"Sssttt..! Far..!" Nia memanggil Farah yang sedang sibuk di meja kerjanya saat Nia hendak pulang, tepat pukul lima sore hari ini.
Farah melihat ke arah Nia yang sedang memanggil dirinya.
"Apaan?" Sahut Farah, saat mereka bertemu pandang.
"Lu gak pulang." Tanya Nia kepada Farah dengan bahasa isyarat nya.
Farah menggelengkan kepalanya dan menunjuk tumpukan pekerjaan nya di atas meja kerjanya.
"Lembur?" Tanya Nia lagi dengan menggerakkan bibirnya tanpa suara.
Farah hanya mengangguk sambil cemberut. Nia tersenyum jahil dan melambaikan tangan nya kepada Farah. Farah hanya bisa menatap Nia dengan sebal.
Farah terpaksa lembur karena banyak nya pekerjaan dan perubahan jadwal yang harus ia susun untuk Roy pada minggu ini. Farah meremas rambut nya sendiri dan menatap nanar ke agenda dan dokumen-dokumen yang harus ia ketik.
Nia melangkahkan kaki nya menuju jalan raya di depan kantornya, dimana ia akan menunggu taxi online yang akan ia pesan.
Grung...Grungg..Grung..Grungg..!
Terdengar raungan sepeda motor yang tak asing di telinga Nia. Nia menoleh ke arah suara sepeda motor itu. Nia menatap malas melihat Bobby dengan sepeda motor tua nya saat menghampiri dirinya.
"Astaga.. makhluk ini lagi." Gumam Nia. Lalu, ia berpura-pura tidak melihat Bobby.
"Hai Tante cantik, Bobby datang menjemput Tante." Ucap Bobby sambil menyerahkan helm yang waktu itu Nia beli di toko helm murah.
Nia masih pura-pura tuli dan tidak melihat hadir nya Bobby di hadapan nya.
"Tante, ini helm nya. Buruan naik ke boncengan Bobby. Ini sepeda motor sengaja Bobby cuci biar kinclong, sekinclong Tante Nia." Ucap Bobby.
Tetapi, Nia tetap tak bergeming. Ia masih sibuk memperhatikan aplikasi taxi online nya yang tak kunjung mendapatkan driver di jam pulang kerja seperti ini.
"Tante..!" Panggil Bobby lagi.
Bobby pun merasa dirinya sedang di acuhkan oleh Nia. Bobby pun turun dari sepeda motornya. Lalu, ia berdiri di hadapan Nia sambil melambaikan tangan nya tepat di depan wajah Nia.
"Tante."
"Arghhhh...! apaan sih ini anak, ganggu banget." Gumam Nia.
"Hmmm, mau nyuekin gue." Gumam Bobby.
Tiba-tiba Bobby tertawa terbahak-bahak dan berjoget-joget di hadapan Nia. Nia tetap bergeming dan berusaha seperti tidak melihat adanya Bobby di depan nya.
"Asik, saya gak kelihatan sama Tante Nia. Mumpung gak kelihatan, saya cium saja lah." Bobby perlahan mendekati wajah nya ke wajah Nia. Aksi Bobby membuat Nia mulai ingin menghindari wajah lelaki itu yang perlahan semakin mendekati wajah nya.
Kini wajah Bobby sudah berjarak lima senti saja dari wajah Nia.
Plokkkk..!
"Aduhhh..!" Bobby mengusap-usap pipi nya yang terasa perih karena tamparan Nia.
"Kan gak lihat! kok menampar?" Ucap Bobby sambil mengusap-usap pipi nya.
"Apaan sih lu! ganggu tahu gak lu!" Bentak Nia, kesal.
"Lagian, pura-pura gak ngelihat segala." Ucap Bobby, sambil meringis.
"Ngapain sih lu? nongol lagi, nongol lagi di depan gue. Gak ada kerjaan yang lain apa?"
Bobby tersenyum. Lalu, menata rambut nya di depan Nia.
"Tante, saya mau menagih hutang Tante." Ucap Bobby sambil tersenyum licik kepada Nia.
"Masya Allah, hutang apa lagi." Nia mengerutkan keningnya dan menatap Bobby.
"Tante, uang jajan saya habis gara-gara Tante bilang mau mentraktir saya mie ayam. Tetapi, Tante tidak jadi bayarin mie ayam nya. Jadi, saya deh yang di tagih sama Pak min tukang mie ayam di sekolah saya." Ucap Bobby sambil menggerakkan kedua alis nya berulang kali.
"Ya ampun, kan elu yang ngajak gue kabur waktu itu. Ya mana sempat lah, gue ngeluarin dompet." Ucap Nia sambil melotot kepada Bobby.
"Ya sudah, kalau begitu Tante traktir saya nasi goreng saja bagaimana?"
"Gak mau, nih gue bayar saja hutang gue." Ucap Nia sambil mengeluarkan selembar uang seratus ribu rupiah.
"Saya tuh gak bisa diginiin Tante, bukan masalah uang nya. Tetapi, masalah janji Tante kepada saya. Kalau mentraktir, orang nya harus ikut makan bersama orang yang di traktir."
Nia mendengus kesal mendengar kata-kata Bobby. Nia kembali memperhatikan aplikasi taksi onlen diponselnya yang kunjung mendapatkan driver pesanan nya.
"Ya Allah.." Gumam Nia.
"Tante, gimana?" Desak Boby lagi.
Nia menatap Bobby dengan tatapan dingin. Lalu, ia mengulurkan tangannya untuk meminta helm yang sedang di pegang oleh Bobby.
"Gue traktir lu, setelah itu please lu jangan ganggu gue lagi."
Bobby tersenyum sumringah. Lalu, ia menyerahkan helm di tangan nya kepada Nia.
"Janji gak lu!" Nia mencoba memastikan Bobby untuk tidak menggangunya lagi.
"Iya." Sahut Bobby yang sudah bersiap untuk mengendarai sepeda motor nya.
"Awas lu kalo bohong!" Ancam Nia. Lalu, ia naik ke boncengan sepeda motor milik Bobby. Bobby hanya tersenyum mendengar ancaman Nia.
"Sudah siap?" Tanya Bobby kepada Nia.
"Kalau lu suruh gue turun lagi, gue gak akan mau naik lagi nih!" Ucap Nia, kesal.
"Dih, siapa yang mau nyuruh Tante turun? Saya cuma mau bilang...."
"Bilang apaan?" Ucap Nia.
"Tolong peluk saya dong Tante. Bukan apa-apa sih, saya cuma takut nanti Tante terjatuh."
"Nih gue peluk." Nia mencubit pinggang Bobby.
"Aduh, aduh, Aduh." Bobby mengeluh kesakitan.
"Gimana rasanya? masih mau songong sama yang lebih tua?" Tanya Nia.
"Rasanya, kayak lagi di cubit pacar, Tante."
"Ihh....! gue turun nih..!" Nia berusaha turun dari boncengan sepeda motor Bobby.
"Tidak, tidak, tidak. Saya bercanda kok Tante, Ok kita jalan ya." Ucap Bobby. Lalu, ia mengendarai sepeda motor nya dengan kecepatan sedang.
"Lu gak pernah belajar gitu sepulang sekolah?" Tanya Nia kepada Bobby yang sedang konsentrasi mengendarai sepeda motor nya.
"Belajar kok Tante." Sahut Bobby sambil melirik Nia dari spion sepeda motor nya.
"Apaan yang lu pelajari?" Tanya Nia penasaran.
"Bagaimana caranya mencontek tanpa di sadari oleh teman sebangku." Ucap Bobby dengan santainya.
"Ya Allah, lu itu orang bukan?"
"Orang lah Tante."
"Kok begini amat ya, Emak lu dulu ngidam apaan sih?" Ucap Nia, kesal.
Bobby hanya tertawa. Lalu, mempercepat laju sepeda motor nya.
Dua puluh menit kemudian, Bobby pun menghentikan laju sepeda motor nya di depan sebuah warung tenda yang menjual nasi goreng.
"Memangnya enak disini?" Tanya Nia sambil memperhatikan warung tenda tersebut.
"Cobain saja, yuk." Bobby meraih tangan Nia dan menggandeng nya masuk kedalam warung tenda tersebut.
"Apaan sih." Nia menepis tangan Bobby, saat tangan nya di gandeng oleh Bobby.
Bobby hanya tersenyum geli melihat ekspresi wajah Nia.
"Jangan galak-galak, nanti cepat tua." Ucap Bobby.
Nia hanya bersungut-sungut mendengar ucapan Bobby.
"Pak, Nasi goreng dua ya."
"Ok, Nasi goreng apa?" Tanya pedagang nasi goreng itu.
"Tante mau nasi goreng apa?" Tanya Bobby kepada Nia.
"Nasi goreng biasa saja." Ucap Nia.
"Nasi goreng biasa dua Pak."
"Ok." Sahut pedagang nasi goreng.
"Duduk yuk." Bobby menarik kursi untuk Nia. Lalu, ia membersihkan kursi tersebut dengan selembar tissue yang Bobby ambil dari atas meja dan setelah itu Bobby mempersilahkan Nia untuk duduk di sebelah nya.
Nia menatap Bobby, ia tak percaya saat lelaki itu bersikap dewasa di depan nya.
Nia pun duduk di samping Bobby. Lalu, kembali menatap wajah tampan lelaki yang lebih muda empat belas tahun dari dirinya itu.
"Kenapa Tante?" Tanya Bobby, dengan senyuman di bibirnya.
"Gak ada apa-apa kok." Sahut Nia.
Mendadak Nia merasa mulai mencair dengan Bobby. Ia mulai ingin tahu tentang lelaki yang duduk di samping nya itu.
Nia memperhatikan wajah Bobby dengan seksama. Bobby memiliki hidung yang mancung sempurna, rambut yang lurus dan sehat, sepasang mata hitam pekat nan indah, serta bibir tipis dan tulang rahang yang sempurna.
Bobby juga memiliki badan yang tidak kurus dan juga tidak gemuk. Serta tinggi badan sekitar seratus tujuh puluh lima sentimeter. Semua yang ada pada Bobby terlihat sangat pas dan sempurna.
"Tuhan... ternyata bocah ini cakep bener yak." Gumam Nia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
susi 2020
😍😍😍
2023-06-04
1
susi 2020
🥰🥰🥰
2023-06-04
1
ama luph endhe
my baby Bobby ath,gmn ga ganteng😍😍
2022-07-30
1