Without You

Without You

Kesan Pertama

Cowok ganteng dengan tatapan mata elangnya mencoba menelisik lebih jauh kejujuran yang baru saja terucap dari gadis berambut ikal dan berwarna.kecoklatan.

Fian, nama gadis itu. Ia baru saja mengungkap satu hal yang membuat hubungan Aldi dan pacarnya tak akan lama lagi berakhir.

Fian sangat berharap hubungan mereka kandas.

uh...jahatnya aku, bisik nuraninya tak mau Ia menjadi orang yang berkepribadian buruk.

Tapi, apa yang sudah Fian ungkapkan tentang gadis bernama Isye adalah fakta.

Fian tahu, Aldi sudah lama menjalin hubungan dengan Isye, kakak kelas mereka.

Aldi tak pernah tahu kalau Fian telah memendam rasa selama hampir dua tahun lamanya.

Kedekatan mereka sebagai dua orang sahabat ternyata membuat Fian malah jatuh hati pada Aldi, sahabatnya.

"Kamu...nggak lagi bercanda kan?"

Aldi menatap wajah sahabatnya lekat.

"Katakan, kalau apa yang sudah Kamu lihat itu tidak benar." Aldi mengguncang kedua bahuku.

Kalau sudah begini, sedih rasanya melihat sahabat yang sangat aku sayangi dan telah membuatku jatuh hati kecewa dan sedih.

Aldi...apa kamu tak bisa merasakan apa yang selama ini kurasakan? nuraniku bertanya sedih.

Aku tahu, Isye memang gadis populer di SMA kami. Banyak yang menginginkan Isye untuk jadi pacar mereka.

Namun, pilihan Isye jatuh pada Aldi.

Awal tahun pertama di SMA, aku dan Aldi mulai aktif di OSIS. Di sinilah awal kedekatanku dengannya.

Aku begitu senang jika ada kegiatan di luar jam belajar. Karena itu artinya, aku akan bisa berlama-lama bertemu dengan Aldi di sekolah.

Ada beberapa ekstrakurikuler yang aku dan Aldi ikuti. Hingga membuat kami terlihat sering bersama. Banyak teman sekelasku yang iri melihat kedekatanku dengan Aldi.

Mereka kira, kami pacaran. Aku cuma tersenyum dan mengiyakannya dalam hati.

Mereka tak pernah tahu, bagaimana aku harus bisa menekan rasa yang seringkali muncul saat sedang bersama Aldi.

Aldi menarik lenganku pelan dan membisikan sesuatu di telingaku saat itu.

Hatiku rasanya remuk redam mendengar apa yang baru saja Ia ucapkan saat itu.

"Aku suka sama Isye, kakak kelas kita." Bisiknya pelan di telinga kiriku.

Lututku terasa lemas, tapi bagaimanapun juga aku harus tetap terlihat senang mendengar apa yang Ia ucapkan barusan.

"Ehmmm..." Aku tak tahu harus berkata apa.

"Kenapa, Kamu nggak suka sama dia?"

"Kalau kamu nggak setuju aku suka sama Isye...iya...nggak apa-apa, aku nggak akan dekati dia." Aldi menatapku dengan tatapan penuh harap.

"Eh...bu-bukan seperti itu, Aldi." Ujarku sembari menata rasa yang menyerang dan kalau aku tak bisa menahannya, pasti bulir bening akan jatuh membasahi pipiku yang cuby.

"So...?"

Aldi duduk di sebelahku, saat itu jam istirahat. Aku dan Aldi seringkali duduk di bangku belakang gedung Perpustakaan sekolah.

Setelah melewati tiga sesi mata pelajaran, rasa lapar menyergap perut kami. Untungnya aku selalu membawa bekal air mineral dan sekotak roti isi. Jika ada kegiatan di luar jam belajar, barulah aku pergi ke kantin sekolah.

Aldi selalu kebagian jatah kotak makanku.

"Eh, kenyang nggak nih kalau kamu bagi makanan ini ke aku?" Tanya Aldi saat pertama kalinya kubagi kotak bekalku.

"Berbagilah pada orang yang membutuhkan." Kilahku dengan mimik muka serius.

"What?" Sebuah tinju kecil mendarat di sisi bahuku.

Aku tertawa kecil, Aldi dengan mimik muka yang dibuat seolah kesal melipatkan tangan ke dadanya.

"Bercanda Aldi..." Kuulurkan kotak makananku.

Masih dengan sikap yang sama Aldi mendengus kesal.

"Apa mau aku suapin?" Ujarku seraya membuka kotak bekal dan mengambil satu buah roti goreng isi daging asap yang cukup membuat kenyang hingga pelajaran sekolah berakhir.

"A...a."

"Ayo buka mulutnya, anak mama yang baik..." Aku menggodanya.

"Emangnya aku B-A-Y-I..." Aldi merebut roti yang kusodorkan dan memakannya.

"Hmmm...enak." Aldi mencomot satu buah roti isi lagi, kali ini isi coklat pisang.

"Beli?" Tanya Aldi.

"Ibu yang bikin. Aku tinggal goreng aja." Jawabku seraya merapikan kotak bekal yang telah tandas isinya.

Kedekatanku dengan Aldi semakin hari semakin membuatku menyimpan rasa.

Saat hari libur tiba, ingin rasanya cepat- cepat kembali ke sekolah agar bisa bertemu dengannya lagi.

Cintakah ini? Aku tak pernah tahu

Hatiku seperti tersayat saat Aldi untuk pertama kalinya mengenalkan Isye. Mereka baru saja jadian hari itu.

"Fian...Isye sekarang dah jadi pacarku." Aldi memproklamirkan hubungan mereka padaku.

Aku menerima sodoran tangan Isye dan menjabatnya.

Kami sudah sama-sama kenal karena aktif di beberapa kegiatan ekskul dan juga OSIS.

Kucoba menahan perih yang tiba-tiba saja datang.

"Selamat," jari tangan kiriku mengepal kuat.

"Maaf, Aku harus kembali ke kelas. Aldi...duluan ya..." Kutinggalkan mereka begitu saja.

Aldi sempat menangkap perubahan sikapku rupanya.

"Fian...apa Kamu nggak suka dengan hubunganku?" Tanya Fian sembari menjejeri langkah kakiku saat beranjak keluar kelas.

"Kenapa Kamu berpikiran seperti itu? nggak ada hubungannya juga kan, sama aku." Kilahku cepat seraya berusaha mengusir perih yang menggigit.

"Sikapmu...sikapmu seolah-olah tak mau menerima aku untuk menjalin kedekatan dengan yang lain." Aldi menghentikan langkahku dan memegang kedua bahuku.

Aku tersenyum perih.

"Jangan sok tahu." Kilahku seraya melanjutkan langkah menuju halte bus.

Sore itu, aku ingin bersepeda ke sebuah taman yang terletak di kompleks sebelah. Kukayuh sepedaku dengan kecepatan sedang. Udara sore ini tak begitu panas, hingga aku meminta izin pada ibuku untuk pergi keliling kompleks menggunakan sepeda.

Sesampainya di taman, aku turun dari sepeda dan duduk di bangku taman.

Kuteguk air dalam my botle berwarna biru yang sengaja aku bawa. Kerongkonganku terasa sejuk seketika.

Kuluruskan kakiku, sembari melihat sekeliling yang mulai rame.

Tak sengaja mataku menatap sebuah pemandangan ganjil, seorang gadis tengah berbincang hangat di bangku taman yang terletak tepat di seberang tempatku duduk.

Mereka baru saja datang dan mengambil duduk di seberangku yang terhalang bulatan taman dengan pohon perdu dan tanaman pucuk merah di dalamnya.

Mataku membulat, apa aku tak salah lihat. Itu kan, Isye. Gumamku dalam hati.

Mereka bercanda dan tertawa, sesekali tangan cowok di sebelahnya mengacak rambut Isye.

Mereka terlihat akrab dan hangat. Sesekali ekor mataku menangkap sikap yang terlihat seolah-olah mereka adalah sepasang kekasih.

Ah...aku salah lihat mungkin. Gumamku mengusir tanya yang menggelitik.

Aku sengaja memperhatikan mereka agak lama. Untuk menghilangkan kecurigaan mereka, aku pura-pura membetulkan rantai sepedaku.

Tak salah lagi. Sekian menit sudah netraku melihat mereka.

Jadi, Aldi diduakan. Itu tebakanku.

Aku harus menyelidiki ini semua. Tak mau sahabatku disakiti. Kukayuh sepedaku pelan sengaja menghindari dua sosok yang masih saja bercengkerama.

Aku akan mengikutinya, gumamku.

Terpopuler

Comments

𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪​​​🇱​​​​❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐

𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪​​​🇱​​​​❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐

halo Salken kk

2022-04-16

1

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

salam kenal kakak

asisten dadakan hadir😘

semangat💪

2020-11-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!