Isye menangis terisak-isak, Ia tak rela jika Rangga menginginkan hubungan mereka jeda untuk sementara waktu.
"Ini-pasti karena perempuan itu, kan?" Isye mulai meradang. Ia memukul-mukul bahu Rangga.
Rangga meraih tangan Isye berusaha meredakan amarahnya.
"Stop, Isye!"
"Sudah-sudah..." Rangga menggenggam tangan Isye, berusaha memberikan ketenangan pada Isye.
"Aku tidak terima."
"Aku-aku-aku nggak mau-aku nggak bisa terima semua ini-jika hubungan kita bubar karena dia." Ujar Isye sembari menyeka air matanya.
"Kamu-dulu janji sama aku-kalau hubungan kita akan sampai pada pernikahan." Ujar Isye, seolah mengingatkan janji Rangga padanya.
"Iya..." Rangga menghela napas perlahan, tapi terdengar berat dan seolah menahan beban yang teramat dalam.
Apa aku harus mengemukakan alasan yang sebenarnya pada Isye, agar Ia tahu apa penyebab semua ini. Apakah itu jalan terbaik.
Rangga menyugar rambutnya dan mengusap wajahnya, Ia merasa gelisah.
"Rangga..."
"Tatap mataku!" pinta Isye pada Rangga.
Rangga menoleh dan melakukan apa yang Isye minta.
"Masihkah ada cinta yang dulu sempat Kamu punya?" Tanya Isye dengan nada sedih.
Rangga merasa tak tahan melihat Isye sedih. Namun melanjutkan hubungannya dengan Isye juga hal yang sangat dilematis.
Di satu sisi, Ia ingin membahagiakan Isye. Namun di sisi lain, Ia merasa membohongi Isye dengan cinta yang tak pernah bisa sama lagi dengan yang dulu Ia miliki.
Ia tak mau, Isye kecewa kalau tahu bahwa cintanya yang sekarang adalah semu, tak lagi sama seperti dulu.
Rangga telah berusaha mencintai Isye sepenuh hati seperti saat dulu lagi, namun tetap saja Ia tak mampu. Hatinya hampa saat sedang bersama Isye, tak ada lagi binar bahagia di hatinya seperti waktu itu.
"Rangga!" Isye menaikan intonasi suaranya, Ia meraa kesal dan benar-benar kesal kali ini. Rangga menatapnya, namun Isye merasa tatapan Rangga tanpa cinta yang sama seperti dulu pernah Ia miliki untuknya.
Dilepasnya sebuah cincin yang melekat manis di jari tangan kirinya.
Isye meraih tangan Ranga dan memberikan cincin itu padanya.
"Ini aku kembalikan."
"Aku nggak bisa terima dengan keputusan Kamu."
"Aku akan bikin perhitungan dengan perempuan itu." Isye beranjak meninggalkan Rangga yang terpana heran dengan apa yang Isye katakan barusan.
Rangga tahu, bukan hal yang mudah bagi Isye untuk menerima keputusannya.
"Isye-tunggu!" Percuma berteriak, Isye dengan langkah cepat seolah berlari meniggalkan Rangga.
Rangga kehilangan jejak Isye.
"Apa dia pulang ke tempat kostnya, ya?" Rangga bertanya pada dirinya sendiri.
Rangga takut jika Isye benar-benar nekat menemui Dinda.
Isye sedang emosi, Rangga merasa khawatir. Bagaimanapun, Ia harus bisa menjaga Isye sesuai pesan dari bundanya.
Namun sekarang, Ia bingung, harus mencari Isye ke mana?
\=\=\=
"Dinda!" Panggil Isye setengah berteriak.
Beberapa hari yang lalu isye memata-matai Dinda, kemanapun Dinda pergi, sampai Ia rela bolos kuliah hanya untuk mendapatkan informasi tentang Dinda.
Dinda yang hendak pergi menoleh ke asal suara.
"Aku mau bicara." Isye menghentikan langkahnya tepat di depan Dinda.
Dinda yang merasakan ada sesuatu yang tak beres dengan gadis yang baru saja datang, berusaha melangkah mundur.
"Dinda!" Emosi Isye mulai naik.
"Kamu siapa?" Tanya Dinda dengan nada tak kalah sengit. Ia melihat gadis di depannya berdiri dengan raut wajah yang seolah menahan amarah.
"Aku nggak kenal Kamu." Ujar Dinda lagi.
"Lagipula-ada urusan apa ya?" Tanya Dinda tak mengerti.
"Ada hubungan apa antara Kamu dan Rangga?" Tanya Isye to the point.
"Rangga?" Dinda makin tak mengerti.
Apa ini perempuan yang membuat Rangga sakit hati, pertanyaan itu melintas begitu saja di benak Dinda.
Dinda ingat, Rangga pernah bercerita bahwa saat ini Ia tengah merasa sakit hati, namun ia juga tak bisa membenci seseorang yang telah membuatnya sakit hati.
Inikah perempuan yang Rangga maksud? pantas saja Rangga tak bisa membenci perempuan itu. Dia begitu cantik, pikir Dinda. Ia merasa kalah cantik dengan perempuan yag sekarang berdiri di depannya dengan wajah yang menahan emosi.
Bermacam pikiran berkecamuk di benak Dinda, pantas saja Rangga tak segera membalas ungkapan perasaannya saat itu. Ia meminta waktu, mungkin Ia belum rela melepas kekasihnya yang cantik ini.
Dinda menghela napas dalam-dalam. Jadi ini alasan Rangga, tanya Dinda dalam hati
Kalau iya, Dinda tak mau lagi terlalu berharap pada Rangga, Ia juga bukan perempuan yang mau begitu saja merenggut kebahagiaan orang lain.
"Maaf-Kamu mungkin salah orang." Tukas Dinda dengan nada tegas.
Isye menatap setengah tak percaya, bagaimana mungkin Dinda tak ada hubungan apa-apa dengan Rangga?
Jelas sekali Ia mendengar apa yang Dinda katakan hari itu pada Rangga. Rangga juga minta waktu untuk bisa menjawabnya dan Dinda masih saja mengatakan kalau mereka berdua tak ada hubungan apa-apa.
Isye menatap wajah Dinda dengan tatapan penuh keheranan.
"Iya-Aku tak ada hubungan apa pun dengan Rangga, jelas?" Ujar Dinda kali ini dengan nada mengiyakan dan Dinda pun menganggukkan kepalanya agar Isye bisa lebih yakin lagi dengan jawabannya.
Isye menggelengkan kepalanya, "Aku-tetap tidak percaya."
"Ya sudah, kalau Kamu tak percaya." "minggir!"
"Aku nggak mau buang-buang waktu dengan hal-hal yang nggak penting." Sergah Dinda.
Isye menarik tangan Dinda saat Ia melangkah melewatinya.
"Aku mau-Kamu jelaskan, sejelas-jelasnya." Isye menatap lekat wajah Dinda yang lumayan cantik.
"Bukannya Aku tadi sudah bilang, apa masih kurang jelas?" Tanya Dinda dengan mata membulat.
"Iya-Aku mohon jelaskan semuanya." Nada suara Isye mulai melunak, tak ada gunanya jika Ia emosi. Ia tak akan bisa mendapatkan penjelasan dari Dinda.
Dinda menghela napas, "Dari mana Aku harus mulai menceritakan semuanya?"
"Dari saat Kamu ungkapkan perasaanmu di Kampus Rangga." Jawab Isye kemudian.
Kini Dinda yang melongo mendengar jawaban Isye. Dari mana dia tahu kalau Ia sempat mengutarakan isi hatinya dan bahkan membuang gengsinya saat ia mengutarakan isi hatinya pada Rangga.
"What?"
"Bagaimana bisa?"
"Waktu itu-sepertinya nggak ada siapa-siapa kecuali Aku dan Rangga. Makanya aku nekat mengutarakan isi hatiku padanya."
"Rangga bilang, Ia tengah merasa kecewa dan sakit hati pada pacarnya tapi Ia tak bisa membencinya begitu saja..." Ujar Dinda lagi.
"Makanya-Aku yang berulang kali merasakan patah hati, mencoba mendekati Rangga, karena Aku merasa nyaman dengannya." Papar Dinda dengan perasaan hati yang rasanya sulit untuk diungkapkan.
"Aku ada di balik pohon, dekat sekali dengan kalian." Jawab Isye dengan tenang.
Dinda menghela napas perlahan, "Sampai sekarang Rangga juga belum menjawabnya."
Isye terkejut dengan penjelasan Dinda barusan, Ia pikir Rangga yang tampak mulai sedikit dingin dan seringkali cuek saat bertemu dengannya, karena Rangga sudah menjalin hubungan dengan Dinda.
"Rangga akhir-akhir ini bersikap sedikit dingin dan cuek jika sedang bersamaku." Mata Isye menerawang, terlihat sekali Ia merasa sedih.
"Namun melihat kalian saat itu-Aku berpikir, Kamulah penyebab dari semua perubahan sikap Rangga."
"Jadi benar-kalian belum ada hubungan apa-apa selain sebagai teman? Tanya Isye meyakinkan dirinya sendiri.
Dinda tampak menganggukkan kepalanya.
"Rangga laki-laki yang sangat baik dari beberapa orang yang kukenal."
"Dia juga tidak mudah pindah ke lain hati, walaupun dia pernah merasakan sakit hati."
"Rangga tak bisa membenci orang yang bahkan telah tega menyakiti hatinya." Dinda menghela napas, berusaha membuang perih dalam rongga dadanya.
"Apa maksudnya-selama ini Rangga hanya menjalin hubungan denganku, tak ada lagi yang lain setahuku." Sergah Isye.
Isye kembali mencoba mengingat-ingat saat duduk di bangku Sekolah Menengah pertama, hanya dialah yang dekat dengan Rangga.
"Berarti-dia merasa sakit hati denganmu." Jawaban Dinda membuat hati Isye tertohok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments