami pun terus membayangkan wajah tampan pria itu. Andi yang berusia 24 tahun dengan tubuh kekar.
Bukan karena rajin ngejim, tapi karena rajin mengangkat beban berat. Resiko pekerjaan nya di desa.
Kulit sawo matang dan wajah tegas yang memikat sungguh macho.
Andi adalah seorang putra saodagar kaya di desa tapi tidak manja, dia sering kali turun ke sawah ikut membantu pekerjaan para petani bawahan ayah nya.
Sebenarnya Andi lulusan sarjana pertanian, dia gak mau mengambil kerjaan kantor apalagi harus tinggal di kota yang bising dia lebih memilih tinggal di kampung bersama orang tua nya.
Sebenarnya banyak gadis desa yang menyukainya, tapi Ami yang beruntung di sukai oleh Andi meski sudah janda.
Ami membayangkan Andi jadi suami nya dan senyum senyum sendiri. Hingga akhirnya terlelap dalam mimpi indah nya.
...2 hari kemudian...
Sejak pagi, Ami sudah sibuk di kebun membantu bapak nya memanen jagung dan ubi. Sementara ibu nya memasak di dapur untuk kemudian diantar kan ke kebun.
Tak terasa waktu sudah jam sebelas siang, ibunya sudah sampai di kebun dengan segera mereka makan bersama.
Begitu nikmat makan di atas rumput hijau, di bawah pohon yang rindang dan angin sepoi sepoi membuat cuaca panas terasa sejuk.
Sungguh suasana yang nyaman. Jauh dari kebisingan kota.
Makanan sederhana hanya nasi dengan lauk ikan asin, tahu, tempe, sambal, lalapan, cah kangkung dan kerupuk terasa nikmat hingga makan pun nambah lagi.
"ehm...jadi ngiler nih, siapa yang kepengen makan dengan suasana seperti di kebun Ami ayooo"
...lanjut...
Ami saja sampai 2x nambah, apalagi badan capek Langsung makan aduh jadi mantap.
"Ehmm, nikmat banget Bu makan nya." Ujar Ami sambil mengunyah.
"Ya jelas enak mi, kamu kan udah capek kerja perut lapar pasti kamu ngerasa nikmat." Jawab ibu dengan tersenyum.
"Udah ngobrol nya nanti beres makan, pamali." Bapak menegur ibu dan Ami, yang di tegur langsung mengunci mulut mereka dan meneruskan makan nya dengan lahap.
Mereka pun menghabiskan makanannya, lalu bersandar pada badan pohon, tak terasa tiupan angin membuat Ami tertidur lelap.
Adzan dhuhur berkumandang ibu segera membangunkan Ami untuk shalat, mereka pun pergi ke kamar mandi yang terbuat dari bambu di sekitar kebun, mengambil wudhu dan ganti baju bersih yang sudah di bekal dari rumah lalu shalat berjamaah di gubuk.
Mukena sudah tersedia di sana untuk keperluan shalat jika berada di kebun.
Selesai shalat mereka kembali meneruskan pekerjaan nya memanen jagung dan ubi.
Tak terasa adzan ashar berkumandang.
suara adzan terdengar sampai ke kebun.
Karena tidak jauh dari area kebun ada sebuah mushala yang biasa di jadikan tempat shalat para petani di kampung.
"Udah dulu panen nya, besok kita lanjut. Yuk, bereskan semua biar bapak bawa ke rumah." Perintah bapak sambil memasukan sebagian jagung yang masih berserakan.
"Siap bos, hehehe." Jawab Ami sambil bercanda, sementara ibu sibuk memasukan ubi kedalaman karung.
Sebagian hasil panen di panggul bapak untuk di bawa ke rumah, dan sebagian lagi disimpan dulu ke gubuk untuk di ambil besok nya.
Ami membawa bekas perlengkapan makanan yang sudah di cucinya tadi, dan ibu membawa karung kecil berisi ubi.
Mereka pun pulang, di perjalanan Ami merasa seperti ada yang lupa tapi entah apa dia tidak ingat.
Mungkin karena terlalu lelah bekerja di kebun pikirnya.
Sesampainya di rumah, Ami langsung mandi dan shalat berjamaah dengan orang tua nya. Setelah itu ia tertidur karena lelah.
...Di taman kampung ...
Waktu menunjukkan jam 5 .30 sore, tampak seorang pemuda tegap dan tampan berkulit sawo matang duduk di bawah pohon besar dengan wajah muram.
Bagaimana tidak, sejak jam 4 sore pria itu sudah duduk di sana. Menunggu seseorang yang belum kunjung datang juga.
"Huuh.."
Pria itu menghela nafas panjang
"Apa dia gak akan datang ya? *I*tu artinya mungkin dia nolak aku. Ya udah lah, mungkin ini sudah jadi takdir hidup ku." Gumam pria itu yang tidak lain adalah Andi yang sedang menunggu Ami. Tanpa sadar Andi mencabuti rumput yang ada di depan nya.
"Tapi lebih baik aku tunggu sebentar lagi, mungkin saja dia telat." Gumam nya kembali.
Tak terasa adzan magrib berkumandang, Andi pun segera bangkit dari duduk nya, dengan wajah murung dan langkah gontai dia pergi berlalu dari tempat itu.
Tersirat kesedihan di matanya, air mata yang tak tertahan jatuh di pipinya, segera di usap nya supaya tidak ada yang tahu sakit hatinya.
... Dikamar ami...
Sementara itu, gadis yang di tunggu nya malah lupa akan hal sepenting itu, dia menggeliat dari mimpinya lalu bangun karena mendengar suara adzan magrib.
Dengan segera ia mengambil wudhu dan shalat bersama ibu, karena bapak sudah pergi ke mushala.
Setelah shalat magrib ia terhenyak ingat kalau hari ini ia harus bertemu pujaan hatinya.
Ia Segera minta ijin kepada ibu dengan mengatakan sejujur nya apa alasan nya.
Tampak gadis itu sedih karena sudah melupakan hari penting nya.
"Bu, gimana dong Ami lupa!" Ami merengek.
"Mi, kalau udah jodoh gak akan kemana," ujar ibu.
"Tapi kalau bukan jodoh walau di kejar tetap aja pergi." Lanjut ibunya sambil berusaha menenangkan sambil mengelus rambut indah anak nya.
"Bu boleh kan aku coba datang dulu ke sana, kali aja dia belum pergi?" Ami merengek sebentar, lalu terdiam.
"Ya udah, tapi ibu antar ya," jawab ibu.
"Iya Bu, terima kasih."
Senyuman di bibir mungil Ami mulai merekah dengan lebar nya.
Mereka pun pergi menuju ke tempat yang sudah di tentukan. Tapi tak ada siapapun di sana, karena Andi sudah pulang.
"Mi sabar ya, mungkin dia sudah pulang karena sudah magrib, mungkin besok dia akan berusaha menemui kamu lagi." Ibu berusaha menghibur Ami yang sedang sedih.
"Iya bu, makasih." Meski dengan perasaan sedih dan berat Ami pun pulang.
Bersambung....
..."Terima kasih sudah setia di novel JKVBA ya"...
..."Jangan lupa untuk dukung author dengan like dan vote nya"...
..."hehehe"...
...Kirim juga saran dan masukan nya di kolom komentar...
...Terima kasih...
...salam...
...mirastory...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments