Kejadian Tak Terduga

Jam dinding yang berdentang, menunjukan waktu tepat tengah malam. Sebagian besar makhluk bumi sudah menggunakan waktunya untuk beristirahat. Arka membaringkan tubuh molek Anastasya di atas ranjang berukuran King size milik istrinya itu. Dirasa mendarat pada tempat yang nyaman, perempuan dengan surai sedikit acak-acakan itu terdengar bergumam lembut dan mendekat erat selimut bulu angsanya yang terasa nyaman.

Arka masih berada di sisi ranjang sebelum memastikan jika Anastasya benar-benar tertidur pulas. Lima belas menit berselang, dan tak ada lagi pergerakan yang berarti pada seseorang yang tengah tidur di atas ranjang, barulah Arka menuju pintu keluar kamar.

Saat pintu terbuka, Surti beserta Sam sudah berdiri di samping pintu dengan wajah cemas.

"Bagaimana keadaan Nona, Tuan?" tanya perempuan setengah baya itu penuh kekhawatiran.

Arka tersenyum hangat, menatap lekat kedua netra perempuan yang sudah sekian tahun bekerja padanya itu dan mengusap bahunya lembut. "Bibi tenang saja. Tasya sudah tertidur lelap dan tak ada yang perlu dikhawatirkan. Dia baik-baik saja," jelas Arka.

Surti menghela nafas lega. Dirinya tau jika Anastasya dalam pengaruh minuman beralkohol saat berada di dalam dekapan suaminya.

"Kembalilah beristirahat Bibi. Tidak baik jika tidur terlalu malam."

Surti tetap diam, dan enggan meninggalkan tempatnya berdiri kini. Dari sela pintu yang sedikit terbuka, perempuan paruh baya itu menajamkan penglihatan. Benar saja, sang Nona tampak begitu lelap dalam balutan selimut yang menutup tubuhnya hingga keleher.

Surti pun merasa lega, kemudian menundukan kepala kepada Arka, sebelum kembali kekamar untuk beristirahat.

"Sam." Kini pandangan Arka beralih kepada sang Asisten pribadi.

"Iya Tuan."

"Kita perlu bicara."

"Baik Tuan." Sam mengekori langkah Tuannya menuju ruang kerja yang berada di lantai dasar.

"Kau pasti sudah tau, apa yang aku fikirkan saat ini?"

Sam mengganguk. Tanpa sang Tuan berbicara, pria yang sudah bersama dengannya cukup lama itu tau benar apa yang tersimpan di benak Tuannya.

"Bereskan kelima perempuan itu. Aku tak ingin melihat mereka masih berkeliaran di kota ini dan kembali menjerumuskan Anastasya pada gelapnya dunia malam. Jika perlu, tutup club itu malam ini juga," titah Arka kala tak mampu lagi menahan amarahnya yang memuncak.

Jalan itulah yang mampu ia ambil. Mengingat kelicikan para perempuan yang sudah dianggap sahabat oleh Anastasya, tak pernah patah arang untuk kembali menjerumuskan sang istri, pada lembah hitam yang semakin dalam membelenggunya.

"Baik Tuan, akan segera saya laksanakan." Seperti biasa, Sam terlihat tetap tegas meski sudah beberapa jam bekerja mendampingi Arka.

"Hubungi sekertarisku, katakan padanya untuk mengambil alih semua jadwalku esok hari."

"Baik Tuan. Saya permisi. Tuan beristirahatlah." Sam menundukan kepala dan meningalkan Arka yang masih tersenyum mengantar kepergiannya.

Arka menatap punggung lebar Sam yang semakin menghilang menuruni tangga. Pria muda itu mengusap wajahnya yang tampak lelah. Menggeser kepala kearah samping, di mana pintu kamar Anastasya belum tertutup sempurna. Arka maju beberapa langkah dan menarik gagang pintu itu tanpa suara.

Masih di lantai yang sama, Arka menuju ruangan lain di mana kamar pribadinya berada. Arka beserta Anastasya memang tak tidur di ranjang yang sama, namun tak ada seorang pun yang mengetahui, terkecuali kedua anak manusia itu sendiri.

*****

Sudah hampir tiga puluh menit berlalu, gadis mungil dengan surai hitam sepinggang masih tampak berdiri mematung di samping pagar. Nampan berbahan melamin pun masih ia gengam. Selepas menyajikan sarapan untuk keempat penjaga keamanan, Zara memilih menunggu kedatangan Anastasya di luar toko bunga.

Teriknya mentari mulai menyengat di kulit putih Zara. Beberapa karyawan pun sudah mulai berdatangan, dan memulai rutinitas harian mereka.

Hingga satu jam berlalu. Mobil yang kerap digunakan Anastasya, masih tak menunjukan kedatangannya. Gadis itu pun menyerah dan dengan langkah gontai kembali memasuki toko bunga tanpa hasil.

Sudah dua hari berlalu selepas kepergiannya dari istana megah milik Arka. Anastasya tak sekali pun mengunjungi toko bunga. Berharap mendapatkan pesan atau telfon, Anastasya justru sama sekali tak memberinya kabar.

Bertanya pada penjaga dan karyawan lain pun percuma, jawaban yang mereka selalu sama. Tak tau atau hanya sekedar menggelengkan kepala.

Gadis itu pun dibuat tak nyaman. Menjelang senja, Zara merangkai beberapa jenis bunga ya dikombinasikan dalam satu buket. Mawar merah muda dan putih, beserta bunga krisan tampak terlihat cantik dalam balutan kertas Ouya dan pita berwarna Baby pink yang senada.

Aku akan mendatangi rumah Nona Anastasya dan memberikan sebuket bunga sederhana ini, sebagai ucapan permintaan maaf

Menatap buket itu dari beberapa sisi. "Sepertinya sudah terlihat sempurna," guman gadis itu dengan mimik wajah menggemaskan.

Tingkah polah Zara, tak luput dari pandangan Kiara, sahabatnya. Sedari tadi, gadis itu dengan diam-diam mengamati sahabat mungilnya yang tengah disibukan dengan sebuket di tanggannya.

Berjalan mengendap, Kiara berniat untuk mengejutkan Zara.

"Hayo... , untuk siapa kau merangkai buket bunga cantik itu? Setauku, tak satu pun pesanan hari ini yang mengabungkan ketiga jenis bunga semacam itu?" Berkat lengkingan suara Kiara, beberapa pekerja lain menatap kearah dua gadis tersebut. Zara seketika membekap bibir Kiara dengan tangan mungilnya.

"Jangan keras-keras, kau bisa mengejutkan semua orang dengan lengkingan lima oktafmu itu. Lagi pula, aku membuat buket bunga ini untuk Nona Anastasya," papar gadis berlesung pipi itu.

Kiara menautkan kedua alisnya, "Untuk apa? Apa Nona Anastasya memintanya?"

"Ah sudahlah, kau tak akan faham." Bibir mungil Zara mengukir sebuah senyuman. Sementara Kiara berusaha menebak arti senyuman dari bibir sahabatnya itu.

*******

Pengendara ojek online menepikan motornya di depan gerbang utama rumah mewah Arka yang tinggi menjulang. Salah seorang penjaga berpakaian rapi mendekat. Merasa tak asing dengan wajah Zara, pria bertubuh tinggi besar itu lantas mempersilahkan gadis dengan sebuket bunga itu untuk memasuki gerbang.

Memasuki gerbang utama, taman luas dengan berbagai macam bunga berwarna warni beserta pohon buah-buahan berjajar rapi di segala sisi. Kedua netra bening Zara tampak berbinar mendapati pemandangan indah yang belum pernah ia temui sebelumnya.

Berjalan kaki beberapa menit hingga mencapai halaman bagunan mewah itu pun, tak terasa melelahkan. Mengingat semua rasa, tergantikan dengan suguhan pemandangan yang memanjakan kedua netra.

Bergerak siaga, seorang pelayan berpakain rapi mendekat dan menundukan kepala.

"Selamat sore Nona Zara. Apa Nona ingin menemui Nona kami?"

Zara terperangah. Nampaknya pelayan tersebut, masih mengenal dirinya. Walau sejujurnya Zara pun sama sekali tak mengingat siapa pelayan yang bersamanya kini.

"Iya Bi, saya ingin bertemu dengan Nona Anastasya. Apa beliau sedang ada di rumah?"

Pelayan dengan surai tertata rapi itu menggangguk. Lewat gerakan tangan, Zara dituntun untuk berjalan mensejajarinya.

Meski bukan kali pertamanya menginjakan kakinya di bangunan mewah bergaya eropa ini, namun tetap saja Zara merasakan sekujur tubuhnya bergetar hebat. Bahkan untuk melangkah pun terasa berat.

"Nona dan Tuan ada di lantai dua," ucap sang pelayan yang senantiasa mengengam tangan Zara yang sudah mulai menitikan keringat dingin, menapaki setiap anak tangga hingga menuju lantai dua.

Pelayan muda itu membenturkan dua ruas jarinya menyentuh pintu, hingga terdengar ketukan. Tak berapa lama, suara seorang perempuan terdengar dari dalam.

"Masuklah," titahnya.

Pintu perlahan dibuka tanpa menimbulkan suara oleh sang pelayan. Begitu pintu terbuka sempurna, nampaklah sepasang suami istri yang tengah menikmati senja saling berhadapan, namun di sofa yang berbeda.

Astaga... Mungkin aku datang diwaktu yang tidak tepat.

Zara menelan ludahnya kasar. Sementara kedua pemilik rumah pun tampak terkejut dengan kedatangan Zara yang tanpa diundang.

"Zara." Anastasya yang tengah mengupas buah itu menghentikan sejenak aktifitasnya untuk menyambut gadis bertubuh mungil yang masih berdiri di luar pintu.

"Maafkan saya Nona." Zara menundukan pandangan saat Anastasya mulai mendekat. " Saya hanya berniat memberikan buket bunga ini sebagai ucapan permintaan maaf." Mengulurkan rangkaian bunga cantik itu pada Anastasya. "Saya undur diri Nona," sambung Zara.

"Hei, kenapa tergesa. Aku bahkan belum mengucapkan terimakasih."

Anastasya menarik tangan mungil Zara untuk memasuki ruangan setelah mengisyaratkan pelayan muda yang bersama Zara untuk kembali melanjutkan pekerjaanya. Meski sejujurnya enggan, mengingat bukan hanya ada mereka berdua melainkan Arka pun masih berada di ruangan yang sama.

"Tapi Nona."

"Duduklah." Anastaya menepuk tempat kosong di sofa yang sama dengannya. Dimana tepat berada di hadapan Arka.

Jika Zara merasakan ketidak nyamanan. Begitu pulalah yang dirasakan Arka. Pria datar itu sama sekali tak berekspresi semenjak kedatangan Zara beberapa waktu lalu.

"Nona, lebih baik saya pulang saja. Maaf sebelumnya karna sudah menggangu kenyamanan Nona dan Tuan dengan kehadiran saya yang tanpa diundang." Mencengkeram jemarinya di atas pangkuan, Zara sungguh mengutuki kelancangan idenya hingga nekat mendatangi rumah Nonanya tanpa pemikiran yang matang.

"Tak apa. Aku saja yang akan pindah keruangan lain, agar pembicaraan kalian tidak terganggung." Justru Arka lah yang berinisiatif. Pria berpostur tinggi sempurna itu sudah hendak bangkit dari posisi duduknya jika tak dicegah oleh Anastasya.

"Arka! Tetap duduk ditempatnya. Tidak ada yang boleh kemana-mana, di antara kita bertiga," ucap Anastasya penuh penekanan.

Kenapa?

Beberapa saat ketiganya sama-sama bungkam. Jika wajah penuh tanda tanya menyelimuti Zara dan Arka, namun tidak bagi Anastasya. Perempuan cantik itu tampak tengah berfikir. Menatap pintu kamar yang masih sedikit terbuka, Anastasya berlari kecil menyentuh gagang pintu itu dan menguncinya rapat.

Kenapa Nona terlihat aneh, dan kenapa perasaan berubah tak enak seperti ini.

Anastasya kembali duduk di tempatnya semula. Menghela nafas beberapa kali sebelum memulai ucapannya.

"Baiklah, mengingat kalian berdua sudah berada di hadapanku, maka aku pun akan mengucapkan sebuah permintaan dimana hanya kalian berdualah yang mampu untuk mewujudkannya." Suara Anastasya terdengar lantang, menggema di satu ruangan.

Jangan katakan jika tentang permintaan bodoh itu lagi Nona.

"Zara, menikahlah dengan suamiku."

Glek

Nona Anastasya memang sudah benar-benar gila.

"Tidak Nona."

"Kenapa tidak? Aku mohon, jangan menolak lagi Zara. Atau tidak--

Anastasya meraih pisau buah yang tergeletak begitu saja di meja dan mengarahkannya tepat di pergelangan tangan kiri.

"Anastasya! Apa yang kau lakukan? Jauhkan pisau itu dari tanganmu." Suara bariton yang mampu mengetarkan siapa pun yang menjadi lawan bicaranya itu tampak geram. Arka bangkit dan mulai melangkah.

"Diam di situ atau aku akan benar-benar menyayat nadiku," gertak Anastasya dengan buliran bening yang mulai menganak sungai.

"Hentikan Nona. Jangan bertindak bodoh. Sayangilah nyawa anda Nona."

"Aku pun akan menyayangi nyawaku jika kalian mau mengabulkan permintaaku."

Anastasya yang sudah gelap mata, justru menekan pisau buah yang cukup tajam itu hingga mengores pergelangan tangannya dan mulai mengucurlah cairan berwarna merah yang menitik di lantai marmer berwarna putih.

"Baiklah, aku kabulkan keinginanmu," seru arka dengan suara lantang.

Zara yang bersandar pada dinding menahan takut pun lunglai seketika. Betapa pun dirinya hanya lah manusia biasa yang ingin hidup bebas dan berjalan sesuka hati, mengikuti keinginannya sendiri.

Terpopuler

Comments

Benazier Jasmine

Benazier Jasmine

kasian zara hrs dipaksa nikah dg arka, menjadi istri ke2

2022-10-12

0

Nartyana Gunawan

Nartyana Gunawan

makin penasaran

2021-05-18

0

Akhmad Hadziq

Akhmad Hadziq

lanjut thor ayoo mulai yg romenc"

2021-04-15

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Malaikat Penolong
3 Perempuan Asing
4 Pertolongan Tak Terduga
5 Tempat Tinggal Baru
6 Kehidupan Dan Lingkungan Baru
7 Datar Dan Dingin
8 Semangkuk Sup
9 Kehidupan Pergaulan Anastasya
10 Ambruk
11 Menikahlah Dengan Suamiku
12 Menolak
13 Rasa Yang Sulit Dimengerti
14 Tempat Pelarian
15 Isi Hati Anastasya
16 Kejadian Tak Terduga
17 Bayangan Wajah Menyedihkan
18 Makan Malam
19 Persiapan Pernikahan
20 Sah
21 Malam Pertama
22 Tragedi Kamar Mandi
23 Fasilitas Sama
24 Foto Kenangan
25 Abigail Surya Atmadja
26 Jangan Tatap Aku
27 Menagih Janji
28 Berlibur
29 Berlibur Part- 2
30 Kembali Ketoko
31 Ponsel
32 Dekapan Hangat
33 Telur Gosong
34 Kedatangan Ibu
35 Pemikiran Buruk
36 Pertemuan Dengan Ibu Mertua
37 Ibu
38 Mertua Dan Menantu
39 Mertua Dan Menantu Part 2
40 Tentang Rasa
41 Kisah Masa Lalu
42 Kisah Masa Lalu Part-2
43 Aku Mencintaimu
44 Penuh Cinta
45 Panggilan Sayang
46 Nasi Sudah Menjadi Bubur
47 Jangan Ada Penghalang
48 Meluapkan Amarah
49 Dia Hanya Mencintaimu
50 Masa Lalu Anastasya
51 Bahagiakah Hidup Denganku
52 Apakah Istriku Bahagia
53 Tempat Kenangan
54 Olahraga Malam Yang Gagal
55 Datang Bulan
56 Aku Menginginkan Buah Hati
57 Kantong Kejutan
58 Sebaiknya Aku Pergi
59 Bertemu Kembali
60 Penasaran
61 Rasa Nyaman
62 Menghindar
63 Penolakan Yang Menyakitkan.
64 Sejahat Itukah Diriku
65 Ingatan Dokter Bram
66 Perkiraan
67 Sahabat Karib
68 Percuma
69 Alasan Arka
70 Mencari Informasi
71 Tetaplah Menjadi Dirimu
72 Keputusan
73 Dilema
74 Berjanjilah Padaku
75 Hasil
76 Tolong Aku
77 Maafkan Aku
78 Kartu As
79 Keterkejutan
80 Kehidupan Pribadi Sang Pewaris
81 Menemukan
82 Sulit Menerima
83 Saksi Hidup
84 Naluri Seorang Ibu
85 Akhiri Semua
86 Menghilang
87 Karna Aku Mencintainya
88 Penyesalan
89 Jangan Pergi
90 Aku Harus Tau Diri
91 Tempat Tujuan
92 Pencarian
93 Pencarian Part 2
94 Titik Terang
95 Menemukan
96 Aku Dan Kamu, Adalah Kita
97 Oh Anastasya
98 Permintaan Sandy
99 Tetap Bertahan
100 Tidak! Terimakasih
101 Terlambat
102 Ingin Mempersatukan
103 Benci Tapi Rindu
104 Rencana
105 Rencana Part 2
106 Kau Di mana
107 Kau Di Mana Part 2
108 Shock Therapy
109 Faktor Genetik
110 Calon Ibu
111 Luka Yang Terpendam
112 Jelang Resepsi
113 Jelang Resepsi Part 2
114 Resepsi
115 Gagal Sebelum Bertarung
116 Mengulang Masa Lalu
117 Titik Balik
118 Obat Rasa Sakit
119 Kunci
120 Satu Hari Bersamamu
121 Satu Hari Bersamamu Part 2
122 Tuan Menyebalkan
123 Pria Pecundang
124 Rasa Cinta
125 Jangan pernah meragukanku
126 Disebut Ngidam?
127 Merah Muda
128 Terkejut
129 Berbelanja
130 Firasat
131 Ayah
132 Menghapus Masa Lalu
133 Bangunlah Ayah
134 Kau Mau Kemana?
135 Pria Misterius
136 Kehilangan
137 Tawa Berbalut Luka
138 Indah...
139 Jalan Takdir
140 Hingga Akhir Waktu
141 Prama Samudra
142 Hidup Sederhana, Asal Bahagia.
143 Keinginan
144 Janji
145 Mengenang Luka
146 Rasa Yang Berbeda
147 Berjuanglah
148 Kalah Sebelum Berperang
149 Mungkinkah Kau Dan Aku
150 Tak Mampu Menolak
151 Aku Sudah Tau Semua
152 Tak Terduga
153 Sulit Dipercaya
154 Sederhana Namun Romantis
155 Tidak Merasa Direpotkan
156 Mungkin Ini Gila
157 Jawaban
158 Terlupakan
159 Apakah Aku Jahat?
160 Ungkapan
161 Taman Kota
162 Pura-Pura Lupa __ Visual Arka
163 Tanda-Tanda __ Visual Zara
164 Dua Malaikat __ Visual Anastasya
165 Pemimpin Berhati Tulus __ Visual Kenan
166 Secepatnya __ Visual Samudra
167 Ketahuan __ Visual Kiara
168 Waspada
169 Berarti
170 Trauma?
171 Antara Duda Dan Janda
172 Terimakasih
173 Lamaran
174 Berharga
175 Benar-Benar Mencintaimu
176 Istimewa
177 Introgasi
178 Pernikahan
179 Berbahagialah
180 Beruntung
181 Masih Merasa Bersalah
182 Kebahagiaan Sam
183 Aku Takut
184 Manisnya Cinta
185 Pindah
186 Pindah Part- 2
187 Tanpa Jejak
188 Ending
189 Promosi Novel Baru
190 Promosi
191 Sekuel Terjerat Dua Cincin Sang CEO
192 My Boss Is My Ex Husband
193 My Boss Is My Ex Husband
Episodes

Updated 193 Episodes

1
Prolog
2
Malaikat Penolong
3
Perempuan Asing
4
Pertolongan Tak Terduga
5
Tempat Tinggal Baru
6
Kehidupan Dan Lingkungan Baru
7
Datar Dan Dingin
8
Semangkuk Sup
9
Kehidupan Pergaulan Anastasya
10
Ambruk
11
Menikahlah Dengan Suamiku
12
Menolak
13
Rasa Yang Sulit Dimengerti
14
Tempat Pelarian
15
Isi Hati Anastasya
16
Kejadian Tak Terduga
17
Bayangan Wajah Menyedihkan
18
Makan Malam
19
Persiapan Pernikahan
20
Sah
21
Malam Pertama
22
Tragedi Kamar Mandi
23
Fasilitas Sama
24
Foto Kenangan
25
Abigail Surya Atmadja
26
Jangan Tatap Aku
27
Menagih Janji
28
Berlibur
29
Berlibur Part- 2
30
Kembali Ketoko
31
Ponsel
32
Dekapan Hangat
33
Telur Gosong
34
Kedatangan Ibu
35
Pemikiran Buruk
36
Pertemuan Dengan Ibu Mertua
37
Ibu
38
Mertua Dan Menantu
39
Mertua Dan Menantu Part 2
40
Tentang Rasa
41
Kisah Masa Lalu
42
Kisah Masa Lalu Part-2
43
Aku Mencintaimu
44
Penuh Cinta
45
Panggilan Sayang
46
Nasi Sudah Menjadi Bubur
47
Jangan Ada Penghalang
48
Meluapkan Amarah
49
Dia Hanya Mencintaimu
50
Masa Lalu Anastasya
51
Bahagiakah Hidup Denganku
52
Apakah Istriku Bahagia
53
Tempat Kenangan
54
Olahraga Malam Yang Gagal
55
Datang Bulan
56
Aku Menginginkan Buah Hati
57
Kantong Kejutan
58
Sebaiknya Aku Pergi
59
Bertemu Kembali
60
Penasaran
61
Rasa Nyaman
62
Menghindar
63
Penolakan Yang Menyakitkan.
64
Sejahat Itukah Diriku
65
Ingatan Dokter Bram
66
Perkiraan
67
Sahabat Karib
68
Percuma
69
Alasan Arka
70
Mencari Informasi
71
Tetaplah Menjadi Dirimu
72
Keputusan
73
Dilema
74
Berjanjilah Padaku
75
Hasil
76
Tolong Aku
77
Maafkan Aku
78
Kartu As
79
Keterkejutan
80
Kehidupan Pribadi Sang Pewaris
81
Menemukan
82
Sulit Menerima
83
Saksi Hidup
84
Naluri Seorang Ibu
85
Akhiri Semua
86
Menghilang
87
Karna Aku Mencintainya
88
Penyesalan
89
Jangan Pergi
90
Aku Harus Tau Diri
91
Tempat Tujuan
92
Pencarian
93
Pencarian Part 2
94
Titik Terang
95
Menemukan
96
Aku Dan Kamu, Adalah Kita
97
Oh Anastasya
98
Permintaan Sandy
99
Tetap Bertahan
100
Tidak! Terimakasih
101
Terlambat
102
Ingin Mempersatukan
103
Benci Tapi Rindu
104
Rencana
105
Rencana Part 2
106
Kau Di mana
107
Kau Di Mana Part 2
108
Shock Therapy
109
Faktor Genetik
110
Calon Ibu
111
Luka Yang Terpendam
112
Jelang Resepsi
113
Jelang Resepsi Part 2
114
Resepsi
115
Gagal Sebelum Bertarung
116
Mengulang Masa Lalu
117
Titik Balik
118
Obat Rasa Sakit
119
Kunci
120
Satu Hari Bersamamu
121
Satu Hari Bersamamu Part 2
122
Tuan Menyebalkan
123
Pria Pecundang
124
Rasa Cinta
125
Jangan pernah meragukanku
126
Disebut Ngidam?
127
Merah Muda
128
Terkejut
129
Berbelanja
130
Firasat
131
Ayah
132
Menghapus Masa Lalu
133
Bangunlah Ayah
134
Kau Mau Kemana?
135
Pria Misterius
136
Kehilangan
137
Tawa Berbalut Luka
138
Indah...
139
Jalan Takdir
140
Hingga Akhir Waktu
141
Prama Samudra
142
Hidup Sederhana, Asal Bahagia.
143
Keinginan
144
Janji
145
Mengenang Luka
146
Rasa Yang Berbeda
147
Berjuanglah
148
Kalah Sebelum Berperang
149
Mungkinkah Kau Dan Aku
150
Tak Mampu Menolak
151
Aku Sudah Tau Semua
152
Tak Terduga
153
Sulit Dipercaya
154
Sederhana Namun Romantis
155
Tidak Merasa Direpotkan
156
Mungkin Ini Gila
157
Jawaban
158
Terlupakan
159
Apakah Aku Jahat?
160
Ungkapan
161
Taman Kota
162
Pura-Pura Lupa __ Visual Arka
163
Tanda-Tanda __ Visual Zara
164
Dua Malaikat __ Visual Anastasya
165
Pemimpin Berhati Tulus __ Visual Kenan
166
Secepatnya __ Visual Samudra
167
Ketahuan __ Visual Kiara
168
Waspada
169
Berarti
170
Trauma?
171
Antara Duda Dan Janda
172
Terimakasih
173
Lamaran
174
Berharga
175
Benar-Benar Mencintaimu
176
Istimewa
177
Introgasi
178
Pernikahan
179
Berbahagialah
180
Beruntung
181
Masih Merasa Bersalah
182
Kebahagiaan Sam
183
Aku Takut
184
Manisnya Cinta
185
Pindah
186
Pindah Part- 2
187
Tanpa Jejak
188
Ending
189
Promosi Novel Baru
190
Promosi
191
Sekuel Terjerat Dua Cincin Sang CEO
192
My Boss Is My Ex Husband
193
My Boss Is My Ex Husband

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!