"Fi-Fi-Fi-Fi-Fi..." Aldi berusaha menjejeri langkahku.
"Apa?" Sahutku ketus.
"Jauh-jauh sana!" Kilahku seraya mendorong bahu kirinya.
"Fi-Aku pengen banget kita kaya dulu lagi. Ngobrol, bercanda." Ujar Aldi yang masih saja tetap tak peduli dengan sikapku yang acuh.
"Fi..." Aku tetap saja tak bergeming meski Aldi mengguncang -guncangkan lengan kananku.
Untung saja bel tanda masuk berbunyi, aku jadi lepas dari rengekan Aldi.
\=\=\=
Hari ini Isye tak bisa konsen di dalam kelas. Ia tampak melamun. Pak Rudy guru matematika yang terkenal sebagai guru killer, melihat Isye yang tak menyimak mata pelajaran yang diberikannya.
"Coba Kamu, Isye-kerjakan nomor delapan, di papan tulis!" Ujar Pa Rudy seraya melipat kedua tangannya di depan dada dan berdiri di samping papan tulis.
Detak sepatunya yang nyaring, membuat kepala murid menunduk.
"Ayo, kerjakan!" Perintah Pa Rudy sekali lagi.
Isye merasa takut dan bersalah karena tidak menyimak dengan serius pelajaran Pa Rudy. "Ma-maaf Pa. Saya tadi-tidak menyimak pelajaran yang Bapak berikan. Jadi, Saya-tidak bisa mengerjakannya kali ini."
Isye menunduk, pasrah dengan hukuman yang akan Ia terima.
Otak Isye yang biasanya encer, hari ini benar-benar tak bisa menyelesaikan deretan angka yang ada di hadapannya.
Pa Rudy bertepuk tangan tiga kali, seraya berjalan ke arah kursi untuk guru.
"Baik, sebagai hukuman-besok kumpulkan jawaban dari soal-soal di halaman 243."
Isye membuka halaman 243, Ia tercengang 35 soal yang belum diajarkan harus ia kerjakan dalam waktu satu malam.
Bel tanda usai pelajaran berbunyi, namun suasana di kelas 2 IPA masih saja hening. Sementara, di kelas sebelah sudah terdengar suara-suara gaduh.
"Itu hukuman, bagi siapa-saja yang tidak menyimak pelajaran Saya." Suara Pa Rudy bernada pelan tapi terdengar tegas.
"Selamat siang." Pa Rudy mengakhiri pelajaran dan melangkah keluar kelas dengan detak sepatunya yang berbunyi nyaring.
Hufft...Isye menghela napas.
"Kenapa, Kamu?" Tanya Rika teman sebangkunya.
"Makanya, punya pacar cukup satu." Ujar Rika seraya menunjukkan jari telunjuknya dan menggoyang-goyangkannya di depan wajah isye yang cantik.
"Siapa juga yang punya pacar banyak." Sungut Isye.
" Lah, tuh si Aldi. Terus kakak kelas kita dulu, siapa namanya tuh, Aku lupa. Terus si Didi yang belakangan ini Kamu putusin." ujar Rika seraya tersenyum.
"Kalau kakak kelas kita-mau kamu buang, buat aku aja ya...Aku kan single." Ujar Rika seraya terkekeh.
"Hum...enak aja. Nggak akan kubuang dia, apalagi buat Kamu." kilah isye lagi.
"Eh...jangan maruk Non. Nanti kalau suatu saat ketahuan bisa perang mereka." Rika berusaha mengingatkan Isye dengan nada bercanda.
Kata-kata Rika ada benarnya juga, gumam Isye
Bagaimana kalau Rangga sampai tahu Ia ada hubungan dengan Aldi, dan bagaimana kalau Aldi tahu bahwa selama ini Ia telah punya pacar.
Isye mendengus kesal, Ia merasa tak bisa memilih satu di antara mereka berdua.
Kali ini, Ia benar-benar menyayangi mereka berdua.
Berbeda ketika ia bisa jalan dengan Didi, cowok cakep yang juga populer di sekolah ini. Bisa menggaet Didi di antara cewek-cewek lain yang coba mendekatinya, membuat Isye merasa bangga. Namun, setelah beberapa minggu jalan dengan Didi, Ia merasa tak nyaman.
Akhirnya, Isye putuskan hubungan mereka.
Namun dengan Aldi, Isye merasa nyaman. Meski Ia adik kelasnya.
Sedangkan Rangga, sudah hampir lima tahun mereka pacaran. Semenjak mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Satu hari saja tak berjumpa atau mendengar suaranya rasanya ada sesuatu yang kurang, karena sekarang mereka terpisah oleh jarak.
Namun, Rangga tidak sehangat Aldi yang selalu saja bisa membuatnya tertawa. Apalagi sekarang ini Rangga jauh darinya.
Isye benar-benar bingung.
Mana yang harus Ia pilih?
"Helow..." Rika mengibas-ngibaskan tangannya di depan muka Isye.
Isye menepis tangan Rika sembari tersenyum.
"Sudah...satu buat aku saja, ya...Aku siap menerima dengan kedua tangan yang terbuka lebar..." Gurau Rika sembari merentangkan kedua tangannya.
"Oh, maaf temanku yang baik hati, Aku tak akan memberikan satu di antara mereka untukmu." Ujar Isye sembari beranjak keluar kelas.
Waktu istirahat tinggal sepuluh menit lagi, Isye menatap alat penunjuk waktu berwarna biru muda yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya.
Masih cukup waktu untuk sekedar ngobrol dengan Aldi, pikir Isye.
Bergegas Isye melangkah menuju ruang kelas Aldi.
Tiba-tiba saja Didi menghadangnya.
"Didi!" Seru Isye yang merasa kaget dengan kedatangan Didi yang tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapannya.
Muka mereka hanya berjarak tiga puluh centimeter, namun Isye tampak tak acuh dengan kehadiran Didi.
"Apa bedanya Aku dengan Aldi?" Tanya Didi tiba-tiba.
"Kamu campakkan aku begitu saja." Muka Didi merah padam, menahan emosi.
Kulitnya yang putih dan potongan rambutnya yang cute layaknya artis Korea, membuat cewek-cewek di sekolah mereka ingin menjadi pacar Didi.
Isye berhasil menggaet Didi, Sepertinya dia yang menang saat itu.
Namun, baru Isye sadari ternyata ketampanan dan ketenaran Didi di sekolah, membuat Didi pongah dan angkuh.
Sifat itu mulai terlihat saat hubungan mereka sudah berjalan selama dua minggu lamanya.
Isye tak pernah serius dengan hubungan mereka.
Isye hanya menganggap kedekatan mereka sebagai intermezo karena hubungannya dengan Rangga sedang break saat itu.
Isye dan Rangga sepakat untuk tak bertemu beberapa waktu.
Namun, keisengan Isye dianggap lain oleh Didi.
Didi mulai nenyukai Isye.
Dia merasa sangat kecewa dengan keputusan Isye.
Isye memutuskan hubungan mereka begitu saja.
Kenyaataannya sekarang, Isye malah dekat dengan Aldi, adik kelas mereka.
"Kamu jahat, Isye. Kamu hancurkan perasaanku." Ujar Didi seraya menatap Isye dengan pandangan tajam.
"Sudah Aku bilang kan waktu itu...Aku nggak bisa lanjutkan hubungan kita. Aku nerasa nggak nyaman, Di...." Kilah Isye menatap balik Didi dengan pandangan yang tak kalah tajam.
"Aku tak terima, Aku menyukaimu." Solot didi.
"Di, Kamu tampan, cool dan banyak cewek di sekolah kita-bahkan di luar sana yang tergila-gila padamu." Ujar Isye berusaha meredakan amarah Didi.
"Kalau Kamu mau, Kamu bisa jadikan mereka semua pacarmu." Sahut Isye lagi.
"Yang Aku mau cuma Kamu, paham?" Didi masih bersikukuh.
"Awalnya Aku hanya suka padamu, tapi Kamu berbeda dari cewek lainnya. Membuatku semakin suka sama Kamu. Hingga akhirnya kamu pergi tinggalkan aku begitu saja." Ujar Didi seraya menyugar rambutnya hingga ketampanannya semakin kentara.
kulit putih berpadu dengan rambut berwarna coklat tua dan bibir tipis merah muda menambah pesona Didi.
Cewek mana yang tak mau berlama-lama menatapnya. Begitu juga dengan Isye.
Isye sebetulnya suka dengan cowok seperti Didi. Cool...namun, sifatnya membuat Isye berpikir seribu kali.
"Kalau Kamu tak mau kembali lagi padaku, Aku akan bilang sama Aldi Kalau dia cuma bagian dari permainanmu." Ancam Didi dengan tatapannya yang menghujam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments