Di perjalanan pulang Vani sudah merasa santai dan sudah, tak banyak pikiran lagi setelah, Vani mengetahui kalo suaminya hanya memiliki wanita kecil, imut, manis dan lucu.
Gadis cantik itu. Terus saja, cengegesan membuat sang suami, menatap bingung istrinya yang sudah seperti orang gila :v
"Napa?" tanya Fando menatap Vani, lalu kembali lagi fokus menyetir dan istrinya membalasnya dengan senyuman.
"Seneng aja liat kamu tadi" ucap Vani.
"Pasti kamu berpikiran wanita itu wanita dewasa kan?" tanya Fando memastikan.
"Enggak.. enggak juga".
"Oh gitu, terus kenapa ya,, kemarin sama tadi wajah ditekuk mulu" sindir Fando.
"Ekmm itu.. aku.. anu," ujar Vani mencari alasan namun tak kunjung dapat juga.
Fando tersenyum menatap istrinya yang terlihat bingung.
"Udahlah.. nggak usah boong lagi" lanjut Fando.
Sedang Divani tampak sedang berpikir.
"Bintang sama kamu yank.. memangnya sudah kenal kapan" tanya Vani berusaha mengalihkan pembicaraan suaminya.
Dan kali ini Fando yang lagi berpikir.
"Aku,, ma Bintang" tanya Fando balik dan gadis cantik itu seketika mengangguk.
"Ekmm".
"Aku.. sama Bintang.. kenalnya tiga taun lalu sejak Bintang usianya masih setaun yank" jelas Fando.
"Oh gitu.. terus ketemunya gimana tuh?" tanya Vani lagi yang semakin penasaran akan masa lalu suaminya dan suaminya tampak berusaha mengingat-ingat.
"Pada saat, Bintang dibawa kesana.. aku yang menerima Bintang karena ibu Hana waktu itu nggak ada" Fando menjedah.
"Lalu?" Vani semakin serius.
"Ibunya,, yang dateng membawa Bintang ke panti dan katanya dia cuma mau nitip Bintang sebentar tapi sejak saat itu.. ibu Bintang. nggak dateng-dateng ambilnya" cecar Fando panjang lebar yang berhasil membuat Vani lagi-lagi mengangguk.
"Ohgitu jadi sejak dari itu juga kamu dan Bintang deket" kata Vani, dan Fando pun mengangguk namun..
Tiba-tiba ponsel Divani berbunyi berhasil membuat keduanya terkejut, Vani segera meraih ponselnya, didalam saku bajunya dan melihat nama yang tertera disana.
Seseorang yang menelepon Vani. Dia itu adalah Satria.
"Siapa yank" tanya Fando penasaran.
"Bangs*t" balas Vani, Fando yang tak tau akan singkatan itu melototkan matanya.
"Hah!! kamu bilang suami kamu Bangs*t ya!" seru Fando memandang Vani. Gadis cantik itu spontan menggeleng kepala.
"Nggak yank.. nggak gitu" elak Vani.
"Terus ini?" kesal Fando.
Namun Vani menghela napas pasrah.
"Bangs*t itu,, singkatan nama dari abang Satria,, gitu" kata Vani lagi, Fando seperti lagi berpikir memikirkan ucapan istrinya.
"Oh iya, iya bener.. Bangs*t.. berarti bang Satria" gumam Fando mengerti dan Vani ponselnya tiba-tiba mati tapi..
Tiba-tiba lagi Bangs*t kembali menelpon lagi dan lagi.
"Ihh.. ini kenapa lagi sih" kesal Vani.
Fando hanya menggelengkan kepala.
"Angkat aja yank,, kasihan Bangs*t siapa tau aja penting" jelas Fando pada Vani.
Divani pun akhirnya mengangkat telpon.
"Ehmm".
"Lo dimana?".
"Mobil".
"PULANG SEKARANG".
"Eh buset.. abang mau kalo Vani budek".
"Abang nggak mau tau.. pokoknya harus pulang.. SEKARANG".
"Iya bang santai kali, nggak usah ngegas gitu lagian Vani harus minta ijin dulu".
"Iya abang tau Van.. tapi itu kelamaan".
"Hah!! maksud abang apa emang?".
"Emang lo nggak tahu!!".
"Tau apa sih?".
"Beneran nggak tau!!".
"Iya kalo Vani tau buat apa nanya lagi".
"Beneran nggak tau nih!!".
"Iya abang Vani,, yang paling terkece tapi masih diatas suami gue sih".
"Ekmm biarlah.. yang penting kece".
"Iya iya.. masuk keinti cepet".
"TEMEN-TEMEN LO ADA DISINI".
"HAH!! CIUSAN BANG?".
"Iyalah masa iya abang boong.. seburuk apapun abang tapi abang, bukan penipu juga ya Van".
"Ekmm iya deh iya Vani percaya kok kalo teman Vani ada di rumah".
"Gitu dong.. dari tadi kek, kan abang bisa nggak naik darah".
"Yeh.. salah Bangs*t sendiri,,siapa suruh kebawa esmosis".
"Emosi bege.. bukan esmosis".
"Iye iye bang.. maksud Vani juga gitu".
"Udahlah ya.. pokoknya lo cepet pulang".
"Tapi bang.. suami gue gimana ini?".
"Tenang aja yang terpenting lo kesini aja dulu.. Refan biar abang yang urus".
"Okey" (Panggilan diakhiri Vani).
Fando pun tersenyum sedikit menguping sang istri dan sang ipar segera memutar arah menuju rumah Divani.
"Kata bang Satria apa yank" tanya Fando ketika melihat Vani memasukkan ponsel nya kedalam saku bajunya.
"Kata bang Satria, temen-temennya Vani sekarang ada di rumah jadi itu sebabnya Bangs*t nelpon supaya kita pulang" kata Vani menjelaskan.
"Oh gitu terus aku gimana ini? bukannya kamu belum ngasih tahu kabar kita" ujar Fando lagi menatap istrinya.
"Ekmm".
"Itu nggak masalah kata bang Satria biar ia yang pikirin cara kamu di rumah nanti" jelas Vani membuat Fando paham.
Lelaki tampan itu pun, segera menancap gas mobilnya untuk segera tiba di depan rumah sang istri. Vani, yang sedikit takut akan kecepatan tinggi menutup mata.
Hingga saat ini mereka pun tiba disana.
"Ayo yank,," panggil Fando. Divani segera membuka matanya dan menatap rumah nya yang sudah lama ia tinggalkan.
"Yuk" pasutri itu kemudian turun mobil.
Namun.. sebelum mereka masuk rumah Vani telah menelpon Satria. Dan mereka saat ini menunggu Satria keluar rumah.
Sampai Satria pun keluar.
"Lo udah lama nyampe?" tanya Satria.
"Baru aja bang" jawab Fando.
"Mereka mana bang?" ujar Vani.
"Di dalem lagi bicara sama mama" balas Satria. Vani menghela napas pasrah.
"Terus.. suami gue gimana?" tanya Vani.
"Karungin ajalah Van terus suruh pak Ian angkat masuk.. ke,,dalem rumah". Divani spontan mencubit pinggang Satria.
"Lo pikir.. suami gue itu,,benda yang bisa di angkat,, kemana-kemana" kesal Divani melepas cubitannya. Sedang, Fando pun hanya menyimak kakak beradik tersebut dengan menahan tawanya.
"Aww sakit Van" lirih Satria kesakitan.
"Siapa suruh bilangnya gitu" Vani.
Setelah perdebatan, begitu panjang usai. Fando dan Satria masuk kedalam rumah menggunakan pintu rahasia. Dan cuman keluarganya saja yang tahu akan hal itu.
"Bang" panggil Fando pada Satria.
"Ekmm" gumam Satria yang masih kesal sama sang adik.
"Ini pintu apaan bang kok gelap dan sepi kek gini sih?" tanya Fando lagi.
"Ini itu,, pintu rahasia dan cuma keluarga gue yang tahu ini dan ini pun,, digunakan kalo dalam hal mendesak" jawab Satria.
...********...
Sedang Vani. menggunakan pintu utama agar bisa langsung bertemu sahabatnya yang berada di ruang tamu.
"Hai all" teriak gadis cantik itu, setelah ia berada diruang tamu.
"Vani" teriak mereka barengan.
Divani beranjak duduk, disamping mama Sora namun sebelum itu. Ia terlebih dulu menyalami tangan sang mama.
Mama Sora tersenyum merangkul Divani yang telah duduk disampingnya.
"Eh.. lo kok.. dateng nggak ngabarin gue dulu sih" tegur Vani menatap bergantian sahabatnya.
Spontan sahabatnya tersenyum.
"Biar surprise dong Van" kata Keyla.
"Kita rindu ma lo" lanjut Amoyra.
"Bener tuh" ucap Keyla lagi.
"Iya.. lo sih ngambekan tadi" Nayla.
"B aja sih gue" cuek Yolan.
Divani lalu senyum setelah ia mengingat kejadian di sekolah. Yang memang tidak menyahuti teman-temannya hingga bel.
"Oh rupanya gitu terus lo kesini mau apa lagi? kan lo udah liat gue?" tanya Vani.
Tampak dari pojok Yolan begitu kesal.
"Wahwah.. lo ngusir kita?" tanya Yolan.
"Jahad lo Van" lanjut Nayla.
"Tau ihh" kesal Amoyra. Vani tersenyum.
"Biarin" santai Vani.
Keyla. Tampak ikutan kesal setelah Vani seperti acuh terhadap mereka semua.
"Dasar sahabat lacnat lu.. biasanya aja.. kita disini sampai malem juga" Keyla.
"Iya,, itu dulu sekarang kagak" cuek Vani.
...*********...
Di sisi lain Fando sudah berada di dalam kamar gadis cantik itu. Fando, telah tahu posisi kamar Vani, jadi setelah ia berada didalam rumah Satria pun pergi berlalu.
Fando terus melihat-lihat kamar istrinya, Lelaki tampan itu. terus-terusan berjalan hingga, berhenti di depan meja belajar.
Lelaki itu mendudukkan dirinya dibangku meja belajar dan membuka buku istrinya dengan tatapan takjub. Karena, menatap nilai-nilai Vani semuanya tinggi-tinggi.
"Vani memang anak yang pinter,, gue aja kalo gini bisa kalah sama istri gue hufft" Fando meletakkan buku itu ditempatnya semula.
Namun lelaki tampan itu melihat sebuah laci, bagian bawa meja belajar Vani lagi.
"Laci apa ini?" tanya Fando.
"Oh iya lupa Vani kan masih dibawa" ujar Fando membuka laci itu. Karena merasa begitu penasaran.
Akhirnya laci tersebut terbuka lebar. Dan dengan tatapan fokus. Fando, melihat di dalam sana ada sebuah buku unik bagai sebuah buku diary harian.
Seketika tangan lelaki tampan itu segera meraih buku diary tersebut dan menatap heran buku itu.
"Apa ini buku diary Vani?" tanya Fando.
Tanpa membuang waktu lama lagi lelaki itu, membuka lembaran pertamanya dan mencoba membacanya.
Fando. terus mencerna setiap ungkapan kata-kata dari setiap bait tulisan itu. lalu, waktu berlalu begitu cepatnya, namun ia masih saja fokus membaca buka diary.
Di lembaran terakhir buku diary itu. lelaki tampan itu sangat terkejut setelah ia tau semua kisah Vani selama SMP dan SMA hingga sekarang.
Raut wajah Fando berubah sedih setelah dirinya tahu semua tentang istrinya.
Iya buku diary itu milik istrinya yang saat ini tidak bersamanya setelah Fando usai membaca buku diary itu, dirinya kembali menyimpannya dalam laci meja belajar.
Lelaki tampan itu. kembali duduk sambil memegang kepalanya, yang sedikit agak pusing hingga pintu pun terbuka..
Ternyata, yang muncul adalah Vani yang sudah kembali. Namun lelaki tampan itu tidak bergeming karena merasa pusing.
"Kamu kenapa?" kata Vani mendekatkan dirinya kepada sang suami.
"Kepalaku sedikit pusing" balas Fando.
"Kok bisa,?" tanya Vani lagi namun lelaki tampan itu menggeleng kepalanya.
"Nggak tahu aku" jawab Fando.
Vani mendengar itu menuntun suaminya untuk pergi diatas kasur dan membaring kan suaminya yang terlihat sangat pucat itu. Vani segera menyelimuti suaminya.
"Kamu istirahat dulu disini, aku kebawah ambil makan dulu" kata Vani. Fando pun mengangguk dan menatap Vani berlalu.
...*******...
Dimeja makan tampak semua temannya sudah menyantap makanannya Vani lalu beranjak mengambil makan. Dan segera berlalu meninggalkan sahabatnya.
Sahabatnya. hanya sibuk makan. Emang mereka, kalo udah berhadapan makanan pasti sudah melupakan segalanya.
Gadis cantik itu, terlihat begitu buru-buru hingga tiba di kamar. Fando pun, tampak memejamkan matanya. Dengan, selimut yang menutupi semua badannya kecuali leher hingga kepala.
Divani segera masuk. Sambil membawa satu nampan yang berisi makanan. juga segelas air putih beserta obat.
"Yank ayo kamu makan dulu, terus kamu minum obat ini" Vani meletakkan semua itu di nakas. Mencoba membantu Fando bangun agar sumianya segera makan.
"Apa.. kepala kamu masih sakit,?" Fando beranjak duduk dan bersandar di tempat tidurnya.
"Iya.. masih pusing yank".
"Oh gitu.. kalo gitu kamu makan ini dulu,, terus minum obat ya!" lanjut Vani. Fando menggangguk.
Perlahan Vani menyuapi suaminya.
"Aaaaaa.." kata Vani membuka mulutnya agar suaminya pun ikut membuka mulut hingga berulang-ulang kali.
"Ekmm aku udah kenyang" ucap Fando.
Vani menggeleng pelan kepalanya.
"Sekali lagi ya yank,,ini nanggung banget lo" balas Vani dan Fando menurutinya.
"Alhamdulillah..abis juga sekarang kamu minum obat ini dulu.. terus, kita istirahat ya!" kata Vani membari obat pada Fando dan setelah itu mengambilkannya air.
Ketika Fando telah meminum obat. Vani kembali membaringkan sang suami dan menyuruhnya untuk istrihat.
"Aku, mau kebawa dulu untuk membawa ini ya!" ujar Vani membawa nampan dan di dalamnya, ada piring dan gelas sudah kosong.
Fando, tersenyum dan mengangguk. Dia pun kembali memejamkan mata setelah melihat istrinya kembali kebawa.
Divani berjalan dengan berwajah tampak sedih dan itu diketahui oleh sang mama.
"Anak mami kenapa?" ucap Mama Sora.
"Oh iya.. Refan, mana sayang.. suruh dia kebawah untuk makan" papa Mahen.
"Refan mi.. pi.. suami Divani,,sakit" balas Vani. Dan semua orang pun berubah jadi cemas akan penuturan Vani barusan.
"Hah!!" sontak mereka barengan.
Disana yang ada cuman ada mama Sora papa Mahen dan Satria. Sahabatnya dah pamit semua. Karena, dah pada di cariin sama orang tuanya.
"Kok bisa?" tanya papa Mahen.
"Iya Van.. tadi kan,, Fando baik-baik saja" lanjut Satria cemas.
"Jelasin nak" tambah mama Sora.
"Ekmm.. katanya sih kepalanya sakit pa,, ma.. bang" balas Vani.
Mama Sora, papa Mahen dan Satria pun berubah wajah menjadi agak tenangan.
"Oh gitu.. mungkin, Refan kecapean kali" kata Satria yang berhasil membuat Vani sedikit tenang.
"Semoga aja sih bang" jawab Vani.
Mama Sora tersenyum. Mendekati sang anak yang terlihat masih cemas.
"Nggak sayang.. kamu, tenang aja Refan pasti cuma kecapean aja.. nanti kalo dia sudah beristirahat pasti dia bakalan baik kok" jelas mama Sora yang berhasil Vani angguki.
"Iya nak.. nggak usah,, panikan gitu" kata papa Mahen ikut membenarkan.
"Kamu keatas aja.. jagain Refan ya" seru mama Sora. Divani pun segera berlalu.
Semua tersenyum, menatap Vani segera berlalu ketika disuruh untuk ke Fando.
"Alhamdulillah.. anak kita sekarang udah menerima, Refan pa" mama Sora terlihat bahagia sembari merangkul suaminya.
Dan papa Mahen ikut tersenyum.
"Mama bener.. alhamdulillah".
"Kalo gitu sebentar lagi.. Satria,, beneran punya ponakan baru yeah" teriak Satria.
"Iya.. semoga aja biar Suci sama Hendra bisa punya cucu juga" kata papa Mehen.
...********...
Setelah tiba di kamar. Seketika, Vani pun segera membaringkan dirinya di sebelah Fando yang terlihat sudah tertidur.
Divani pun tersenyum dan memeluk erat sang suami dengan tatapan cemasnya.
"Cepat sembuh ya yank" Vani tersenyum hingga beranjak, menyusul suaminya itu masuk ke alam mimpi.
Subuh. Pukul lima. Divani, mengerjapkan matanya, dan melihat sang suami sudah tak berada disampingnya, seketika gadis itu beranjak duduk mencari-cari Fando.
"Yank" panggil Vani sedikit berteriak dan Fando pun keluar dari kamar mandi.
"Eh.. kamu udah bangun ternyata" Fando tersenyum menatap sang istri. Vani pun, ikut tersenyum.
"Ekmm.. apa,, kamu udah baikan?" tanya Vani lagi. Fando seketika mengangguk.
"Yuk dua rakaat" ujar Fando. Vani segera berlari menuju kamar mandi.
Fando melihat itu lagi-lagi tersenyum.
"Aku janji.. nggak akan,, seperti lelaki itu" gumam Fando.
Setelah selesai. melaksanakan aktivitas, mereka, kemudian bersiap-siap, untuk ke sekolah. Mereka tampak begitu segeran.
Di meja makan semua telah berkumpul.
"Yank.. mau yang ini juga?" tanya Divani. Fando mengagguk, sedang semua orang yang ada disana menatapnya bahagia.
"Kalian kalobegini terus jiwa kejombloan abang akan merontah-rontah terus" kata Satria tidak terima.
"Makanya,, cepet nyusul dong bang.. kali aja ada cewek bege yang mau" ujar Vani, dan mendapat pelototan dari Satria.
"Maksud lo apaan, bilang cewek bege, lo mau punya ipar bege emang?" Satria.
Dan Vani seketika dibuat bungkam.
"Udah udah.. kalian ini.. kalo terus begini kapan kalian bisa dewasa" papa Mahen.
"Iya pa," sahut mereka. Tapi papa Mahen tampak berpikir menatap menantunya.
"Apa Refan dah baikan sekarang?" tanya papa Mehen menatap Fando dan semua orang kini fokus pada Fando.
"Iya pa.. Refan.. udah baikan kok" jawab Refan tersenyum yang diangguki semua orang yang disana.
"Syukurlah nak" lanjut mama Sora.
Seusai sarapan, pasutri itu berpamit dan kini otw menuju sekolah masing-masing untuk belajar.
"Beneran dah baikan?" tanya Vani lagi.
"Iya yank.. aku udah baikan ini jadi kamu nggak usah cemas lagi ya" kata Fando.
"Gimana nggak cemas.. orang kamunya aja nggak satu sekolah sama aku" Vani.
"Kalo gitu kamu pindah aja ke sekolahku kan kelar" ucap Fando menatap istrinya.
"Tapi.. aku nggak bisa pindah yank".
"Loh kenapa?".
"Iya.. aku, cuman maunya tamat sekolah di sekolah papa" balas Vani tersenyum.
Dan lelaki tampan itu tampak berpikir.
"Oh iya Vani nggak mungkin mau pindah sekolah kecuali sekolah papa, pasti Vani masih troma.. sama,, kejadian itu" lanjut batin Fando.
*
*
*
*
*
!!Bersambung!!
Untuk para Readrs harap stay selalu yah dan jangan lupa tinggal kan jejaknya😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Rosma
kejadian apa sih emg thorr
2021-01-11
1
Susilawati Susilawati
hadir🤣
2021-01-11
1
Rosni Lim
Hadir
2021-01-10
1