Srekkkk..!
Pintu kamar Bobby terbuka, tampak seorang wanita kaya dengan busana mewah memasuki ruang perawatan Bobby. Di susul juga oleh seorang lelaki berusia sekitar empat puluh tahunan di belakang nya. Mereka berdua tampak seperti pasangan pengusaha yang sangat sukses.
Nia dan Roy memperhatikan langkah pasangan itu yang sedang menuju ke ranjang Bobby.
"Bikin masalah lagi?" Ucap lelaki itu kepada Bobby.
Terlihat Bobby langsung menundukkan pandangannya.
Wanita itu tampak melipat kedua tangan di dadanya dan menatap Bobby dengan tajam.
"Ma, Pa, Bobby tidak.....
Belum selesai Bobby mengutarakan apa yang akan ia ucapkan, tiba-tiba saja wanita itu membentak Bobby.
"Anak yang menyusahkan..! Tidak tahu di untung..! Kenapa sih kamu itu tidak seperti adik mu? atau anak-anak yang lain nya..! Kerjaan mu selalu saja membuat masalah dan masalah terus..!"
Ucapan wanita itu membuat seisi ruangan menjadi terdiam,
termasuk Nia dan Roy yang terkejut melihat reaksi orang tua Bobby saat melihat keadaan anak mereka yang terlihat tak berdaya.
"Mbak, Mas, lebih baik di dengarkan dulu mengapa Bobby bisa seperti ini." Terlihat Farah mencoba meluruskan kesalahpahaman itu.
"Apa yang harus di dengar dari anak ini? kerjaan nya menyusahkan saja..!" Ucap Papa nya Bobby yang juga Kakak kandung dari Farah.
Terlihat Bobby menatap Nia dengan wajah yang malu. Nia pun menatap Bobby dengan tatapan yang iba.
Orang tua Bobby pun menatap Nia dan Roy yang sedang duduk di sofa.
"Mereka siapa?" Tanya Mama nya Bobby kepada Farah.
"Oh, itu teman dan Boss Farah mbak." Ucap Farah setengah berbisik.
Merasa tidak enak dengan situasi ini, Roy dan Nia pun beranjak dari sofa lalu pamit untuk pulang. Terlihat wajah angkuh dari kedua orangtua Bobby yang tidak memperdulikan Nia dan Roy.
Hal itu tentu saja membuat Farah merasa tidak enak dengan sahabat dan Boss nya.
"Saya mohon maaf Pak, bila situasi ini membuat Bapak tidak nyaman." Ucap Farah yang ikut mengantar Roy dan Nia keluar dari ruangan Bobby.
"Tidak apa-apa. Lagi pula sudah malam, kami permisi dulu." Ucap Roy dengan senyuman khas nya.
"Gue balik dulu ya, hmmm.., salam buat Bobby." Ucap Nia yang terlihat sangat prihatin dengan sikap kedua orangtua Bobby.
"Iya Nia, terimakasih ya." Ucap Farah sambil memeluk erat tubuh Nia.
Setelah itu Nia dan Roy pun meninggalkan Rumah sakit tersebut.
"Kita mau makan di mana?" Tanya Roy kepada Nia yang terlihat sedang termenung memikirkan Bobby.
"Ya? apa?" Tanya Nia yang tidak terlihat fokus mendengar pertanyaan dari Roy.
"Kita mau makan malam dimana?" Tanya Roy sekali lagi.
"Hmmm, terserah dimana saja." Ucap Nia, lalu ia kembali termenung.
"Ok." Ucap Roy sambil melirik Nia yang lebih banyak diam saat dari rumah sakit tadi.
"Jujur saja, saya baru kali ini melihat orangtua seperti itu." Ucap Roy, mencoba untuk membuka percakapan dengan Nia.
Nia menatap Roy dengan seksama, Terlihat ia menyetujui kata-kata yang baru saja diucapkan Roy.
"Jadi, saya tidak heran mengapa anak itu selalu membuat masalah. Kebanyakan anak yang bermasalah itu, haus perhatian orangtuanya. Hanya saja orang tuanya tidak menyadari hal itu. Mereka dengan cepat memvonis bahwa anak mereka nakal. Nyatanya, mereka sendirilah yang bersalah dan bertanggung jawab atas anak-anak mereka." Ucap Roy sambil membelokkan mobilnya ke parkiran sebuah restoran.
Nia hanya diam saja mendengarkan kata-kata Roy.
"Kita makan di sini ya, sudah lapar kan?"
Tanya Roy.
Nia hanya mengangguk pelan, lalu yang membuka safety belt nya. Dan mereka berdua pun melangkah memasuki restoran tersebut.
Nia dan Roy duduk di restoran western tersebut dan memesan dua menu yang berbeda. Setelah itu, Roy menatap Nia yang terlihat masih memikirkan Bobby.
"Jadi, sebelumnya kamu sudah mengenal anak itu? siapa namanya? Bobby ya?" Tanya Roy. Nia pun mengangguk pelan.
"Kalian berdua terlihat akrab, seberapa sering kalian bertemu?" Tanya Roy lagi.
Nia menatap Roy dengan seksama, lalu ia tersenyum kecil.
"Ada beberapa kali bertemu dengan anak itu. Anak itu lucu dan ngeselin juga sih." Ucap Nia.
"Sepertinya anak itu menyukai kamu, terlihat dari sorot matanya."
Nia terperangah mendengar pernyataan Roy.
"Tidak mungkinlah, aku ini sudah tua. Tidak mungkin anak remaja seperti itu menyukai aku." Ucap Nia sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum.
"Tetapi, aku ini lelaki. Aku pasti bisa membaca pikiran dan tatapan lelaki lain. Dia memang masih sekolah. Tetapi, dia sudah bukan anak-anak lagi. Beberapa bulan lagi dia sudah akan berkuliah. Yang artinya, anak itu sudah bertransisi menjadi lelaki dewasa." Ujar Roy.
Nia terdiam mendengar ucapan Roy.
"Tetapi, jujur saja aku sangat kecewa dengan sikap orangtuanya. Harusnya mereka mendengarkan dulu sebab akibat dari mengapa anaknya bisa mengalami hal itu." Sambung Roy.
"Iya sih." Ucap Nia.
"Ya sudah, kita tidak usah membahas mereka. Yang penting, saat kita menjadi orang tua, lebih baik kita bijak dalam mengasuh dan menghadapi anak-anak. Ada tingkatan-tingkatan dan cara dalam mengasuh dan menyikapi anak berdasarkan usia nya."
Nia menatap Roy dengan kagum. Lalu ia tersenyum.
"Kenapa? Kok tersenyum-senyum begitu?" Tanya Roy.
"Tidak apa-apa." Ucap Nia.
Pesanan mereka pun tiba, mereka berdua pun langsung menyantap makan malam mereka sambil membahas segala hal menyangkut pekerjaan dan lain sebagainya.
..
"Mbak, Mas, Bobby ini di keroyok orang tak dikenal. Jadi, dia ini bukan berantem. Tetapi, ada orang yang menyuruh untuk mencelakakan Bobby." Farah mencoba membela Bobby.
"Halah..! sama saja, anak ini memang selalu bikin masalah. Tidak ada orang menyuruh untuk memukulinya tanpa ada masalah dengannya. Itu artinya dia membuat masalah..!" Ucap Mama nya Bobby.
"Iya, tapi kan tidak begini caranya Mbak." Ucap Farah lagi.
"Bobby, Papa sudah lelah dengan kelakuan kamu. Sekarang kamu katakan sama Papa, kamu punya masalah apa dengan orang sehingga kamu dipukuli seperti ini."
"Bobby tidak merasa punya salah apa-apa kok Pa. Kenapa sih Mama dan Papa selalu menyalahkan Bobby..!" Suara Bobby terdengar meninggi.
"Kamu itu salah..! Lalu, kamu menyalahkan kami, orangtua kamu?" Ucap Mama nya Bobby, sambil menatap Bobby tak percaya.
Farah menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap Kakak dan Kakak ipar nya kepada Bobby.
"Ya sudahlah, Papa sudah menunjuk seorang pengacara untuk mengurus masalah ini. Papa sudah meminta dia melaporkan kasus ini ke polisi dan membereskan masalah ini dengan baik. Setelah itu, Papa tidak mau tahu lagi apapun masalahmu. Papa kembali ke hotel dahulu. Besok, pagi-pagi sekali, Papa harus kembali ke Surabaya ada urusan yang harus Papa selesaikan." Ucap Papa nya Bobby.
"Farah, Mas titip Bobby."
Lalu kedua orangtua Bobby pun beranjak pergi meninggalkan mereka begitu saja. Sedangkan Farah menatap punggung mereka dengan tak percaya.
"Bobby bilang juga apa Tante, mereka tidak akan peduli dengan Bobby." Ucap Bobby.
Farah pun hanya terdiam menatap iba kepada Bobby.
"Bobby." Panggil Farah, lalu ia duduk di samping ranjang Bobby.
Bobby tidak mengacuhkan Farah, ia membuang pandangannya jauh ke luar jendela.
"Orangtuamu seperti itu. Ini lah saat nya kamu buktikan bahwa penilaian mereka salah terhadap kamu. Berubah lah lebih baik Bob. Tunjukan kepada mereka, bahwa kamu bisa sukses dan jauh lebih baik dari pada anak mana pun di dunia ini, jangan malah terpuruk." Ucap Farah. Bobby pun menatap Farah dengan seksama.
"Tidak semua orang tua itu sempurna. Tetapi, itu bukan alasan kita untuk menjadi orang atau anak yang buruk. Hidup kita, kita sendiri yang menjalani. Kita sendiri yang mengatur. Kita sendiri yang memilih untuk lebih buruk atau lebih baik. Jangan jadikan orangtua yang buruk, menjadi alasan kamu lebih buruk lagi. Sadarlah Bob, bangkitlah, buktikan sama mereka, ucapan mereka itu salah besar." Farah menggenggam erat tangan keponakan nya itu.
Terlihat bulir air mata jatuh di pipi Bobby. Lalu, tanpa mampu ia bendung, Bobby pun menangis di pelukan Farah.
"Terimakasih Tante." Ucap Bobby, lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
susi 2020
😍😍😲
2023-06-04
1
susi 2020
🙄🙄🥰
2023-06-04
1
ama luph endhe
my baby Bobby😭😭😭
2022-07-30
1