Udara di dalam ruangan yang dipenuhi dengan ribuan tangkai bunga beraneka ragam itu, seketika membeku bagi Zara. Mencengkeram erat kedua tangannya, dengan jantung berdebar tak karuan. Takut, bahkan teramat takut yang kini gadis itu rasakan. Sudah pasti Anastasya akan berfikiran buruk tentangnya, sebab di dalam ruangan itu hanya ada dirinya, dan sang suami tanpa adanya orang lain.
Terlebih perempuan semampai itu memandangnya tanpa berkedip. Zara hanya bisa pasrah, jikalau dirinya terusir dari tempat ini pun akan ia terima dengan lapang dada.
Anastasya kian mendekat. Zara sempat melirik suami sang Nona dari ujung matanya. Tapi anehnya, pria itu justru sama sekali tak terganggu akan kedatangan istrinya dan tetap menyantap menu sarapannya dengan lahap tanpa berbicara.
Astaga. Apa yang sedang Tuan ini lakukan. Kenapa masih terlihat lahap menikmati makanannya. Apa dia tidak sadar jika istrinya tengah cemburu? Lihatlah, Nona Anastasya sudah semakin mendekat dan hendak menerkam anda dengan taringnya. Aku yakin, selepas itu Tuan pasti kehilangan selera makan untuk beberapa minggu kedepan.
Ah bagaimana ini. Apa aku harus lari ..
Anastasya semakin mendekat. Hanya berjarak satu meter dari tempat Zara berdiri. Raut wajahnya masih tanpa ekspresi, yang mana membuat Zara kian pucat pasi.
"No-nona, maafkan saya," ucap Zara menggantung.
"Untuk apa?" jawab Anastasya datar dan tanpa ekspresi.
"Atas kelancangan saya Nona." Zara tertunduk dalam. Menyadari jika suasana hati Nonaya sedang tidak baik-baik saja. Seharusnya dia tetap memaksa untuk memesan makanan lewat jasa online dari pada suami sang Nona memakan masakannya.
Sudut bibir Anastasya berkedut, menahan tawa. Rencananya untuk sedikit mengerjai Zara dengan memasang wajah tak bersahabat yang ia tunnjukan, ternyata sukses besar. Gadis itu bahkan sudah berwajah pias dan ketakutan.
Anastasya benar-benar tergelak, hingga mengejutka Zara yang masih tertunduk dalam. Gadis itu pun mendongak, dan seketika disuguhi senyum lebar Nonanya.
"Hey, kenapa kau terlihat setakut itu. Aku justru senang kau sudah bersusah payah menyiapkan makanan untuk suamiku." Anastasya melirik arloji yang bertengger di pergelangan tangannya. "Jika aku yang menyiapkan, mungkin akan membuat suamiku terlambat bekerja," papar Anastasya.
Apa? Benarkah Nona tidak marah?
Zara masih kesulitan menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi. Namun diwaktu yang bersamaan, suami Anastasya bangkit dari posisi duduknya selepas menghabiskan makanan yang disajikan oleh Zara.
"Tasya, aku akan berangkat kekantor. Ada meeting penting pagi ini dengan klien. Maaf tidak dulu menunggumu untuk sarapan." Arka mengulurkan tangannya yang seketika disambut oleh sang istri lalu dicium punggung tangan itu.
"Tidak apa. Akulah yang seharusnya meminta maaf, karna tak membaca pesan jika dirimu akan datang ketoko menemuiku," sesal Anastasya.
"Aku berangkat." Arka tersenyum tipis pada Anastasya, dan melirik sebentar kearah Zara. "Terimakasih untuk makanannya," sambung Arka.
Zara tergagap, dan seketika mengangukan kepala karna terkejut dan tak percaya jika suami Nonanya benar-benar mengucapkan kata terimakasih padanya.
Selepas kepergian Arka, Zara masih diam membisu sekaligus canggung untuk menyapa Anastasya lebih dulu. Bisa saja Nonanya sempat menahan emosi saat masih bersama sang suami, dan kini mereka hanya tinggal berdua. Bukan tidak mungkin jika emosi yang ditahan, akan meledak saat ini juga.
"Zara."
"Iya Nona." Menjawab cepat, sebelum semuanya terlambat.
"Kau kenapa, mengapa wajahmu setegang itu?" Anastasya mengamati wajah gadis di depannya yang tampak pias. Bahkan tubuhnya pun tampak gemetar dengan peluh dingin mulai menitik di pelipisnya.
"Ti-tidak apa-apa Nona, hanya saja --
"Aaa.. Aku tau, kau pasti lapar bukan. Baiklah, ayo kita makan bersama sekarang. Aku sudah tak sabar untuk mencicipi sup buatanmu. Sepertinya enak, suamiku yang pemilih saya tampak begitu menyukainya." Anastasya lantas menarik lembut tangan ramping Zara menuju lantai dua dimana dapur dan meja makan berada.
Netra Anastasya tampak berbinar, menemukan semangkuk sup yang masih tersisa di meja makan.
"Maaf Nona, supnya hanya tertinggal sedikit."
"Tak masalah, kita bisa membaginya," tawar Anastasya sembari menuang sup itu menjadi dua bagian.
"Tapi Nona tidak akan kenyang, jika membaginya," tolak Zara lembut.
"Kata siapa, bukankah kah sebaiknya kita makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang." Anastasya mulai menikmati sup yang menjadi bagiannya. "Em.. ini enak sekali," puji Anastasya sesaat setelah sesendok sup itu mendarat di mulutnya.
"Terimakasih Nona." Zara tersipu malu.
"Kau pintar memasak juga rupanya. Lain kali ajari aku ya," ucap Anastasya sementara mulutnya masih asik mengunyah.
Zara tak mampu berkata-kata. Wajah berbinar Anastasya menjadi kebahagian tersendiri untyknya. Bagaimana masakan sesederhana buatanya, bisa menciptakan wajah-wajah suka bagi penyantapnya. Rasa syukur senantiasa gadis itu panjatkan atas segala kemurahan orang-orang di sisinya.
******
Zara meregangkan otot tubuhnya yang terasa kaku. Selepas membersihkan ruangan dan menutup toko bunga, mengingat hari sudah beranjak petang. Gadis yang tampak sedikit lelah itu mendaratkan tubuhnya di sofa panjang untuk beristirahat.
Mendongak, menatap nanar langit-langit ruangan yang seminggu ini menjadi tempat berteduhnya. Langkah hells terdengar menuruni tangga. Zara menyempatkan sejenak untuk menoleh pada arah suara.
Langkah itu berasal dari sepatu milik Anastasya. Perempuan itu masih berada di toko, meski pun sudah menjelang malam.
"Zara," sapa Anastasya.
"Iya Nona."
"Kau terlihat lelah." Anastasya ikut melabuhkan tubuhnya di sofa sisi kanan Zara.
"Sedikit Nona," Zara tersenyum malu-malu dan membenarkan posisi duduknya.
Anastasya tergelak, "Tidak usah malu-malu jika bersamaku. Anggap saja aku ini sahabatmu."
Zara sedikit rikuh. Bagaimana bisa, terlihat jelas adanya perbedaan kelas sosial dari keduanya, dan Zara pun sudah tentu menyadarinya.
"Zara, bagaimana jika kau menemaniku malam ini? Kau tidak sedang sibuk kan?"
"Nona ingin mengajakku?" Gadis itu menunjuk dirinya sendiri dengan jemari mungilnya. "Dan kita akan pergi kemana?"
Anastasya menghela nafas berat, terselip keraguan dari raut wajahnya. "Salah satu teman mengundangku diacara pesta ulang tahunya. Sebenarnya aku enggan datang, mengingat sudah cukup lama aku menjauhkan diri dari teman-temanku dimasa lalu. Namun setalah melihat dirimu, aku seperti mempunyai teman untuk datang kepesta itu."
Zara merasakan adanya gurat kesedihan yang tersimpan diwajah ayu Anastasya. Mungkin dengan menerima permintaanya, bisa sedikit membuang rasa sedihnya.
"Iya Nona. Saya bersedia." Tanpa berfikir panjang Zara mengiyakan keinginan Anastasya dan disambut suka cita oleh perempuan semampai itu.
*******
Penampilan Anastasya tampak begitu glamor dengan gaun dan riasan sebuah salon kepercayaanya. Begitu pun Zara, karyawan salon mengubahnya menjadi gadis cantik dengan sentuhan make up sesuai usianya. Tubuh mungilnya berbalut dres selut dengan lengan sabrina yang menampakkan bahu putihnya, namun tak terlalu terbuka. Mengingat Anastasya sengaja memilih pakaian yang cocok untuknya. Feminin namun tetap sopan.
Mobil yang Anastasya kemudikan dengan kecepatan sedang membelah kehidupan malam ibu kota. Sedan hitam itu berhenti diarea parkir tempat hiburan malam, dengan lampu kedip disepanjang sudut yang menyambutnya.
Anastasya mendesah beberapa kali dan mengatur suasana hatinya sebelum memutuskan untuk turun. Zara yang terlihat begitu manis itu, mengamati suasa sekitar dari dalam mobil. Ini untuk kali pertama disepanjang hidupnya, ia mengunjungi tempat seperti ini. Meski cukup ragu, namun ia menyakini jika bersama Anastasya, dirinya akan baik-baik saja.
Dua orang penjaga menyambut mereka saat memasuki pintu utama. Derap musik bertempo cepat serasa memekakan gedang telinga saat mereka mulai menjejaki lantai ruangan.
Zara mencengkaram kuat jemari Anastasya yang menggengamnya. Tidak dipungkiri jika dirinya cukup ketakutan. Terlebih menyaksikan pemandangan yang masih asing baginya.
"Tenanglah, kau akan baik-baik saja bersamaku." Anastasya membawa gadis itu melangkah. Mengabaikan beberapa pria yang menatapnya seolah kelaparan. Anastasya terus berjalan hingga berhenti di meja yang berada di sudut ruangan dengan beberapa wanita yang tengah asyik menenggak alkohol dari gelas kristal dan meliuk-liukan tubuh sesuai dengan irama musik.
Anastasya kembali mengatur nafas. Suara bising yang tercipta membuat beberapa wanita yang tampak terbuai itu tak menyadaru akan kedatangan Anastasya.
"Ehem, selamat malam semuanya," sapa Anastasya dengan meninggikan suaranya hingga nyaris berteriak. Mengingat betapa bisingnya tempat itu.
Satu dari beberapa perempuan itu menoleh, dan mendapati sosok Anastasya. Perempuan dengan riasan tebal yang udah setengah mabuk itu tersenyum lebar dan memukul bahu teman lainya.
"Hei, kau lihat. Anastasya datang memenuhi undanganmu," racau perempuan itu setengah sadar.
Semua perempuan yang memenuhi meja itu serentak mendongak, untuk mencari keberadaan Anastasya. Bahkan satu teman lainya berjalan mendekat.
"Anastasya, ini kau? Kau benar-benar menghadiri undanganku?"
"Aku menyempatkan untuk datang sarah, dan ini untukmu." Anastasya mengulurkan satu kotak berukuran persegi pada perempuan itu.
"Wah, ini pasti mahal." Wajah perempuan itu berbinar senang. Sementara beberapa teman lain tampak saling berbisik.
"Aku fikir, selepas kau berhasil menggait CEO tajir melintir itu, kau takkan sudi lagi menghabiskan waktu dan uang ditempat favorit kita ini lagi." Terselip nada cibiran dari ucapan perempuan berpakaian minim itu. Saat mendapati wajah pias dari Anastasya.
Sementara Zara yang masih tampak gemetar itu, mau tak mau dibuat terperangah dengan pergaulan dan kehidupan sosial Anastasya selama ini. Ditambah tempat yang kini dikunjungi dan beberapa perempuan terlihat urakan yang menyebut mereka ialah teman dari Anastasya. Semakin membuatnya bertanya-tanya, sosok seperti apakah sang Nona sebenarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Cathrine Schweinsteiger
wanita jadi jadian kah
2021-04-10
0
Tiah Sutiah
lanjuuut
2021-04-08
0
Cut Lola Mutia
blm kebaca alurnya...
2021-03-19
0