Nia turun dari sepeda motor Bobby tepat di depan rumahnya. Bobby tersenyum kepada Nia yang menatapnya dengan sebal.
"Ngapain lu senyum-senyum!" Bentak Nia.
"Galak amat sih Tante." Ucap Bobby, senyum lelaki itu pun semakin lebar.
Nia melepaskan helmnya. Lalu, menyerahkannya kepada Bobby.
"Makasih!" Ucap Nia dengan ketus. Lalu, ia beranjak masuk ke dalam rumahnya.
"Dasar bocah aneh, ngeselin, nyebelin. Semoga gue nggak ketemu lagi sama lu!" Ucap Nia sambil menutup pintu rumahnya.
Bobby memperhatikan rumah Nia, ia tersenyum penuh arti. Lalu, ia menjalankan sepeda motornya, untuk pulang ke rumah Tante nya.
Bobby baru setengah tahun di Jakarta. Selama ini ia tinggal bersama orang tuanya di Surabaya. Bobby adalah anak nakal yang selalu bermasalah di sekolah sebelumnya.
Bobby dipindahkan orangtuanya dari Surabaya ke Jakarta agar menghindari Bobby dari ancaman akan dipecat dari sekolah. Di Jakarta, ia dititipkan oleh orang tuanya kepada Tante Farah adik kandung dari Ayah Bobby. Sekaligus Bobby ditugaskan untuk menjaga Tantenya yang single parent dengan satu anak berusia balita, yang bernama Queen.
"Kak Bobby! sudah pulang?" Sapa Queen kepada Bobby, saat ia baru saja tiba di halaman rumah mereka.
"Queen cantik, iya Kakak sudah pulang. Queen lagi ngapain? lagi mainan ya?" Tanya Bobby kepada Queen yang sedang asyik duduk di teras rumah sambil memeluk bonekanya.
"Iya Kak, Kakak kok sudah pulang?"
"Iya, sudah pulang. Jangan bilang Bunda ya, kalau Kakak pulang cepat. Ok..?"
"Oke Kak." Sahut Queen, sambil tersenyum manis.
"Mbak juga jangan bilang Ibu ya, kalau saya pulang lebih awal." Ucap Bobby kepada pengasuh Queen.
"Iya Den Bobby, santai saja." Sahut pengasuh Queen.
Queen terpaksa harus memiliki pengasuh. Karena, mau tidak mau Farah harus bekerja untuk menghidupi dirinya dan Queen. Walaupun Queen sebenarnya masih dalam tanggung jawab Ayah kandungnya. Tetapi, Farah harus tetap berusaha untuk masa depan mereka.
Kini, Farah bekerja di perusahaan swasta. Masih di bidang yang sama sebagai seorang sekretaris. Sejak Queen berumur dua tahun, Farah memutuskan untuk bekerja. Walaupun berat hal itu harus ia lakukan. Karena Farah hanya ingin berjaga-jaga saja, apabila suatu saat Ayah kandung Queen tidak lagi membiayai mereka.
Bobby masuk ke dalam kamarnya. Lalu, ia merebahkan dirinya di atas ranjang. Tiba-tiba saja wajah Nia terlintas di benaknya. Bobby tersenyum-senyum sendiri. Mengingat betapa uniknya wanita yang baru saja bertemu dan berkenay dengannya itu.
"Kalau usianya tiga puluh dua tahun, berarti dia seusia Tante Farah dong." Gumam Bobby.
"Tetapi awet muda juga itu cewek, gue sendiri tidak menyangka umurnya sudah tiga puluh dua tahun. Gue pikir tadi cuman beda lima tahun dari gue." Gumam Bobby lagi. Lalu ia menggeleng-geleng kan kepalanya sambil tersenyum.
..
"Mak, Nia berangkat ya." Ucap Nia sambil terburu-buru memakai heels nya.
"Tidak sarapan dulu?" Tanya Emak kepada Nia.
"Nggak Mak, nanti beli nasi uduk saja di depan komplek." Ucap Nia sambil meraih tangan Emak dan menciumnya.
"Ya sudah, hati-hati ya."
"Iya Mak." Sahut Nia, sambil bergegas menuju gerbang.
"Ssssttt..! Tante, butuh tumpangan gak?" Nia menoleh kearah suara yang seperti sedang berbicara dengan dirinya.
"Elu?" Nia terkejut melihat Bobby yang sedang duduk diatas sepeda motor sambil tersenyum kepada dirinya.
"Pagi Tante." Sapa Bobby dengan wajah dan senyuman nya yang terlihat sangat menyebalkan di mata Nia.
"Et dah, ini bocah." Gumam Nia. Lalu, ia menutup sebagian wajah nya dan berjalan menuju depan gang.
"Tante, saya kok ditinggalin? Saya sudah berusaha untuk mengorbankan waktu sekolah saya hanya demi menjemput Tante." Ucap Bobby yang membuntuti Nia dari belakang.
"Siapa suruh?" Ucap Nia dengan ketus.
"Hati nurani saya yang menyuruhnya Tante." Ucap Bobby Sambil tersenyum jahil.
"Astaga segala pakai hati nurani. bahasa ini bocah! ckckckckc.!" Gumam Nia.
Nia menghentikan langkah nya dan menatap Bobby dengan seksama.
"Eh bocah, elu tugasnya sekolah bukan bolos terus kayak gini." Ucap Nia. Lalu, ia kembali berjalan di depan Bobby.
"Kan kemarin Tante yang ngajarin, biasanya saya tidak pernah bolos sekolah, saya itu murid teladan. Tetapi, semenjak saya kenal Tante dan diajarin bolos sekolah sama Tante, akhirnya saya kecanduan deh. Ternyata bolos itu enak loh."
Nia menghentikan langkah kakinya. Lalu, kembali menatap Bobby dengan tatapan yang kesal.
"Apa lu bilang? gue yang ngajarin?" Tanya Nia tak percaya. Bobby tersenyum lalu mengangguk dengan bersemangat.
"Betul itu." Sahut Bobby.
Nia menggeleng-geleng kan kepalanya dan menatap Bobby dengan gemas, Rasa ingin menjitak kepala bocah itu.
"Bocah, dengarkan gue ya, sekarang lu berangkat ke sekolah. Kemarin, gue memang salah. Sudah ngajarin lu yang nggak-nggak. Nah, sekarang jiwa malaikat kebaikan gue lagi datang nih. Gue sarankan, lu berangkat ke sekolah dan belajar dengan baik. Terus, lu bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Ok? Bye..!" Ujar Nia. Lalu, ia kembali mempercepat langkah kakinya.
"Ya sudah, Saya berangkat sekolah dulu. Do'akan saya lulus dengan baik, biar bisa meminang Tante dengan segera." Ucap Bobby, sambil mengangkat kedua alisnya berkali-kali. Sedangkan Nia mencebikkan bibirnya sambil menatap Bobby dengan geli.
"Terserah lu deh, sudah sana pergi." Nia mengibas-ngibas kan tangannya untuk menyuruh Bobby pergi dari hadapannya. Bobby hanya tersenyum. Lalu, ia pun bergegas pergi dari hadapan Nia.
"Bocah, gaya-gayaan amat ya. Segala mau ngelamar." Gumam Nia sambil menggeleng-geleng kan kepalanya.
Nia mampir ke kedai nasi uduk di depan jalan masuk perumahannya.
"Mpok, nasi uduk satu ya. Bungkus." Ucap Nia kepada pedagang nasi uduk. Lalu, ia menyalakan aplikasi untuk memesan taksi online untuk mengantarkan dirinya ke kantor.
"Oke Neng Nia. Neng Nia baru kelihatan, kata Emak habis dari Inggris ya?" Tanya pedagang nasi uduk yang sudah menjadi langganan Nia sejak ia sekolah dulu.
"Iya Mpok." Sahut Nia sambil tersenyum manis.
"Itu bocah siapa tadi? Bukan cowok lu kan Nia? Nggak mungkin lah ya, kan masih sekolah kayak nya." Ucap pedagang nasi uduk itu lagi.
Nia menatap pedagang nasi uduk itu dengan seksama. Lalu, ia tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya.
"Nggak mungkinlah, bocah tengil ingusan begitu. Selera Nia itu bukan brondong Mpok, lagian jangan sampai dapat jodoh anak kecil begitu." Ucap Nia sambil tertawa.
"Hati-hati lu ngomong Nia. Kalau ternyata jodoh lu emang dia, lu mau protes sama Tuhan?"
Nia berhenti tertawa saat mendengar ucapan pedagang nasi uduk itu. Lalu, ia bergidik ngeri saat membayangkan dirinya dipersunting oleh Bobby yang jauh lebih muda daripada dirinya.
"Sudah, sudah, Nia sudah mau telat nih, berapa Mpok?"
"Lima belas ribu."
"Hah! mahal banget!"
"Ini sudah plus pajak, karena lu nggak ngasih gue oleh-oleh waktu lu pulang dari luar Negeri." Tegas pedagang nasi uduk tersebut.
"Et dahhhh!" Nia mendengus kesal, sambil mengeluarkan uang lima belas ribu dari dompet nya.
Pedagang Nasi uduk tersebut pun menyambut uang itu dari tangan Nia dengan senyuman sumringah.
Tidak lama kemudian, taksi pesanan Nia pun datang. Tanpa membuang waktu, Nia masuk kedalam taksi tersebut dan menuju ke kantor baru nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
susi 2020
🤔🤔🤔
2023-06-04
1
susi 2020
🙄🙄🙄
2023-06-04
1
susi 2020
🥰🥰😍
2023-06-04
1