"Mau kemana lu Nia? Pagi-pagi begini sudah rapi banget." Tanya Emak kepada Nia yang sedang menggunakan high heels nya.
"Mau interview kerja, Mak." Ucap Nia. Lalu, ia berdiri dan menyandang tasnya dan bersiap-siap untuk pergi interview.
"Lu kan baru sampai kemarin, kok udah mau kerja saja. Memangnya kapan melamar kerja nya?" Tanya Emak penasaran.
"Zaman sekarang melamar pekerjaan mah gampang Mak, tinggal ngirim email, tunggu balasan, terus interview deh." Terang Nia.
"Oh begitu, ya sudah hati-hati ya." Nia mengangguk dan mencium tangan emak. Lalu, ia bergegas menuju ke garasi. Saat Nia membuka garasi, ia terkejut saat melihat mobilnya tidak ada di dalam garasi.
"Mak, sini deh Mak! mobil Nia hilang!" Seru Nia, panik.
"Enggak hilang, mobil lu dijual sama Bapak." Ucap Emak, cuek.
"Lah, kenapa dijual? Nia pergi pakai apaan? Nggak ada mobil lagi kan." Ucap Nia, panik.
"Kata Bapak lu, dibiarin lama-lama rusak tuh mobil. Lagian, Bapak lu kan tidak bisa menyetir. Terus, siapa yang mau menjalankan mobilnya?" Ucap Emak.
Nia mendengus kesal.
"Ya sudah deh, Nia berangkat. Assalamualaikum."
"Lu naik apaan?"
"Gampang lah, taksi banyak." Ucap Nia. Lalu, ia bergegas pergi menuju jalan raya.
"Duh, malah belum ada internet lagi. Gak bisa memesan taksi online deh." Gumam Nia.
Nia berdiri di tepi jalan raya di depan perumahan nya. Lalu, ia menoleh ke kiri dan ke kanan untuk melihat taksi yang melintas di jalan itu. Tetapi, tidak ada satupun taksi yang kosong.
Nia melirik jam tangannya, waktu sudah sangat mepet. Kurang dari satu jam dari sekarang, interview akan segera dimulai. Nia sangat takut terlambat. Karena, ia sangat membutuhkan pekerjaan ini.
Tiba-tiba saja ia melihat seorang lelaki muda menepikan sepeda motornya. Lelaki itu tampak sedang menerima telepon dari seseorang. Setelah bercakap-cakap melalui sambungan telepon beberapa saat, lelaki itu kembali memasukkan ponselnya kedalam kantong jaket nya dan berniat untuk melajukan kembali perjalanan nya.
"Stop!" Seru Nia sambil menghalangi motor lelaki itu dengan merentangkan kedua tangannya.
Dengan sigap, lelaki itu langsung kembali menghentikan sepeda motornya.
"Duh..! hampir saja ketabrak. Ini mbak-mbak kenapa sih." Gumam lelaki itu.
"Abang nya ojek bukan? anterin saya ke gedung L di daerah Jakarta Pusat ya." Ucap Nia.
Tanpa basa-basi Nia naik ke boncengan sepeda motor lelaki tersebut. Lelaki itu tampak kebingungan saat orang yang tak di kenal nya naik ke boncengan motornya.
"Tunggu apa lagi? buruan Bang! Saya sudah terlambat." Ucap Nia, panik.
"Tetapi saya bukan ojek, Mbak!" Ucap lelaki itu sambil menoleh ke belakang menatap wajah Nia.
"Ah, terserah mau ojek apa bukan, yang penting anterin gue ya!" Ucap Nia sambil menepuk bahu lelaki itu.
"Tetapi saya nggak bawa helm satu lagi, bisa kena tilang nanti." Ucap lelaki itu.
"Sudah, Nanti mampir ke toko helm. Buruan jalan! Cepat! gue sudah terlambat ini." Ucap Nia dengan gemas.
Lelaki itu menoleh ke belakang dan menatap wajah Nia sekali lagi.
"Memangnya mau ngapain sih buru-buru?" Tanya lelaki itu.
"Sudah jalan saja cepat!" Perintah Nia.
"Tetapi saya mau sekolah lho Mbak, Nanti terlambat." Ucap lelaki itu dengan gusar.
"Sudah lu bolos saja, nanti gue traktir mie ayam. Terserah lu mau makan berapa mangkok, gerobaknya pun nggak apa-apa lu makan. Ntar gue yang bayar!" Ucap Nia sambil kembali menepuk pundak lelaki itu lagi.
Lelaki itu tersebut tersenyum kecil mendengar ucapan Nia. Lalu, ia menyalakan sepeda motornya dan bergegas mengantar Nia ke tujuannya.
"Gue kira lu tukang ojek, ternyata pelajar." Ucap Nia saat mereka berhenti di lampu merah.
"Sembarangan amat di kira tukang ojek." Ucap lelaki itu.
"Lah, mana gue tahu, seragam lu nggak kelihatan." Ucap Nia sambil bersungut-sungut.
"Pakai jaket, panas, ntar item." Ucap lelaki muda tersebut. Lalu, ia kembali menjalankan motornya setelah lampu hijau menyala. Nia mencebikkan bibirnya saat mendengar ucapan lelaki itu.
Lelaki itu menepikan kendaraannya didepan sebuah toko helm murah. Lalu, ia menatap Nia mengisyaratkan Nia untuk turun dari motornya. Nia membalas tatapan lelaki itu sambil mengernyitkan dahinya.
"Kok berhenti? gue buru-buru." Ucap Nia, kesal.
"Katanya mau beli helm, Nanti kalau ke tilang, motor saya disita. Memangnya Mbak mau menebus motor saya?" Nia terdiam mendengar ucapan lelaki itu.
"Oh iya." Ucap Nia sambil tersenyum salah tingkah. Lalu, Nia pun turun dari motor lelaki itu.
Dengan cepat, Nia masuk kedalam toko helm dan menyambar helm yang tergantung di pajangan. Lalu, dengan terburu-buru ia membayar helm tersebut.
"Ya sudah, ayo berangkat." Ucap Nia, sambil mengenakan helmnya. Lelaki itu menggelengkan kepalanya saat melihat Nia bersusah-payah mengancingkan helmnya.
"Pakai helm saja nggak bisa." Ucap lelaki itu. Lalu, ia mengulurkan tangannya untuk membantu Nia mengancingkan tali helmnya. Nia terdiam mendapatkan perlakuan tersebut dari lelaki itu. Nia memberanikan diri untuk menatap mata indah lelaki mudah tersebut.
"Boleh juga nih cowok, cuma sayang nya masih pelajar." Gumam Nia.
"Boleh juga nih Mbak-mbak. Wajahnya cantik, kelakuan nya koplak, kayak masih anak muda." Gumam lelaki itu.
Setelah itu, mereka kembali bergegas menuju kantor tujuan Nia. Lelaki itu mengendarai motornya dengan cepat. Sehingga mau tidak mau, Nia memeluk pinggang lelaki itu dari belakang.
Empat puluh menit kemudian, akhirnya mereka sampai di gedung perkantoran tujuan Nia. Dengan tergesa-gesa, Nia membuka helmnya. Lalu, merapikan rambutnya yang sedikit terlihat berantakan. Nia mendorong tubuh lelaki itu, demi untuk dapat berkaca di spion motor milik lelaki itu.
"Ampun deh Ini Mbak-Mbak." Gumam lelaki itu sambil memperhatikan Nia yang sibuk merapikan rambutnya.
"Gimana gue sudah cantik belum?" Tanya Nia kepada lelaki itu.
"Sudah." Ucap lelaki itu dengan malas.
"Ya sudah, nih buat jajan. Helmnya buat lu aja, makasih!" Ucap Nia sambil menyerahkan selembar uang seratus ribu rupiah kepada lelaki muda itu.
Dengan ragu, lelaki itu menerima uang dari Nia. Setelah uangnya diterima oleh lelaki muda itu, Nia pun berlari menuju pintu masuk gedung kantor tersebut.
Dengan tergesa-gesa Nia menuju meja resepsionis yang berada di depan pintu masuk gedung perkantoran itu.
"Selamat pagi Mbak, Mbak interview belum dimulai kan.?" Tanya Nia sembari mengatur nafasnya.
"Selamat pagi Mbak sebentar lagi interview akan segera dimulai. Atas nama Mbak siapa ya? absen dulu nanti baru dipanggil." Ujar resepsionis tersebut.
"Saya Nia Mbak."
"Oke Mbak Nia, silakan tunggu di lantai sepuluh, di sana interview nya di adakan." Ucap resepsionis tersebut.
"Terima kasih Mbak." Ucap Nia. Lalu, ia bergegas menuju lift yang ada di lobby tersebut.
Sesampainya di lantai yang ia tuju, Nia melihat ada beberapa kandidat yang juga menunggu interview dimulai. Setelah sekian menit berlalu akhirnya interview pun dimulai. Satu per satu kandidat dipanggil, masuk dan keluar silih-berganti dari ruangan interview.
Walaupun saat ini bukanlah interview pertama bagi Nia. Tetapi, ia tetap merasa gugup setiap akan menghadapi interview.
Hingga akhirnya, Na pun dipanggil untuk masuk ke dalam ruangan tersebut.
Nia menarik napas. Lalu, menghembuskan nya dengan perlahan sebelum ia masuk ke dalam ruangan dimana dirinya akan di interview.
"Saudari Nia?"
Nia memandang lelaki yang duduk di balik meja di ruangan tersebut. Lalu, ia membaca papan nama di atas meja lelaki itu.
"Roy hartawan. CEO."
Nia tercengang, Ia tidak menyangka bahwa interview langsung menghadap pemilik perusahaan tersebut.
"Iya saya Nia, Pak." Ucap Nia.
"Silakan duduk."
CEO yang bernama Roy itu mempersilahkan Nia untuk duduk di depannya. Roy memperhatikan wajah Nia, lalu ia membaca profil Nia di selembar kertas yang diprint oleh sekretaris nya.
"Berarti baru menyelesaikan study S2 ya di Inggris?" Tanya Roy.
"Iya Pak." Jawab Nia. Lalu, lelaki itu kembali membaca selembar kertas di tangannya itu.
Setelah beberapa saat, Roy pun tersenyum dan kembali menatap Nia.
"Sepertinya Anda adalah orang yang saya cari. Apakah Anda bersedia untuk bekerja di perusahaan saya mulai besok?"
Nia terkejut dan menatap Roy dengan tak percaya.
"Saya diterima Pak?" Nia mencoba memastikan apa yang baru saja ia dengar.
"Iya, besok mulai kerja ya." Ucap Roy.
"Terima kasih Pak! saya berjanji akan bekerja dengan baik di perusahaan Bapak." Ucap Nia sambil tersenyum sumringah.
"Kalau begitu buktikan janjimu."
"Baik Pak, saya permisi dulu."
"Silakan."
Nia menjabat tangan Roy. Lalu, ia meninggalkan ruangan Roy dengan perasaan yang sangat gembira.
"Alhamdulillah..!" Seru Nia di dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
susi 2020
😍😍😍
2023-06-04
1
susi 2020
🥰🥰🥰
2023-06-04
1
De'Ran7
wkwk dijual.kan bisa latihan ngemudi.malah dijual😅
2022-10-19
1