Yang Menghilang

Aldi menatap Fian dari kejauhan.

Terlihat oleh Aldi, Fian, sahabatnya yang kemarin selalu menemaninya tengah larut dan asyik berbincang dengan Johan.

Entah ada apa dengan sahabatnya itu.

Beberapa waktu yang lalu, Fian pernah menolak Johan.

Fian akan selalu menceritakan apa saja padanya. Namun kali ini Aldi seolah tak mengerti dengan sikap Fian yang kini berubah hingga tiga ratus enam puluh derajat.

Aldi terdiam menyandarkan tubuhnya di tembok dengan tangan terlipat di depan dada, Ia melihat betapa Fian dan Johan kian hari makin akrab saja.

"Bro...ngapain?" Tanya Sandi sembari mengikuti arah pandangan Aldi, teman sebangkunya.

"Oh...I know-I know..."Sandi menggeleng-gelengkan kepalanya.

ck..ckck..decak Sandi.

"Lo cemburu ya, Bro? Sandi bertanya dengan logat betawinya yang begitu kentara.

Aldi masih saja tak bergeming mendengar pertanyaan Sandi.

"Bukannya-udah ada itu si-siapa namanya, ya?" Sandi menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, berusaha mengingat-ingat nama cewek yang tengah dekat dengan Aldi.

Sandi sering kali melihat cewek itu menghampiri Aldi saat istirahat atau usai pelajaran sekolah.

"Bantu gue, kek...orang-gue lagi beneran lupa sama-nama cewek Lo, juga." Ujar sandi lagi.

"Bro..." Tepukan Sandi kali ini benar-benar bikin Aldi terkejut. Badan Sandy yang tinggi besar membuat tepukannya terasa kencang.

Aldi meringis sesaat, seraya mengelus-elus bahunya.

"Apaan sih, sakit tahu." Sungut Aldi.

"Lebay Lo, jangan melamun makanya..." Ujar Sandi lagi.

"Gue nanya, cewek yang lagi deket sama Lo sekarang-namanya-siapa?" Tanya Sandi lagi.

"Isye, kenapa-naksir?" Tanya Aldi dengan acuh.

Sandi menyeringai, " Kalau Lo bolehin sih, gue nggak bakal nolak."

"She is beautiful." Ujar Sandi lagi.

"Enak aja..." Aldi memukul pelan bahu teman sebangkunya yang memang konyol.

"Aku ke Perpustakaan sebentar." Ujar Aldi seraya meninggalkan Sandi yang kemudian mengekor juga akhirnya.

"Tungguin gue , Bro." Teriak Sandi.

"Jalan aja sendiri..." Ujar Aldi seraya terkekeh

\=\=\=

"Fi, Kamu ternyata lucu juga ya, bikin aku ketawa terus dari tadi." Ujar Johan.

Fian tersenyum.

Senyum Fian selalu saja membuat Johan tak bisa tidur nyenyak.

Arghh...aku terlalu berharap. Kedekatanku dengan Fian kan hanya sebatas sahabat, gumam johan dalam hati.

Namun, rasanya sulit bagi Johan untuk menepis perasaannya pada gadis berambut coklat ini.

Tak bisa Johan pungkiri, Fian terlalu manis untuk Ia acuhkan begitu saja..

\=\=\=

Aldi mengitari lemari Perpustakaan, mencari buku yang cocok dan ingin Ia baca.

Biasanya, Fian yang akan memaksa Aldi untuk membaca buku pilihannya.

"Aldi, buku ini bagus. Kamu baca deh." Fian menyerahkan buku yang dipilihnya suatu ketika saat mereka berada di Perpustakaan.

"Dasar tukang paksa." Gerutu Aldi saat itu.

"Eh-buku pilihanku pasti bagus Al. Ayo kasih ke petugas perpus tuh." Fian menarik lengan Aldi.

Aldi menginginkan saat-saat itu lagi, ternyata.

Tapi, sepertinya kali ini Aldi tak bisa lagi meminta Fian untuk melakukan hal yang sama.

Fian berubah. Makin hari, Fian makin terasa jauh saja.

Dari mulai pindah bangku, dan sekarang ia malah dekat dengan Johan.

Aldi mendengus kesal, entah kesal pada siapa. Pada diri sendiri, Fian atau...Isye?

Gadis Itu, terlalu cantik untuk tak Ia hiraukan. Aldi juga bukan cowok naif yang mau melewatkan kesempatan untuk mendapatkan Isye begitu saja. Banyak cowok di sekolah ini yang ingin jadi pacarnya.

Tapi, Fian juga sangat berarti buat Aldi. Sebulan saja tak bisa ngobrol dan bercanda dengan Fian, meski ada Isye yang kini menemaninya saat istirahat atau pulang sekolah, tetap saja Aldi tak bisa melupakan Fian.

\=\=\=

Isye membuka pintu Perpustakaan dengan hati-hati.

Isye mengangguk dan tersenyum pada petugas perpustakaan. Isye mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Isye sedang mencari sosok Aldi.

Sandi yang melihat kedatangan Isye, menepuk pundak Aldi.

Aldi tampak terkejut, Ia berusaha mengatasi rasa terkejutnya akibat hentakan Sandi di bahunya.

"Apaan sih, bikin orang kaget aja." Sungut Aldi dengan suara hampir berbisik.

Sandi menunjuk ke arah pintu Perpustakaan, Aldi melihat Isye yang tengah berjalan menuju lemari Perpustakaan. Aldi menarik lengan Sandi agar sedikit menjauh ke arah sudut ruang yang terhalang oleh lemari.

Sandi merasa heran dengan tingkah Aldi. "Kenapa, Lo?" Tanya Sandi seraya mengetuk-ngetukkan jari telunjuk di dagunya.

Aldi dan Sandi berdiri menghadap tembok terhalang oleh lemari Perpustakaan, kali ini Ia enggan bertemu isye. Hatinya sedang kisruh, entah apa yang Ia rasakan sebenarnya. Aldi merasa tak tahu.

Isye berjalan pelan mengitari ruang Perpustakaan yang lumayan besar dengan rak buku yang banyak dan berjejer di samping kanan dan kirinya.

Isye pura-pura memilih buku, Perpus terlihat ramai pengunjung hari ini.

Nihil, Isye tak bisa menemukan sosok Aldi. Padahal tadi Ia sempat bertanya pada Fian, kemana Aldi barusan.

"Fi, lihat Aldi nggak?" Tanya Isye pada Fian yang tengah ngobrol dengan Johan.

Semula Fian tak mau menjawab.

Fian tadi sempat melihat Aldi dengan ekor matanya. Walapun Ia sedang ngobrol dengan Johan, tapi pikiran dan hatinya tertuju pada Aldi yang memandanginya.

Fian sempat melihat sekilas Aldi berjalan ke arah Perpustakaan sekolah.

"Ehm...Aldi-kalau nggak salah-jalan ke arah Perpus." Jawab Fian.

"Ok-thanks, Fi." Ujar Isye seraya berjalan menuju Perpustakaan.

Isye masih saja mencari-cari sosok Aldi, ketika bel tanda usai istirahat tiba-tiba berbunyi.

Hufft, dengus Isye.

Dua hari tak bertemu Aldi, rasanya ada yang hilang.

Rangga juga tak menghubunginya sudah seminggu ini. Entah, apa yang dilakukannya, atau dia sudah kembali ke kampusnya mungkin.

Isye mendesah kesal.

Aldi menghembuskan napas lega, hari ini Ia hanya ingin sendiri.

"Thanks Bro." Ujar Aldi sambil menepuk bahu Sandi.

Aldi bergegas menuju petugas Perpustakaan. ketika dilihatnya Isye sudah menghilang di balik pintu Perpustakaan.

\=\=\=

Fian tak berharap apapun dari kedekatannya dengan Aldi selama ini. Ia menyukai Aldi tapi tak terbersit sedikitpun untuk mengatakan perasaannya pada Aldi.

Biarlah waktu yang nanti akan menjawabnya.

Kalaupun Aldi memilih untuk bersama dengan yang lain, Ia ikhlas. Asal Aldi bahagia.

Tak terasa bulir hangat kembali membendung di sudut matanya.

Fian kembali mencorat coret buku hariannya.

"Beginikah rasanya cinta yang tak terbalas?

Rasanya sakit, Diary.

Apalagi kini aku tahu, bahwa Bunda Isye dan Ibu berteman baik. Apa yang harus aku lakukan Diary?

Jari isye bergerak lincah di atas lembar demi lembar Diary-nya.

Diary...

Hanya kamu yang mengerti perasaanku.

Aku tak tahu lagi Diary...

Apa yang harus aku lakukan?

Entahlah...

Apakah aku harus mengorbankan perasaanku sendiri demi Aldi dan juga hubungan baik Ibu dan Bunda Isye?

Katakan Diary...

Aku juga nggak mau nilaiku anjlok gegara emosiku yang tak stabil, jika aku melihat Aldi dan Isye sedang bersama.

Johan mrnyukaiku dari dulu, tapi aku nggak punya perasaan apapun padanya.

Kedekatanku kali ini hanya ingin membuat Aldi merasa cemburu dan merasa kehilangan karena aku tak lagi mau bersama dia.

sepertinya hal itu sudah 30 persen Diary...

Tulisnya sambil tersenyum.

Tapi aku senang Diary...

Aldi ternyata tak mau kehilangan aku. Tapi apakah itu bentuk rasa sayangnya sebagai sahabat, teman, atau...

arggh...

Diary...

Aku tak mau berharap terlalu banyak.

Rasanya sudah cukup.

Aku tak mau peduli lagi dengan apapun yang berbau Aldi.

\=\=\=:

Fian menutup Diarynya dan menghembuskan napas panjang. Terasa sedikit lega rongga dadanya, yang sedari tadi sesak menahan isak.

Dihempaskannya tubuh mungilnya di atas ranjang. Namun, hingga pukul dua dini hari, netranya tak mau terpejam juga. Banyak hal yang berkecamuk di benaknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!