"Gimana gak ketawa Mi, bapak sendiri kok di bilang genderuwo. " Ujar bapak nya sambil geleng-geleng kepala.
"Bapak gak percaya sama Ami ya!" Jawab Ami sambil cemberut.
"Ya udah sekarang kamu berdiri, ayo cepat pulang keburu besar hujan nya," ujar bapak.
"Tuh rok benerin nyangkut di ranting! " Bapak sambil nyengir.
"Hah!" Sekar kaget.
Lalu menoleh kearah bagian belakang rok nya, tampak jelas kalau rok nya nyangkut di ranting dan bukan karena di tarik genderuwo.
Ami pun tersenyum sendiri sembari membetulkan rok nya, lalu berdiri.
"Tuh kan bukan gara-gara genderuwo tapi nyangkut di ranting!" Ledek bapak nya.
Ami hanya bisa tertawa malu.
"Tapi bener loh pa tadi Ami lihat
ada makhluk di bawah pohon beringin itu." Bela Ami.
"Itu bapak mi, tadi bapak mau jemput kamu bapak kamu di bawah pohon sana, supaya gampang liat kamu nya." Jelas bapak.
"Eh, kamu malah lari kocar -kacir!" Ledek bapaknya lagi.
"Tapi kenapa harus nunggu nya di sana segala sih pak." Cibir ami sambil memonyongkan bibirnya kesal.
"Udah jangan menggerutu terus, hujan makin deras!" Ujar bapak nya sambil mempercepat jalannya.
"Tapi kenapa sih kok kamu bisa - bisanya berpikir ada genduruwo?" tanya bapaknya.
"Nggak tau, he..he...! "
Jawab ami sambil nyengir.
"Makanya jangan kebanyakan nonton film horor Jadi parno kan kamu, hehehe." Ledek bapak nya lagi sambil ketawa kecil. Sementara, Ami hanya diam karena malu sendiri.
...****************...
...Akhirnya keduanya sampai di rumah....
"Mi cepat ganti baju, basah gitu!" Ujar ibu, mengingat kan.
"Iya Bu, gara -gara bapak nih telat jemput nya." Lalu Ami pun berlalu masuk kamar setelah sun tangan pada ibu nya. Setelah ganti baju ami menuju dapur.
klotek..klotek...
Suara benda - benda dapur yang beradu
"Cari apa sih Mi?" tanya ibunya.
"Ini ami lapar, nyari makanan." jawab nya.
"Mau mie instan?" tanya ibu nya.
"Mau bu, mau!" Jawab Ami senang.
"Tuh mie nya ada di dalam laci tempat biasa ibu nyimpen makanan kering." Jawab ibu nya sambil menunjuk ke arah sebuah laci kecil yang terpajang di pojokan dapur.
Ami langsung mengambil mie nya lalu mulai memasak nya.
"Ibu sama bapak buatkan juga ya! " Perintah ibu.
"Iya Bu!" jawab Ami.
...****************...
Gadis seusia ami kalau di kota pasti masih duduk di bangku SMA, berbeda dengan ami yang sekolah hanya sampai SD Karena tradisi di kampungnya memang seperti itu.
Gadis gak perlu sekolah tinggi toh ke dapur -dapur juga akhirnya. Memang tradisi di kampungnya masih begitu kolot.
Mie pun matang, ami segera membawa nya ke teras.
Di tengah hujan lebat ami yang hanya anak satu -satu nya yang masih tinggal bersama orangtuanya karena kakak lelaki nya Amar setelah menikah mereka pindah rumah ke desa sebelah.
Di teras mereka menyantap mie kuah panas yang di temani teh manis dan camilan berupa ubi rebus hasil panen di kebunnya sendiri.
Memang tidak seberapa, tapi nilai kebersamaan dan kasih sayang yang membuat semua terasa berbeda.
Lain hal nya di kota yang bising dengan lalu lalang nya suara kendaraan.
Di desa palingan bising dengan suara kodok, jangkrik dan serangga- serangga malam.
Mereka berbincang di sela - sela makan nya.
"Ami merasa sangat bahagia Bu, pak, kita bisa bersama seperti ini." Ujar Ami sambil menyendok mie nya.
"Ibu juga, nilai kebersamaan ini lebih besar nilainya dari pada harta. Andai suatu hari nanti kamu sukses Jangan pernah melupakan kebersamaan ini dan desa kelahiran mu, ya." Nasehat ibu menyentuh ke dalam sanubari Ami.
"Ami gak akan pernah lupa pada ibu, bapak dan desa kita. Ami ingin selalu bersama kalian. " Ami memeluk ibu dan bapaknya erat setelah menghabiskan mie nya dan menyimpan mangkuknya ke dapur.
"Tapi kamu adalah anak perempuan, suatu hari nanti kamu pasti harus ikut suami dan meninggalkan kami." Bapak mengusap lembut rambut Ami.
Ami tak berkata-kata lagi dirinya merasa sangat sedih membayangkan berpisah dengan orang tuanya.
Mereka pun mulai membicarakan banyak hal lain nya agar rasa sedih di hati karena membicarakan perpisahan hilang. Bersenda gurau sampai tertawa terbahak- bahak menjadi cara untuk menghilangkan kesedihan.
Suara mereka memecah keheningan malam dan mengalahkan derasnya suara hujan.
...****************...
Tak terasa malam semakin larut, jam di dinding menunjukkan pukul 12 malam mereka pun menghentikan canda tawa nya, dan segera masuk ke kamar masing -masing untuk meneruskan indah nya kebersamaan di alam mimpi.
Ami segera membaringkan badan nya lalu menarik selimut, dan menutupkan nya ke seluruh tubuh hingga tidak tampak sedikit pun anggota tubuhnya, ami pun terlelap dalam tidur nya.
...Bersambung......
...****************...
...Jika gadis di kota sibuk main hp dan Tik Tokan...
...tidak dengan Ami, sebagai gadis desa yang belum punya ponsel....
...Terima kasih telah membaca kisah nya...
...Salam...
...mirastory...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
zhee Nurhidayah
namanya Sekar apa Aminah
2021-08-01
0
⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔 𝑵𝒂𝒚𝒍𝒂 𝑨𝒊𝒔
banyak kurang faham tentang penempatan tanda bacanya
2021-02-05
0