Entah

Setelah lulus dengan nilai lumayan tinggi, Isye berencana melanjutkan kuliah di kota gudeg.

Rangga juga kuliah di sana, Isye akan merasa tenang jika dekat dengan Rangga.

Isye berharap, jika dekat dengan Rangga, akan meredakan ketegangan yang terjadi di antara mereka berdua.

Saat ini, seperti ada jeda dalam hubungan mereka.

Sudah hampir setahun ini, Rangga tak pernah menemuinya. bahkan untuk sekedar menanyakan kabarnya.

Isye masih berharap hubungan mereka akan berlanjut. Tapi, Ia juga tak mau berpisah begitu saja dengan Aldi.

Isye tak menyadari, kalau Rangga telah berhasil menyelidiki apa yang menyebabkan Isye dekat dengan cowok yang pernah dilihatnya saat menjemput Isye di sekolah.

\=\=\=

Isye diterima di salah satu perguruan tinggi di kota gudeg, sesuai dengan impiannya.

Hari pertama menginjakkan kakinya di kampus, Isye merasa senang sekali.

Ia berhasil memasuki kampus impiannya.

Isye menatap gedung kampusnya dari kejauhan.

Ia tersenyum senang. Kampusnya tak seberapa jauh dari kampus tempat Rangga menimba ilmu.

Isye berencana memberi kejutan pada Rangga. Bagaimana pun juga, mereka masih belum putus.

Isye menganggap renggangnya hubungan, karena kesibukan yang tiada henti di antara meraka.

Isye sibuk dengan persiapan ujian akhir sekolah, sementara Rangga juga sibuk kuliah dan dia pun aktif di berbagai kegiatan di kampusnya.

Isye menghela napas dan menghembuskannya. Ia coba tersenyum menghadapi dunianya yang baru.

Aku ingin memperbaiki hubunganku dengan Rangga, toh Aldi juga jauh, pikir Isye.

Isye melangkah ke halaman gedung kampus dengan perasaan gembira.

Hari pertama dijalaninya dengan penuh semangat.

Sepulang kuliah, Isye tak langsung pulang. Ia menunggu di pintu gerbang kampus tempat Rangga kuliah.

Hampir satu jam Isye menunggu Rangga, di depan Kampusnya. Namun, yang ditunggu tak kunjung kelihatan batang hidungnya.

Isye menggigit bibirnya, menahan rasa bersalah yang tiba-tiba saja hadir.

Sekarang, rasa bersalah itu seakan menyelimuti hati Isye.

Ia merasa sangat bersalah pada Rangga yang telah setia selama ini. Namun, dalam sekejap saja kesetiaan Rangga Ia campakkan ketika ada Aldi di sisinya.

Aldi yang tampan dan humoris membuat Ia lupa seketika dengan Rangga.

Semenjak Rangga melanjutkan studynya, Isye merasa begitu kehilangan. lalu Ia menemukan kenyamanan baru ketika bersama dengan Aldi.

Arghhh...ini salahku, semua karena aku. Bisik hati Isye seakan marah pada dirinya sendiri.

Isye tahu bagaimana Rangga, apapun yang Ia lakukan tak akan membuat Rangga marah. Rangga begitu baik.

Tapi, kini hatinya seakan berbisik kalau Rangga seakan menjauh darinya.

Isye menepis kegalauan dan pikiran negatifnya sendiri. Ia sadar, Ia salah. Tapi, Ia akan mencoba untuk memperbaiki semuanya.

Kak, tunggu aku. aku janji, aku tak akan berpaling lagi darimu. Gumam Isye.

Satu jam lebih Isye menunggu sosok Rangga. Akhirnya, Ia putuskan untuk pulang ke tempat kostnya.

Dengan langkah yang tak bersemangat, Isye kembali ke tempat kostnya yang letaknya tak jauh dari kampus.

Isye sengaja memilih tempat kost yang tak jauh dari kampus, agar lebih fokus dalam kuliah. Meski harga sewanya tergolong mahal.

\=\=\=

Rangga menghela napas panjang, Ia melihat Isye pergi menjauh dari gerbang kampusnya.

Rangga masih belum bisa menerima kesalahan Isye.

Rasanya enggan menemui gadis yang sangat Ia cintai.

Rangga menangkap sosok Isye dari kejauhan, Ia berdiri di balik pohon yang cukup rindang di halaman kampus. Banyak mahasiswa yang duduk di situ sekedar melepas penat.

Rangga mengamati Isye, rasa rindunya muncul. Namun terkalahkan oleh egonya sendiri.

Rangga merasa marah, namun ia tak bisa meluapkan kemarahannya pada Isye.

Ia teramat sangat mencintai gadis itu. Namun, Ia juga tak mau menerima begitu saja kenyataan kalau Isye ternyata telah tega mengkhianati kesetiaannya selama ini.

Isye yang dulu Ia kenal, sekarang telah berubah. Ia memiliki Isye sebagai kekasihnya, namun di sisi lain Isye telah membagi hati.

Itu satu kenyataan yang membuat Rangga sangat terpukul.

Rangga tak bisa menerima pengkhianatan, apa pun itu alasannya.

Ia marah. Ia malas untuk sekedar bertemu gadisnya, kali ini.

Meski, rasa rindu menghentak-hentak dalam dadanya seakan menyuruhnya agar Ia segera menemui gadisnya. Ia menahan diri untuk tidak menemuinya.

Isye merebahkan diri di atas petiduran kayu beralaskan kasur tipis. Sederhana yang penting nyaman, batin isye saat pertama kali Ia masuk ke kamar kostnya.

Ibu kostnya sangat baik, membuat Isye merasa betah tinggal di rumah sederhana ini.

Isye memandang langit-langit kamarnya.

Isye merasa menyesal sekarang, entah kenapa Ia menjadi begitu tega mengkhianati Rangga.

Semudah itu Ia berpaling, hanya karena Rangga jauh saat itu.

Namun, datangnya cinta tak bisa dipaksakan. Ia seakan tenggelam dalam pesona Aldi.

Aldi hangat dan humoris, Ia mampu mencairkan suasana hatinya, apalagi Rangga jauh darinya saat itu.

Saat Rangga tak menghubunginya setahun terakhir ini, barulah Isye sadar akan arti kehilangan.

Isye telah kehilangan perhatian Rangga yang begitu tulus mencintainya.

Setahun terakhir ini, Isye memanfaatkan waktu untuk belajar dengan giat agar bisa kuliah di kota ini.

Isye berhasil masuk ke kampus impiannya.

Hari pertama masuk kuliah, Isye merasa senang sekaligus juga sedih.

Isye bangkit dari tempat tidurnya, menguak jendela kamar yang menghadap lagsung ke arah jalan raya.

Kendaraan nampak ramai lalu lalang, ada rasa kehilangan yang kembali menyeruak dalam hati isye. Ia merasa benar-benar kehilangan Rangga. Ia rindu...

Isye menghela napas panjang, berusaha meredakan sesak di dada.

Baru kini Ia sadari, penyesalan tiada lagi berarti.

Mungkin hanya maaf yang Ia harapkan dari Rangga.

Isye hanya berharap, Rangga tak mengetahui hubungannya dengan Aldi waktu itu.

Senja mulai merayap turun, Isye menatapnya dsngan hati gelisah. Gelisah karena rasa sesal dan rasa rindu yang tiba-tiba saja hadir menjelma setelah sekian lama Ia jauh dari Rangga.

Rangga yang pendiam namun penuh perhatian, Ia merasa kangen. Kangen dengan perhatian-perhatian kecilnya, seperti dulu.

Isye menyeka sudut matanya yang mulai terasa hangat.

Suara adzan berkumandang, Isye menatap senja yang mulai tenggelam, seraya menutup jendela kamarnya.

\=\=\=

Rangga duduk di depan teras rumah kostnya. Beberapa kali teman kostnya mengajak jalan keliling malioboro tapi ditolaknya dengan halus.

"Ikut, yuks." Ajak Danang, teman sebelah kamarnya.

"Kemana?" Tanya Rangga dengan perasaan enggan.

"Malioboro, refreshing, bro." Ujar Danang seraya duduk di bangku teras, sembari mengikat tali sepatu ketsnya yang berwarna biru senada dengan kaos yang dikenakannya.

"Hmm...kayaknya asyik juga. Cuma-Aku lagi males banget keluar rumah." Tolak Rangga halus.

"Kenapa Lo, Bro?" Tanya Danang setengah menyelidik.

"Oh-Aku tahu..." Danang setengah menyeringai menoleh ke arah Rangga.

"Lagi kangen sama pacar, pastinya."

"Betul kan, dugaanku." Ujar Danang lagi sembari tersenyum sumringah..

"Kalau Aku sih-lebih enakan jomblo, nggak ada yang dipikirin. Tapi-kalau ada gadis baik dan cantik yang mau sama aku sih-Aku nggak bakalan nolak juga." Danang terkekeh.

Rangga melempar kulit kacang ke arah Danang.

Danang pura-pura menghindar, "Eits."

"Itu sama aja..." Sergah Rangga sambil tertawa.

"Lah-daripada Lo, Bro. Hari gini ngelamun-aja kerjanya. Mendingan Aku donk, jomblo but I'm happy." Ujar Danang seraya merentangkan kedua tangannya.

"Udah ah, Aku cabut dulu ya. Udahan ngelamunnya, ayam tetangga kemarin ngelamun, eh diopor akhirnya. " Danang terkekeh seraya bangkit meninggalkan Rangga.

"Bisa aja, Kamu Nang-Nang." Rangga menggeleng-gelengkan kepalanya.

Sepeninggal Danang, Rangga termenung kembali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!