Makan Malam

Kelima pelayan dengan keterampilan masing-masing yang tak perlu diragukan lagi itu, tampak cekatan merampungkan tugas dalam waktu cepat. Salah seorang pelayan bagian pakaian berusia cukup muda mendekat dan menundukan kepala.

" Maaf Nona, sebagian pakaian Nona sudah saya rapikan pada tempatnya. Sementara sebagian pakaian lain masih dalam rancangan desainer dan dalam proses penyelesaian. Apakah Nona ingin saya bantu untuk memakai pakaian dan merias diri?"

Apa? Untuk apa?

"U-untuk apa?"

"Tuan menugaskan kami untuk mempersiapkan seluruh keperluan Nona. Termasuk membantu memilihkan pakaian dan merias wajah Nona."

Aku ini hanya rakyat jelata, kalian tak perlu memperlakukanku layaknya seorang permaisuri yang dicintai rajanya.

"Tidak perlu! Aku bisa menganti pakaian dan merias wajahku sendiri." Tentunya tanpa bantuan kalian. Mungkin bagi sebagian wanita, mendapatkan fasilitas dan pelayan semacam ini teramat sangat menyenangkan, bahkan diimpikan. Akan tetapi tidak bagi Zara. Kemewahan beserta setatus sosial yang disandangnya, bagaikan berada dalam sangkar emas yang mengurung hidupnya.

"Tapi... Tuan akan marah pada kami," ucap pelayan itu mengiba dengan memilin jemarinya sendiri.

"Katakan pada Tuan Arka, jika aku bisa mengurus diriku sendiri tanpa bantuan pelayan."

Para pelayan lain pun mendekat, berbaris rapi mensejajari pelayan lainnya. Pada nyatanya, kelima pelayan memasang wajah sama, meng_iba. Yang mana membuat Zara dibuat tak nyaman.

"Aku mohon Bi. Aku masih membutuhkan waktu untuk sendiri." Zara menangkupkan kedua telapak tangannya sebagai permohonan. "Setidaknya kabulkanlah permintaanku." sambungnya lagi.

Kelima pelayan terdiam dan hanya saling melempar pandang. Setelah beberapa waktu mereka pun bersepakat dan mengangguk.

"Baiklah Nona, akan saya sampaikan, namun jika waktu makan malam sudah sampai, salah satu dari kami akan datang untuk menjemput anda makan malam bersama Tuan dan Nona Anastasya di bawah."

"Baiklah. Akan aku pastikan jika waktu makan malam sampai, aku pasti sudah berpakaian dengan rapi."

Tanpa ragu, kelima pelayan undur diri. Bergerak beriringan hingga akhirnya menghilang di balik pintu yang tertutup.

"Baiklah Zara, apa yang akan kau lakukan setelah ini?" gumam lirih, bertanya pada dirinya sendiri. Tidak mungkin jika dirinya hanya berdiam diri. Mengingat sudah tiga jam waktu yang ia gunakan untuk mengurung diri di kamar.

Berjalan ke arah walk in closet, di mana seluruh pakaian yang menurut para pelayan adalah miliknya tersimpan. Sungguh luar biasa, Zara baru tersadar jika kamar yang dirinya tempati sangatlah luas dan super mewah. Tangan mungilnya menyentuh tempat penyimpanan pakaian, dengan didominasi cat warna merah muda dengan sedikit campuran warna putih. membuka perlahan pintu itu satu persatu. Benar saja, baik pakaian yang terlipat atau pun tergantung, keseluruhan ialah pakaian wanita dengan ukuran mungil sesuai dengan postur tubuhnya. Entah dirinya harus senang atau justru sedih mendapati semua kenyataan ini.

****

Ketukan di pintu menyadarkan Zara yang tengah berkutat dengan sisir di tangannya. Rambut lurus hitam legam sepinggang itu, dia biarkan tergerai begitu saja. Kaki mungilnya yang telanjang tanpa alas kaki, berjalan cepat menjejaki karpet bulu untuk membuka pintu.

Mungkin sudah waktunya makan malam. Begitulah fikir Azzara.

Pintu terbuka. Salah satu pelayan yang sempat bersamanya beberapa waktu lalu tersenyum ramah dan menundukan kepala.

"Maaf menggangu Nona. Waktu sudah menunjukan jam makan malam. Tuan beserta Nona Anastasya sudah menunggu anda di ruang makan." Pelayan muda tersebut sempat terkagum dengan penampilan Zara kini. Wajah sembab itu, kini tampak cantik dengan di lapisi riasan tipis. Meski pelayan itu pun mengakui jika wajah polos calon Nonanya itu memang sudah cantik alami meski tanpa polesan make up sekalipun.

"Baiklah." Zara pun sudah hendak melangkahkan kakinya menuju lantai dasar.

"Tapi Nona," ucap pelayan itu lirih.

"Kenapa. Aku pun sudah siap. Bukankah sudah waktunya makan malam?" tanya Zara dengan mimik wajah kebingungan.

"Nona masih belum mengunakan alas kaki." Menunjuk bagian kaki Zara yang masih polos tanpa alas.

Zara menunduk, lalu tersenyum kikuk saat mendapati kaki mungil itu tanpa sepatu atau pun sandal yang ia gunakan. "Maafkan aku. Ternyata aku melupakan satu hal yang cukup penting dalam penampilanku." Merasa malu, gadis itu berlari kecil menuju tempat penyimpanan sepatu dan memilih satu alas kaki yang terasa nyaman untuk ia gunakan.

Suasana santai kini mulai berganti ketegangan saat sepatu flat yang digunakan Zara mulai menuruni satu persatu anak tangga yang menghubungkannya dengan lantai dasar. Langkah samar kaki mungil itu mengalihkan dua pasang netra yang duduk di meja makan, namun saling diam.

Tubuh Zara seketika bergetar kala Arka dan Anastasya serempak menatapnya lekat. Gadis itu pun tertunduk dengan mencengkram kuat kedua sisi samping dres berwarna kuning selututnya. Bahkan langkahnya pun seketika terhenti dan tak mampu bergerak saat sudah mencapai lantai dasar.

"Ehem" Arka berdehem untuk memecah kecanggungan di antara ketiga anak manusia yang sama-sama tegang.

"Zara, kemarilah." Anastasya beranjak untuk menghampiri Zara. Menarik sedikit paksa tangan munggil Zara yang enggan untuk bergerak. Lalu menarik satu kursi makan yang berada di sisi kanan Arka, sementara dirinya berada di sisi kiri.

"Pelayan."

Seketika dua orang pelayan mendekat. Anastasya langsung menunjuk beberapa jenis makanan pada pelayan untuk di pindahkan dalam piring makannya. Begitu pun Arka, pria dengan jambang tipis di wajahnya itu menyebut jenis makanan yang tersedia di meja untuk dimakan, dengan cekatan dan sangat sopan para pelayan itu memindah satu persatu sajian yang akan di santap majikannya.

Kala piring Arka dan juga Anastasya terisi oleh beberapa jenis makanan pilihan mereka, Zara hanya terdiam dan menjadi pengamat.

"Nona, makanan apa saja yang Nona inginkan?" tanya pelayan itu ramah dengan sendok yang masih berada di tanganya.

"Ti-tidak usah! Saya bisa melakukannya sendiri." Zara menolak, merasa jika dirinya bisa melakukan hal itu sendiri tanpa bantuan pelayan.

"Tapi Nona,"

"Biarkan Zara melakukannya sendiri.

Mungkin Zara masih belum terbiasa." Arka yang terlihat mengawasi setiap pergerakan Zara, cukup menyadari semua penolakan dari gadis itu karna merasa semua perlakuan terkesan berlebihan baginya.

"Baik Tuan." Pelayan itu pun menunduk dan membawa dirinya berjalan menuju sudut ruangan, berjajar rapi dengan pelayan lain.

"Zara, ambil makananya. Kau pasti lapar," titah Arka dengan suara lembut. yang mana membuat kedua perempuan di kedua sisinya terbelalak tak percaya.

"Ba-baik Tuan." Zara menatap berbagai hidangan yang tersaji memenuhi meja makan dengan netra berbinar. Seluruh tenaga dan emosi serasa terkuras habis dengan ia gunakan untuk menangis dan meratapi nasib berjam-jam lamanya, dan kini lah saat yang tepat untuk membalas dendam.

Gadis itu pun lantas menciduk nasi dan mulai memindahkan makanan yang menjadi incaran kedalam piringnya. Bukanya terkejut, Arka justru tersenyum tipis dan mencoba mengalihkan pandangannya agar tak terlihat orang lain.

"Makanlah yang banyak. Pilih menu apa saja yang kau suka tanpa sungkan." Anastasya menunjukan ketulusannya. Sikapnya terlihat apa adanya tanpa dibuat-buat. Ketiganya pun menikmati santap malam dengan khidmat. Tak ada yang mengucapkan barang sepatah kata pun saat makan. Hanya terdengar denting peralatan makan yang saling bersahutan.

*****

Mungkin seperti ini cara makan orang kaya. Terlihat sopan dan elegan. Bahkan tidak ada yang saling berbicara. Ya memang seharusnya seperti itu, dilarang berbicara saat makan.

Selama acara makan malam berlangsung, secara tak langsung Zara sedikit membaca sifat sepasang suami dan istri ini. Jika di luar rumah Arka terkesan dingin dan datar bahkan jarang sekali berbicara, tapi tidak begitu halnya jika berada di rumah. Sikapnya kini terlihat hangat dan lembut tutur kata. Tak jarang terselip perhatian di sela ucapannya.

Sementara Anastasya. Jika di luar dirinya terlihat ceria dan banyak bicara, justru berbanding terbalik kala berada di rumah. Sifat cerianya menghilang dan menjadi pendiam. Bersama sang suami pun dirinya tak banyak bicara dan hanya berucap jika ditanya.

"Aku rasa, pernikahan kalian harus dipercepat." Anastasya mulai membuka percakapan selepas ketiganya selesai makan.

Senyap. Suasana hening seketika.

"Bagaimana Zara, apa kau sudah siap jika pernikahan kita dipercepat." Sesungguhnya Arka tak sampai hati mengucap kalimat tersebut, namun baginya tidak ada pilihan lain yang akan ia lakukan selain ini.

"Terserah Tuan dan Nona saja. Saya hanya akan mengikuti."

Apa jika dengan aku mengatakan tidak, bisa merubah semua keputusan? Tentu tidaklah akam semudah itu. Maka aku pun tak punya kuasa untuk sekedar mengatakan tidak. Semua keputusan ada di tangan kalian berdua.

"Apa aku perlu menjemput kedua orang tuamu dikampung?" tanya Arka dengan menatap lekat netra Zara.

Orang tuaku? Di kampung? Bagaimana Tuan Arka bisa mengetahui tentang Ibu dan Ayah? Padahal aku belum pernah mengatakan perihal orang tuaku pada siapa pun di kota ini.

"Ti-tidak Tuan. Tidak perlu," jawab Zara terbata.

"Kenapa?" tanya Arka dan Anastasya bersamaan.

"Saya takut Tuan."

Mungkinkah mereka sama-sama bodohnya. Ibu dan Ayah seketika akan melahapku hidup-hidup, jika mengetahui putri yang selama ini mereka besarkan justru menikah dengan pria yang sudah beristri.

Arka menghela nafas dalam, "Baiklah, aku mengerti."

"Tuan, apakah saya bisa mengajukan beberapa persyaratan sebelum menikah." Suara Zara terdengar meyakinkan.

Arka menautkan kedua alisnya, tengah berfikir kiranya persyaratan apakah yang akan diajukan oleh gadis yang akan dinikahinya. Sementara Anastasya hanya diam dan menjadi pendengar yang baik.

"Baik, katakanlah. Selagi aku masih mampu mengabulkannya, maka akan aku lakukan." Kini justru Arka lah yang dibuat tegang. Menanti ucapan persayaratan yang akan terlontar dari bibir mungil Zara.

"Pertama." Zara mengacungkan satu ruas jarinya. "Saya ingin pernikahan ini digelar sesederhana mungkin. Tanpa adanya pesta atau pun tamu undangan. Cukup penghulu dan beberapa orang saksi yang diikut sertakan."

"Kedua." Zara menambahkan satu jari manisnya sebagai syarat kedua. "Saya tetap akan tinggal di toko bunga, meskipun saya sudah menyandang status sebagai istri Tuan. Bagaimana? Jika Tuan dan Nona tidak bisa mengabulkan kedua permintaan saya, maka saya pun akan berfikir ulang untuk bisa menerima melanjutkan pernikahan ini atau tidak," terang Zara dengan penuh penekanan.

Arka terdiam, dan coba menelaah setiap kata yang diucap Zara, dan berusaha mencari jawaban yang benar-benar tepat, agar tak mengecewakan hati siapa pun.

Maafkan saya Tuan, jika permintaan saya yang kedua cukup berat. Tidak mungkin jika dua istri tinggal di dalam satu atap yang sama. Saya mungkin tidak akan mempermasalahkannya, namun bagaimana dengan hati Nona Anastasya? Tentu dialah yang paling merasa terluka. Mungkin inilah satu-satunya jalan yang tepat, demi kehidupan kita kedepannya.

Terpopuler

Comments

Benazier Jasmine

Benazier Jasmine

semangat zara, walaupun pernikahan terpaksa, semoga arka pd akhirnya mencintaimu

2022-10-12

0

Yulia Novita

Yulia Novita

thor...bukannya kalau masih ada ayah, yg jadi wali harus ayah kecuali ayah memberi kuasa kpd org lain atau wali hakim kalau tdk pernikahan jadi tdk sah...

2021-04-09

0

Fitriah

Fitriah

gadis baik...pasti memikirkan kebahagiaan orang lain

2021-04-07

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Malaikat Penolong
3 Perempuan Asing
4 Pertolongan Tak Terduga
5 Tempat Tinggal Baru
6 Kehidupan Dan Lingkungan Baru
7 Datar Dan Dingin
8 Semangkuk Sup
9 Kehidupan Pergaulan Anastasya
10 Ambruk
11 Menikahlah Dengan Suamiku
12 Menolak
13 Rasa Yang Sulit Dimengerti
14 Tempat Pelarian
15 Isi Hati Anastasya
16 Kejadian Tak Terduga
17 Bayangan Wajah Menyedihkan
18 Makan Malam
19 Persiapan Pernikahan
20 Sah
21 Malam Pertama
22 Tragedi Kamar Mandi
23 Fasilitas Sama
24 Foto Kenangan
25 Abigail Surya Atmadja
26 Jangan Tatap Aku
27 Menagih Janji
28 Berlibur
29 Berlibur Part- 2
30 Kembali Ketoko
31 Ponsel
32 Dekapan Hangat
33 Telur Gosong
34 Kedatangan Ibu
35 Pemikiran Buruk
36 Pertemuan Dengan Ibu Mertua
37 Ibu
38 Mertua Dan Menantu
39 Mertua Dan Menantu Part 2
40 Tentang Rasa
41 Kisah Masa Lalu
42 Kisah Masa Lalu Part-2
43 Aku Mencintaimu
44 Penuh Cinta
45 Panggilan Sayang
46 Nasi Sudah Menjadi Bubur
47 Jangan Ada Penghalang
48 Meluapkan Amarah
49 Dia Hanya Mencintaimu
50 Masa Lalu Anastasya
51 Bahagiakah Hidup Denganku
52 Apakah Istriku Bahagia
53 Tempat Kenangan
54 Olahraga Malam Yang Gagal
55 Datang Bulan
56 Aku Menginginkan Buah Hati
57 Kantong Kejutan
58 Sebaiknya Aku Pergi
59 Bertemu Kembali
60 Penasaran
61 Rasa Nyaman
62 Menghindar
63 Penolakan Yang Menyakitkan.
64 Sejahat Itukah Diriku
65 Ingatan Dokter Bram
66 Perkiraan
67 Sahabat Karib
68 Percuma
69 Alasan Arka
70 Mencari Informasi
71 Tetaplah Menjadi Dirimu
72 Keputusan
73 Dilema
74 Berjanjilah Padaku
75 Hasil
76 Tolong Aku
77 Maafkan Aku
78 Kartu As
79 Keterkejutan
80 Kehidupan Pribadi Sang Pewaris
81 Menemukan
82 Sulit Menerima
83 Saksi Hidup
84 Naluri Seorang Ibu
85 Akhiri Semua
86 Menghilang
87 Karna Aku Mencintainya
88 Penyesalan
89 Jangan Pergi
90 Aku Harus Tau Diri
91 Tempat Tujuan
92 Pencarian
93 Pencarian Part 2
94 Titik Terang
95 Menemukan
96 Aku Dan Kamu, Adalah Kita
97 Oh Anastasya
98 Permintaan Sandy
99 Tetap Bertahan
100 Tidak! Terimakasih
101 Terlambat
102 Ingin Mempersatukan
103 Benci Tapi Rindu
104 Rencana
105 Rencana Part 2
106 Kau Di mana
107 Kau Di Mana Part 2
108 Shock Therapy
109 Faktor Genetik
110 Calon Ibu
111 Luka Yang Terpendam
112 Jelang Resepsi
113 Jelang Resepsi Part 2
114 Resepsi
115 Gagal Sebelum Bertarung
116 Mengulang Masa Lalu
117 Titik Balik
118 Obat Rasa Sakit
119 Kunci
120 Satu Hari Bersamamu
121 Satu Hari Bersamamu Part 2
122 Tuan Menyebalkan
123 Pria Pecundang
124 Rasa Cinta
125 Jangan pernah meragukanku
126 Disebut Ngidam?
127 Merah Muda
128 Terkejut
129 Berbelanja
130 Firasat
131 Ayah
132 Menghapus Masa Lalu
133 Bangunlah Ayah
134 Kau Mau Kemana?
135 Pria Misterius
136 Kehilangan
137 Tawa Berbalut Luka
138 Indah...
139 Jalan Takdir
140 Hingga Akhir Waktu
141 Prama Samudra
142 Hidup Sederhana, Asal Bahagia.
143 Keinginan
144 Janji
145 Mengenang Luka
146 Rasa Yang Berbeda
147 Berjuanglah
148 Kalah Sebelum Berperang
149 Mungkinkah Kau Dan Aku
150 Tak Mampu Menolak
151 Aku Sudah Tau Semua
152 Tak Terduga
153 Sulit Dipercaya
154 Sederhana Namun Romantis
155 Tidak Merasa Direpotkan
156 Mungkin Ini Gila
157 Jawaban
158 Terlupakan
159 Apakah Aku Jahat?
160 Ungkapan
161 Taman Kota
162 Pura-Pura Lupa __ Visual Arka
163 Tanda-Tanda __ Visual Zara
164 Dua Malaikat __ Visual Anastasya
165 Pemimpin Berhati Tulus __ Visual Kenan
166 Secepatnya __ Visual Samudra
167 Ketahuan __ Visual Kiara
168 Waspada
169 Berarti
170 Trauma?
171 Antara Duda Dan Janda
172 Terimakasih
173 Lamaran
174 Berharga
175 Benar-Benar Mencintaimu
176 Istimewa
177 Introgasi
178 Pernikahan
179 Berbahagialah
180 Beruntung
181 Masih Merasa Bersalah
182 Kebahagiaan Sam
183 Aku Takut
184 Manisnya Cinta
185 Pindah
186 Pindah Part- 2
187 Tanpa Jejak
188 Ending
189 Promosi Novel Baru
190 Promosi
191 Sekuel Terjerat Dua Cincin Sang CEO
192 My Boss Is My Ex Husband
193 My Boss Is My Ex Husband
Episodes

Updated 193 Episodes

1
Prolog
2
Malaikat Penolong
3
Perempuan Asing
4
Pertolongan Tak Terduga
5
Tempat Tinggal Baru
6
Kehidupan Dan Lingkungan Baru
7
Datar Dan Dingin
8
Semangkuk Sup
9
Kehidupan Pergaulan Anastasya
10
Ambruk
11
Menikahlah Dengan Suamiku
12
Menolak
13
Rasa Yang Sulit Dimengerti
14
Tempat Pelarian
15
Isi Hati Anastasya
16
Kejadian Tak Terduga
17
Bayangan Wajah Menyedihkan
18
Makan Malam
19
Persiapan Pernikahan
20
Sah
21
Malam Pertama
22
Tragedi Kamar Mandi
23
Fasilitas Sama
24
Foto Kenangan
25
Abigail Surya Atmadja
26
Jangan Tatap Aku
27
Menagih Janji
28
Berlibur
29
Berlibur Part- 2
30
Kembali Ketoko
31
Ponsel
32
Dekapan Hangat
33
Telur Gosong
34
Kedatangan Ibu
35
Pemikiran Buruk
36
Pertemuan Dengan Ibu Mertua
37
Ibu
38
Mertua Dan Menantu
39
Mertua Dan Menantu Part 2
40
Tentang Rasa
41
Kisah Masa Lalu
42
Kisah Masa Lalu Part-2
43
Aku Mencintaimu
44
Penuh Cinta
45
Panggilan Sayang
46
Nasi Sudah Menjadi Bubur
47
Jangan Ada Penghalang
48
Meluapkan Amarah
49
Dia Hanya Mencintaimu
50
Masa Lalu Anastasya
51
Bahagiakah Hidup Denganku
52
Apakah Istriku Bahagia
53
Tempat Kenangan
54
Olahraga Malam Yang Gagal
55
Datang Bulan
56
Aku Menginginkan Buah Hati
57
Kantong Kejutan
58
Sebaiknya Aku Pergi
59
Bertemu Kembali
60
Penasaran
61
Rasa Nyaman
62
Menghindar
63
Penolakan Yang Menyakitkan.
64
Sejahat Itukah Diriku
65
Ingatan Dokter Bram
66
Perkiraan
67
Sahabat Karib
68
Percuma
69
Alasan Arka
70
Mencari Informasi
71
Tetaplah Menjadi Dirimu
72
Keputusan
73
Dilema
74
Berjanjilah Padaku
75
Hasil
76
Tolong Aku
77
Maafkan Aku
78
Kartu As
79
Keterkejutan
80
Kehidupan Pribadi Sang Pewaris
81
Menemukan
82
Sulit Menerima
83
Saksi Hidup
84
Naluri Seorang Ibu
85
Akhiri Semua
86
Menghilang
87
Karna Aku Mencintainya
88
Penyesalan
89
Jangan Pergi
90
Aku Harus Tau Diri
91
Tempat Tujuan
92
Pencarian
93
Pencarian Part 2
94
Titik Terang
95
Menemukan
96
Aku Dan Kamu, Adalah Kita
97
Oh Anastasya
98
Permintaan Sandy
99
Tetap Bertahan
100
Tidak! Terimakasih
101
Terlambat
102
Ingin Mempersatukan
103
Benci Tapi Rindu
104
Rencana
105
Rencana Part 2
106
Kau Di mana
107
Kau Di Mana Part 2
108
Shock Therapy
109
Faktor Genetik
110
Calon Ibu
111
Luka Yang Terpendam
112
Jelang Resepsi
113
Jelang Resepsi Part 2
114
Resepsi
115
Gagal Sebelum Bertarung
116
Mengulang Masa Lalu
117
Titik Balik
118
Obat Rasa Sakit
119
Kunci
120
Satu Hari Bersamamu
121
Satu Hari Bersamamu Part 2
122
Tuan Menyebalkan
123
Pria Pecundang
124
Rasa Cinta
125
Jangan pernah meragukanku
126
Disebut Ngidam?
127
Merah Muda
128
Terkejut
129
Berbelanja
130
Firasat
131
Ayah
132
Menghapus Masa Lalu
133
Bangunlah Ayah
134
Kau Mau Kemana?
135
Pria Misterius
136
Kehilangan
137
Tawa Berbalut Luka
138
Indah...
139
Jalan Takdir
140
Hingga Akhir Waktu
141
Prama Samudra
142
Hidup Sederhana, Asal Bahagia.
143
Keinginan
144
Janji
145
Mengenang Luka
146
Rasa Yang Berbeda
147
Berjuanglah
148
Kalah Sebelum Berperang
149
Mungkinkah Kau Dan Aku
150
Tak Mampu Menolak
151
Aku Sudah Tau Semua
152
Tak Terduga
153
Sulit Dipercaya
154
Sederhana Namun Romantis
155
Tidak Merasa Direpotkan
156
Mungkin Ini Gila
157
Jawaban
158
Terlupakan
159
Apakah Aku Jahat?
160
Ungkapan
161
Taman Kota
162
Pura-Pura Lupa __ Visual Arka
163
Tanda-Tanda __ Visual Zara
164
Dua Malaikat __ Visual Anastasya
165
Pemimpin Berhati Tulus __ Visual Kenan
166
Secepatnya __ Visual Samudra
167
Ketahuan __ Visual Kiara
168
Waspada
169
Berarti
170
Trauma?
171
Antara Duda Dan Janda
172
Terimakasih
173
Lamaran
174
Berharga
175
Benar-Benar Mencintaimu
176
Istimewa
177
Introgasi
178
Pernikahan
179
Berbahagialah
180
Beruntung
181
Masih Merasa Bersalah
182
Kebahagiaan Sam
183
Aku Takut
184
Manisnya Cinta
185
Pindah
186
Pindah Part- 2
187
Tanpa Jejak
188
Ending
189
Promosi Novel Baru
190
Promosi
191
Sekuel Terjerat Dua Cincin Sang CEO
192
My Boss Is My Ex Husband
193
My Boss Is My Ex Husband

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!