Teng...! Teng...! Teng...!
Terdengar suara dentingan seperti suara lonceng gereja di zaman dulu. Suaranya terdengar luas. Itu adalah suara yang memulai hitungan menuju ke sepuluh menit ke depan sebelum upacara dimulai. Sepuluh menit ke depan, seluruh warga sekolah harus sudah berbaris rapi di lapangan upacara yang dilanjutkan dimulainya upacara.
Jika upacara hari Senin sudah dimulai atau jam belajar sudah dimulai untuk di hari yang lain, seluruh pintu masuk ke dalam sekolah akan ditutup, sehingga siswa atau guru yang terlambat tidak diperkenankan masuk, kecuali dengan alasan yang kuat.
“Gua udah jamin kok, ularnya sudah bersih,” kata seorang siswa yang sedang menelepon tidak jauh dari pintu keluar parkiran.
Masnaini yang saat itu melintas, terus berjalan sambil sejenak memandangi siswa berambut model kulit durian itu. Karena ada siswi asing yang melihat kepadanya, siswa itu jadi berhenti berkata-kata, tapi matanya tak berkedip memandangi Masnaini. Pandangannya bukan pandangan kagum, tapi pandangan tidak suka karena merasa kata-katanya dicuri dengar oleh Masnaini.
Di saat para siswa mulai berkumpul di lapangan secara berkelompok menurut kelasnya masing-masing, Masnaini pergi ke bagian informasi yang posisinya berada di pintu masuk utama di gedung sekolah yang bangunannya sendiri membentuk letter U.
“Assalamu ‘alaikum, Bu,” salam Masnaini seraya tersenyum kepada wanita muda di belakang meja besar bagian informasi. Meski muda, tapi wajahnya lebih dewasa dari Masnaini sendiri. Masnaini tidak lupa membungkuk ojigi lagi.
“Wa ‘alaikum salam. Ya?” jawab wanita berambut dikucir kuda itu dengan balas tersenyum lalu bertanya. Dalam hati ia merasa lucu, karena baru kali ini ada orang yang membungkuk hormat kepadanya.
“Saya murid baru, Bu. Saya mau ke bagian kesiswaan,” ujar Masnaini.
“Murid baru. Namamu siapa?” tanya wanita itu seraya mengambil pena siap untuk menulis di buku.
“Masnaini.”
“Ruang Kesiswaan ada di lantai dua, Mas. Kamu naik tangga lalu belok kanan. Setelah empat pintu ruangan, itulah ruangannya. Kamu bisa bertemu dengan Bu Nirmala. Namun saran saya, kamu sebaiknya ikut upacara dulu, karena lima menit lagi, semuanya pun ikut upacara. Tas bisa kamu titip di sini dulu, Mas.”
“Panggil saja Aini, Bu,” kata Masnaini.
“Oh, baik. Kamu bisa panggil Ibu dengan nama Linda.”
“Baik, Bu Linda.”
Masnaini lalu menitipkan tasnya.
Tampak puluhan siswa mengalir menuruni tangga menuju ke lapangan. Dalam waktu singkat, ratusan siswa sudah berbaris rapi di lapangan.
“Kamu siswi baru tingkat berapa?” tanya Linda.
“Dua belas.”
“Aini bisa ikut berbaris di bagian baris perempuan yang itu!” tunjuk Linda ke lapangan, ke arah salah satu barisan perempuan. Bagian informasi memang bisa melihat luas langsung ke lapangan.
“Jazakillah, Bu!” ucap Masnaini seraya tetap tersenyum ramah lalu berbalik pergi ke lapangan.
Masuknya Masnaini ke lapangan dan berbaur bersama siswa-siswi lainnya cukup menjadi pusat perhatian. Pakaian muslimahnyalah yang membuat ia tampil beda dari yang lain. Nyaris tidak ada yang semodel dia pakaiannya. Namun, Masnaini sudah terbiasa tampil asing di tengah keramaian demi mempertahankan sesuatu yang sangat prinsip, yaitu berpakaian menutup aurat.
Masnaini memilih berdiri di barisan paling belakang di barisan siswi tingkat 12. Beberapa siswi yang berbaris di depannya menyempatkan diri menengok memandangi Masnaini yang hanya memberi lemparan senyum manis.
Jajaran guru dan staf sudah berbaris rapi di area khususnya. Pasukan Kibar Bendera Merah Putih sudah siap satu pasukan, bukan tiga orang, tapi 22 orang siswi. Sama seperti Paskibra, kelompok paduan suara dan marching band merupakan petugas tetap yang terdiri dari gabungan berbagai kelas dan tingkat.
Dalam hal upacara, SMA Gemas juga menunjukkan kelas keelitannya. Hal itu terlihat dari lengkapnya berbagai unsur utama dan penunjang sempurnanya pelaksanaan upacara bendera. Bukan hanya petugas yang terlihat begitu tertib dan disiplin, tapi barisan para siswa secara umum rapi dan tertib dari baris depan hingga belakang, laksana barisan pelajar akademi kemiliteran.
Sejak tahun ajaran ini, pelaksanaan dan format upacara SMA Gemas menjadi percontohan bagi berbagai sekolah negeri dan swasta asal Jakarta dan sekitarnya, bahkan ada yang berasal dari luar Pulau Jawa.
Upacara dimulai dengan lancar.
“Kepada, Pembina Upacara, hormaaat..., grak!” pekik Pemimpin Upacara. Petugas Pemimpin Upacara adalah seorang pemuda yang tidak lain Ronin.
Serentak semua menaikkan tangan kanan ke sisi kanan dahi memberi hormat, kecuali pembawa nampan bendera merah putih.
Kali ini pembina upacaranya adalah Ketua Yayasan Gema Emas, Prof. Dr. Saduya Renta Buana, MM., seorang pakar di bidang manajemen. SMA Generasi Emas adalah salah satu lembaga yang berada di bawah pengelolaan Yayasan Gema Emas.
Sosok Profesor Saduya adalah seorang pria berusia 61 tahun berbadan kurus berkulit putih. Meski seorang profesor, tetapi rambutnya tumbuh lebat dan disisir rapi menyamping dengan warna yang sudah memutih sebagian.
Saat penghormatan itu, Masnaini melihat satu hal yang mencurigakan. Dari baju seragam seorang siswi yang agak dikeluarkan dari lingkaran pinggang roknya, keluar sesuatu yang berbentuk panjang lalu jatuh secara utuh ke lantai lapangan. Masnaini terkejut dalam hati saat meyakini benda panjang seperti tali besar itu bergerak meliuk. Jelas itu adalah seekor ular yang kemudian merayap di antara kaki-kaki siswi.
“Tegaaak..., grak!” pekik Pemimpin Upacara.
Serentak semuanya menurunkan tangan dengan posisi berdiri tetap siap sempurna.
“Aaa...! Ulaaar...!” jerit seorang siswi di barisan siswi tingkat 12.
“Ular ular ular!” jerit siswi-siswi yang lainnya.
Sontak barisan itu buyar berlarian saat beberapa dari mereka memang melihat seekor ular hitam merayap meliuk di antara kaki-kaki mereka.
Peserta upacara yang lain pun seketika terkejut dan beralih memandang ke sumber kekacauan.
“Ada ular!” teriak dari barisan siswa tingkat 10.
Barisan itu juga terlihat langsung bubar berantakan menjauhkan diri dari tempat mereka berbaris.
“Aaa...!” jerit siswi perempuan di barisan pengibar bendera.
“Ular!” pekik siswi Paskibra lainnya.
Spontan barisan itu buyar, karena memang tahu-tahu ada ular bersisik hijau di tengah-tengah barisan mereka.
“Ak!” pekik Marlina tertahan yang sempat terpaku sejenak dalam kekacauan yang berlangsung cepat itu.
Marlina merasakan ada benda yang menusuk sisi belakang pergelangan kaki kanannya seperti tusukan jarum. Spontan ia terjongkok.
Pekikan Marlina membuat Sinta terkejut. Cepat Sinta menghampirinya dan menuntunnya menyingkir ke pinggir lapangan. Marlina tampak berjalan agak pincang. Kaos kaki sebelah kanan Marlina yang berwarna putih hingga ke bawah lutut, tampak berubah warna menjadi merah pada bagian pergelangan.
Alangkah terkejutnya Sinta mengetahui kaki kanan Marlina berdarah. Marlina sendiri tampak mengerenyit menahan sakit yang berdenyut-denyut di pergelangan kakinya.
Sinta cepat berteriak kepada jajaran dewan guru yang kebingungan dengan kekisruhan yang terjadi, “Pak, Marlina berdarah!”
Dua guru, pria dan wanita segera berlari mendatangi posisi Marlina dan Sinta.
“Tandu!” teriak guru pria keras kepada petugas medis sekolah yang memang siap di posisinya, berjaga jika ada siswa yang jatuh pingsan atau sakit di saat berlangsungnya upacara.
Sementara itu Prof. Saduya berupaya menenangkan murid-murid, sebab lokasi munculnya ular ada enam tempat, dan semuanya di tengah-tengah barisan.
“Perhatian! Harap tenang anak-anakku, harap tenang!” seru profesor dari atas podium menggunakan pelantang di depannya.
Seruan itu harus ia ucapkan berulang-ulang. Kepala Sekolah SMA Gemas Drs. Norman Milan, Spd., MM, segera mendampingi Ketua Yayasan untuk menenangkan para siswa.
Di sisi lain, Masnaini berdiri bingung di tempatnya. Ia tidak menyangka ada hal seperti itu yang terjadi di dalam pelaksanaan upacara. Ia langsung menyimpulkan bahwa itu adalah hal yang disengaja oleh seseorang atau sekelompok oknum. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
🍁мαнєѕ❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ
jadi tujuannya apa itu?
2023-10-20
0
🍁мαнєѕ❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ
weh.. kehebohan yg embuh pasti 😅😅
2023-10-20
0
Sejahtera
Semangat Kakak ^_^
2021-08-20
1