Terjerat Dua Cincin Sang CEO

Terjerat Dua Cincin Sang CEO

Prolog

"Bagaimana Bibi, Paman, apakah kalian mengijinkan Zara untuk bekerja dikota bersama saya." Seorang pria muda bernama Sandy tengah duduk disebuah sofa dengan kaki menyilang. Mengarahkan pandangan lurus kedepan, menatap sepasang pria dan wanita paruh baya yang menjadi lawan bicaranya.

Sang perempuan menghela nafas dalam, mengeser pandang ke arah sisi kanan, dimana sang suami duduk terdiam dikursi roda. "Bagaimana, apakah Ayah mengizinkan putri kita untuk merantau bersama dengan Nak Sandy kekota?" Seolah miminta pendapat, kedua netra seorang Ibu bernama Rumi itu nampak berkaca-kaca menatap lekat netra sang suami.

Jamal terdiam beberapa saat. Netra sayunya menatap sang putri dan istrinya yang duduk berdambingan, secara bergantian. Kondisi kedua kakinya yang Lumpuh selepas kecelakaan motor beberapa waktu lalu. Menjadi penghalang terbesarnya untuk menjalankan kewajiban utamanya sebagai pencari nafkah. Dan beberapa bulan inilah, sang istri yang seharusnya mengurus rumah tangga pun terpaksa mengantikan perannya sebagai pekerja serabutan dari rumah kerumah, demi untuk menyambung hidup.

"Ayah tidak bisa melarang Bu, jika Zara menginginkan untuk bekerja kekota," meski berat, namun Jamil pun tak ingin egois jika sang putri mengiginkannya.

"Paman dan Bibi tak perlu khawatir. Aku sudah menemukan tempat dimana Zara akan bekerja. Jika menyangkut tempat tinggal, untuk sementara waktu Zara bisa tinggal bersamaku."

Ketiga pasang netra yang menjadi lawan bicara Sandy terbelalak. Pasalnya, ucapan Sandy membuat sepasang suwami beserta sang putri bertanya-tanya. "Maksud Ka Sandy, kita akan tinggal dirumah yang sama?"

"Ti-dak tidak," Sandy tergagap. "Maksudku, aku akan mencarikan kontrakan yang tak jauh dari tempat tinggalku. Agar kita tetap berdekatan." Jawab Sandy, sembari tersenyum kecut.

Zara dan kedua orang tuanya, meghela nafas lega. Sempat terbesit difikir Zara, jika Sandy memiliki rencana buruk untuknya, ketika mereka tiba dikota. Namun jawaban Sandy, seolah mampu menjawab semua pertanyaan, dan segala fikiran buruk.

"Bagaimana Nak, apakah kau bersedia?" Rumi menggengam tangan ramping, dan menatap lekat kedua netra putrinya.

Zara mengangguk samar. "Iya Bu, mungkin dengan mencari pekerjaan di kota, bisa mengubah kehidupan kita kedepannya."

Jamil yang mendengar jawaban sang putri pun, tak kuasa membendung buliran bening dari pelupuk netranya. Hanya karna keterbatasan ekonomi, Jamil dan Rumi harus rela berpisah jauh dari Zara, putri semata wayangnya. "Maafkan Ayah, Nak. Karna Ayah, kau harus pergi kekota dan hidup jauh dari kedua orang tua. Ayah memang manusia tak berguna." Memuncah sesal didada. Tak urung, Jamil terus menerus menyalahkan dirinya, dari beratnya hidup yang di tanggung keluargannya.

"Ayah, berhentilah menyalahkan diri sendiri. Ini semua sudah menjadi takdir. Baik buruknya, kita pun harus ridho menjalaninya." Zara menangkupkan kedua telapak tangan, sebagai permohonan kepada sang Ayah untuk berhenti menghujat diri sendiri.

Sandy menarik sudut bibirnya, membentuk serigai tipis yang entah apa artinya. Menonton adegan drama yang baginya terasa menggelikan itu. Menatap arloji dipergelangan tangannya, pria berkemeja biru muda itu pun mulai membuka suara, mengingat waktu terasa begitu cepat berputar.

"Ehem." Sandy berdehem. "Lalu, seperti apa keputusanmu Zara. Jika kau berminat, persiapkan pakaian dan barang-barangmu, karna setengah jam lagi aku harus kembali kekota. Dan jika tidak, aku pun akan undur diri. Mengingat sudah cukup lama aku berada disini."

Zara mengigit bibir bawahnya, lalu menghela nafas dalam. "Baiklah, aku bersedia." Jawab Zara selepas pertimbangan beberapa saat.

Tak ada yang mampu dilakukan kedua orang tua Zara, selain merelakan kepergian sang putri.

Dua buah tas berukuran besar, terisi penuh dengan pakaian dan beberapa barang yang hendak di bawa Zara. Sandy yang nampak tak sabaran pun, lantas menggotong benda benda cukup berat itu kedalam bagasi mobilnya.

Isak tangis mengiringi keberangkatan Zara. Bagaikan goresan belati tak kasatmata yang menyayat sekujur tubuh gadis berusia 19 tahun itu. Untuk kali pertama, ia harus terpisah jauh dari kedua orang tua.

"Berjanjilah pada Ayah dan Ibu, untuk sesekali pulang, jika kau sudah mendapatkan pekerjaan. Jaga dirimu baik-baik, dan jangan pernah lupakan kami." Selepas mencium punggung tangan sang ibu, Zara pun mencium kedua pipi beserta kening perempuan paruh baya yang sudah melahirkannya.

"Zara janji Ibu, Ayah. Zara tidak akan pernah melupakan kalian berdua. Walau sejauh apa pun Zara melangkah, pasti akan tetap kembali dalam dekapan Ayah dan Ibu."

Zara menyeret langkah kakinya menuju pintu mobil yang segaja di bukakan oleh Sandy. Senyum pun tak jua luntur dari bibir pria bertubuh tinggi itu. Entah apa yang membuat Sandy berwajah sesenang itu.

Kijang hitam yang dikemudikan sandy mulai berjalan perlahan menyusuri jalanan perkampungan yang senyap tanpa banyak kendaraan lain berlalu lalang. Guna memecah kesunyiaan diantara kedua anak manusia itu, beberapa kali Sandy melemparkan lelucon yang sengaja ia karang. Sebab, selama satu jam perjalanan, Zara memilih lebih banyak diam dan melamun.

*******

"Bagaimana, jika kita makan malam terlebih dulu? Sepertinya kau sangat lapar hingga tak berminat untuk berbicara." Dengan nada menggoda, Sandy mengarahkan pandangan kearah Zara yang duduk di sisi kirinya.

Zara pun tersenyum kecut, hendak menyangkal pun tak ada guna. Sebab, cacing didalam perut pun serasa berdemo meminta jantah makan. Keduanya pun sepakat menepikan kendaraan disebuah restoran seafood yang menyajikan berbagai macam makanan laut, untuk mengisi perut.

Selepas menghabiskan makanan yang di pesan pun, Sandy tak lantas membawa Zara kesebuah rumah ataupun kontrakan dimana gadis itu akan tinggal. Lelaki tampan berambut hitam legam itu terkesan mengulur waktu, dan membawa Zara lebih dulu disebuah taman dengan beberapa pasang muda mudi yang tengah menikmati malam diruangan terbuka itu.

"Untuk apa kita kemari, Kak? Bukankah ini sudah malam? Jika kita terlalu lama di

jalan, aku takut jika tak menemukan kontrakan semalam ini." Gadis cantik bertubuh mungil itu pun melontarkan kekhawatiran yang baginya cukup beralasan itu. Sebab, tak akan mudah menemukan kontrakan ataupun sejenisnya diwaktu yang sudah hampir tengah malam.

"Kau tenang saja, semuanya bisa di atur," dibumbui serigai tipis disudut bibir, Sandy terlihat tak ambil pusing menanggapi ucapan gadis yang duduk disampingnya.

*******

Apa yang menjadi kekhawatiran Zara, benar-benar terjadi. Mereka kesulitan menemukan penginapan, mengingat waktu sudah menunjukan pukul 00:34 dini hari. Lelah dan penat dirasakan gadis yang tengah mengenakan setelan berwarna pink itu.

"Apa yang harus kita lakukan Kak? Seperti yang sudah kubilang, kita tak akan mudah menemukan penginapan jika sudah menjelang pagi seperti ini!" Tak urung, Zara sempat naik pitam, hingga srdikit meninggikan nada bicaranya.

Mendengar ucapan sang gadis, Sandy justru tergelak. "Seperti yang sudah kubilang sebelumnya, jika kau tak perlu khawatir." Tanpa babibu, Sandy melajukan mobil dengan kecepatan penuh dan mengarahkannya, untuk memasuki area parkir hotel.

Zara mengamati area sekitar, keningnya berkerut dalam kala sadar tempat apa yang mereka singgahi. "Kita kehotel Ka?"

Sandy mengangguk. "Iya. Malam ini, dengan sangat terpaksa kita akan melepas lelah di hotel." Terlihat dengan jelas sudut bibir pria muda itu berkedut, menahan tawa.

"Tapi Ka,

"Jangan banyak bicara! Masih untung aku memperlakukanmu dengan baik dan tidak membiarkanmu tidur dijalanan." Berucap dengan nada ketus, Sandy membuka pintu mobil dan meninggalkan Zara yang tengah dilanda kebingungan, tanpa kata. Berjalan kearah bagasi mobil dan menurunkan kedua tas besar milik Zara dengan kedua tangan.

Dengan langkah gotai, Zara hanya mampu mengekori langkah pria didepannya tanpa banyak bicara. Kala berada didepan meja Resepsionis pun, Zara tak hentinya melepar pandangan tak percaya kearah Sandy. Bagaimana tidak, pria yang dulunya tingal satu kampung dengannya dan mengaku sukses merintis karir dikota itu hanya memesan satu kamar untuk mereka berdua.

Meski menyimpan sejuta kesal, Zara tak ingin lebih dulu mengecap buruk pria yang tengah bersamanya itu. Ia cukup tahu, akan kepribadian Sandy semasa dikampung yang tak banyak tingkah.

Pintu kamar terbuka lebar. Ruangan bercat putih dengan ranjang dan seprai berwarna senada itu tampak sangat nyaman untuk melepas lelah. Sandy menutup pintu tanpa suara, kala keduanya sudah berada didalam ruangan. Dan menurunkan kedua tas Zara kelantai begitu saja.

Zara menyapu pandang keseluruh ruangan, memunggungi sandy yang berada dibelakangnya.

Serigai iblis tersungging di bibir tebal Sandy, merasa gadis di depannya itu lengah, pria berkemeja itu menyergap tubuh Zara dari belakang, dan mendekapnya erat.

Zara yang terkesiap dan belum sepenuhnya sadar akan apa yang terjadi pun tak mampu berbuat banyak. Dekapan lengan kekar Sandy, benar-benar mengunci pergerakan tubuhnya.

Berteriak pun percuma, sebab satu telapak tangan Sandy dengan sigap membekap bibir Zara yang hendak terbuka. Dari arah belakang, Zara dengan jelas mampu merasakan hebusan nafas Sandy yang terasa hangat di area leher belakangnya. Bahkan dengan tak tahu malunya pria bertubuh tinggi itu mulai mencium puncak kepala Zara, dengan penuh gairah.

Merasa terancam, gadis bersurai sepinggang itu tak hilang akal. Dengan sekuat tenaga, ia menghentakkan satu kaki yang beralaskan sepatu tepat dikaki Sandy, hingga pria itu pun meng-aduh dan mengendurkan cengkeraman tangannya.

Sadar jika Sandy sedikit terpancing dengan ulahnya, Zara menghujamkan sikunya kearah dada sebelah kanan sang pria. Ketika rengkuhan tangan benar-benar terlepas, Zara memutar tubuh, menghadap Sandy. Dan mengarahkan sebuah tendangan tepat diarea vital milik Sandy.

Raungan dan umpatan kasar terlontar tanpa kendali dari bibir tebal Sandy. Menggengam erat perut bagian bawahnya, menahan rasa sakit tak terperi. Sementara Zara yang sekujur tubuhnya gemetar hebat pun sadar, jika harus secepatnya melarikan diri.

Tubuh mungil gadis itu bergerak cepat, dan berlari kearah tas miliknya. Namun sayang, akibat terburu-buru Zara hanya sempat menarik hanya satu tas. Beruntunglah, Sandy tak sempat mengunci pintu. Hingga dengan satu kali gerakan, pintu berwarna putih itu pun terbuka.

Sandy benar-benar merutuki kebodohannya. Berusaha hendak mengejar sang gadis, namun sakit yang teramat sangat dibagian alat vitalnya, memnyulitkan pergerakannya. Sumpah serapah tak hentinya terucap, kala menatap tubuh Zara yang perlahan menghilang dibalik pintu hotel.

"Sialan kau Zara! Aku tidak akan pernah melupakan kejadian ini. Pergilah, aku yakin jika kau akan hidup menjadi gelandangan tanpa aku dikota ini." Rahang Sandy mengetat, kobaran kebencian menyala jelas dikedua netranya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Retno Elisabeth

Retno Elisabeth

menarik ceritanya thor

2023-04-30

0

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus sehat

2022-11-23

0

Amanda Veron

Amanda Veron

SendygatelYa

2021-06-26

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Malaikat Penolong
3 Perempuan Asing
4 Pertolongan Tak Terduga
5 Tempat Tinggal Baru
6 Kehidupan Dan Lingkungan Baru
7 Datar Dan Dingin
8 Semangkuk Sup
9 Kehidupan Pergaulan Anastasya
10 Ambruk
11 Menikahlah Dengan Suamiku
12 Menolak
13 Rasa Yang Sulit Dimengerti
14 Tempat Pelarian
15 Isi Hati Anastasya
16 Kejadian Tak Terduga
17 Bayangan Wajah Menyedihkan
18 Makan Malam
19 Persiapan Pernikahan
20 Sah
21 Malam Pertama
22 Tragedi Kamar Mandi
23 Fasilitas Sama
24 Foto Kenangan
25 Abigail Surya Atmadja
26 Jangan Tatap Aku
27 Menagih Janji
28 Berlibur
29 Berlibur Part- 2
30 Kembali Ketoko
31 Ponsel
32 Dekapan Hangat
33 Telur Gosong
34 Kedatangan Ibu
35 Pemikiran Buruk
36 Pertemuan Dengan Ibu Mertua
37 Ibu
38 Mertua Dan Menantu
39 Mertua Dan Menantu Part 2
40 Tentang Rasa
41 Kisah Masa Lalu
42 Kisah Masa Lalu Part-2
43 Aku Mencintaimu
44 Penuh Cinta
45 Panggilan Sayang
46 Nasi Sudah Menjadi Bubur
47 Jangan Ada Penghalang
48 Meluapkan Amarah
49 Dia Hanya Mencintaimu
50 Masa Lalu Anastasya
51 Bahagiakah Hidup Denganku
52 Apakah Istriku Bahagia
53 Tempat Kenangan
54 Olahraga Malam Yang Gagal
55 Datang Bulan
56 Aku Menginginkan Buah Hati
57 Kantong Kejutan
58 Sebaiknya Aku Pergi
59 Bertemu Kembali
60 Penasaran
61 Rasa Nyaman
62 Menghindar
63 Penolakan Yang Menyakitkan.
64 Sejahat Itukah Diriku
65 Ingatan Dokter Bram
66 Perkiraan
67 Sahabat Karib
68 Percuma
69 Alasan Arka
70 Mencari Informasi
71 Tetaplah Menjadi Dirimu
72 Keputusan
73 Dilema
74 Berjanjilah Padaku
75 Hasil
76 Tolong Aku
77 Maafkan Aku
78 Kartu As
79 Keterkejutan
80 Kehidupan Pribadi Sang Pewaris
81 Menemukan
82 Sulit Menerima
83 Saksi Hidup
84 Naluri Seorang Ibu
85 Akhiri Semua
86 Menghilang
87 Karna Aku Mencintainya
88 Penyesalan
89 Jangan Pergi
90 Aku Harus Tau Diri
91 Tempat Tujuan
92 Pencarian
93 Pencarian Part 2
94 Titik Terang
95 Menemukan
96 Aku Dan Kamu, Adalah Kita
97 Oh Anastasya
98 Permintaan Sandy
99 Tetap Bertahan
100 Tidak! Terimakasih
101 Terlambat
102 Ingin Mempersatukan
103 Benci Tapi Rindu
104 Rencana
105 Rencana Part 2
106 Kau Di mana
107 Kau Di Mana Part 2
108 Shock Therapy
109 Faktor Genetik
110 Calon Ibu
111 Luka Yang Terpendam
112 Jelang Resepsi
113 Jelang Resepsi Part 2
114 Resepsi
115 Gagal Sebelum Bertarung
116 Mengulang Masa Lalu
117 Titik Balik
118 Obat Rasa Sakit
119 Kunci
120 Satu Hari Bersamamu
121 Satu Hari Bersamamu Part 2
122 Tuan Menyebalkan
123 Pria Pecundang
124 Rasa Cinta
125 Jangan pernah meragukanku
126 Disebut Ngidam?
127 Merah Muda
128 Terkejut
129 Berbelanja
130 Firasat
131 Ayah
132 Menghapus Masa Lalu
133 Bangunlah Ayah
134 Kau Mau Kemana?
135 Pria Misterius
136 Kehilangan
137 Tawa Berbalut Luka
138 Indah...
139 Jalan Takdir
140 Hingga Akhir Waktu
141 Prama Samudra
142 Hidup Sederhana, Asal Bahagia.
143 Keinginan
144 Janji
145 Mengenang Luka
146 Rasa Yang Berbeda
147 Berjuanglah
148 Kalah Sebelum Berperang
149 Mungkinkah Kau Dan Aku
150 Tak Mampu Menolak
151 Aku Sudah Tau Semua
152 Tak Terduga
153 Sulit Dipercaya
154 Sederhana Namun Romantis
155 Tidak Merasa Direpotkan
156 Mungkin Ini Gila
157 Jawaban
158 Terlupakan
159 Apakah Aku Jahat?
160 Ungkapan
161 Taman Kota
162 Pura-Pura Lupa __ Visual Arka
163 Tanda-Tanda __ Visual Zara
164 Dua Malaikat __ Visual Anastasya
165 Pemimpin Berhati Tulus __ Visual Kenan
166 Secepatnya __ Visual Samudra
167 Ketahuan __ Visual Kiara
168 Waspada
169 Berarti
170 Trauma?
171 Antara Duda Dan Janda
172 Terimakasih
173 Lamaran
174 Berharga
175 Benar-Benar Mencintaimu
176 Istimewa
177 Introgasi
178 Pernikahan
179 Berbahagialah
180 Beruntung
181 Masih Merasa Bersalah
182 Kebahagiaan Sam
183 Aku Takut
184 Manisnya Cinta
185 Pindah
186 Pindah Part- 2
187 Tanpa Jejak
188 Ending
189 Promosi Novel Baru
190 Promosi
191 Sekuel Terjerat Dua Cincin Sang CEO
192 My Boss Is My Ex Husband
193 My Boss Is My Ex Husband
Episodes

Updated 193 Episodes

1
Prolog
2
Malaikat Penolong
3
Perempuan Asing
4
Pertolongan Tak Terduga
5
Tempat Tinggal Baru
6
Kehidupan Dan Lingkungan Baru
7
Datar Dan Dingin
8
Semangkuk Sup
9
Kehidupan Pergaulan Anastasya
10
Ambruk
11
Menikahlah Dengan Suamiku
12
Menolak
13
Rasa Yang Sulit Dimengerti
14
Tempat Pelarian
15
Isi Hati Anastasya
16
Kejadian Tak Terduga
17
Bayangan Wajah Menyedihkan
18
Makan Malam
19
Persiapan Pernikahan
20
Sah
21
Malam Pertama
22
Tragedi Kamar Mandi
23
Fasilitas Sama
24
Foto Kenangan
25
Abigail Surya Atmadja
26
Jangan Tatap Aku
27
Menagih Janji
28
Berlibur
29
Berlibur Part- 2
30
Kembali Ketoko
31
Ponsel
32
Dekapan Hangat
33
Telur Gosong
34
Kedatangan Ibu
35
Pemikiran Buruk
36
Pertemuan Dengan Ibu Mertua
37
Ibu
38
Mertua Dan Menantu
39
Mertua Dan Menantu Part 2
40
Tentang Rasa
41
Kisah Masa Lalu
42
Kisah Masa Lalu Part-2
43
Aku Mencintaimu
44
Penuh Cinta
45
Panggilan Sayang
46
Nasi Sudah Menjadi Bubur
47
Jangan Ada Penghalang
48
Meluapkan Amarah
49
Dia Hanya Mencintaimu
50
Masa Lalu Anastasya
51
Bahagiakah Hidup Denganku
52
Apakah Istriku Bahagia
53
Tempat Kenangan
54
Olahraga Malam Yang Gagal
55
Datang Bulan
56
Aku Menginginkan Buah Hati
57
Kantong Kejutan
58
Sebaiknya Aku Pergi
59
Bertemu Kembali
60
Penasaran
61
Rasa Nyaman
62
Menghindar
63
Penolakan Yang Menyakitkan.
64
Sejahat Itukah Diriku
65
Ingatan Dokter Bram
66
Perkiraan
67
Sahabat Karib
68
Percuma
69
Alasan Arka
70
Mencari Informasi
71
Tetaplah Menjadi Dirimu
72
Keputusan
73
Dilema
74
Berjanjilah Padaku
75
Hasil
76
Tolong Aku
77
Maafkan Aku
78
Kartu As
79
Keterkejutan
80
Kehidupan Pribadi Sang Pewaris
81
Menemukan
82
Sulit Menerima
83
Saksi Hidup
84
Naluri Seorang Ibu
85
Akhiri Semua
86
Menghilang
87
Karna Aku Mencintainya
88
Penyesalan
89
Jangan Pergi
90
Aku Harus Tau Diri
91
Tempat Tujuan
92
Pencarian
93
Pencarian Part 2
94
Titik Terang
95
Menemukan
96
Aku Dan Kamu, Adalah Kita
97
Oh Anastasya
98
Permintaan Sandy
99
Tetap Bertahan
100
Tidak! Terimakasih
101
Terlambat
102
Ingin Mempersatukan
103
Benci Tapi Rindu
104
Rencana
105
Rencana Part 2
106
Kau Di mana
107
Kau Di Mana Part 2
108
Shock Therapy
109
Faktor Genetik
110
Calon Ibu
111
Luka Yang Terpendam
112
Jelang Resepsi
113
Jelang Resepsi Part 2
114
Resepsi
115
Gagal Sebelum Bertarung
116
Mengulang Masa Lalu
117
Titik Balik
118
Obat Rasa Sakit
119
Kunci
120
Satu Hari Bersamamu
121
Satu Hari Bersamamu Part 2
122
Tuan Menyebalkan
123
Pria Pecundang
124
Rasa Cinta
125
Jangan pernah meragukanku
126
Disebut Ngidam?
127
Merah Muda
128
Terkejut
129
Berbelanja
130
Firasat
131
Ayah
132
Menghapus Masa Lalu
133
Bangunlah Ayah
134
Kau Mau Kemana?
135
Pria Misterius
136
Kehilangan
137
Tawa Berbalut Luka
138
Indah...
139
Jalan Takdir
140
Hingga Akhir Waktu
141
Prama Samudra
142
Hidup Sederhana, Asal Bahagia.
143
Keinginan
144
Janji
145
Mengenang Luka
146
Rasa Yang Berbeda
147
Berjuanglah
148
Kalah Sebelum Berperang
149
Mungkinkah Kau Dan Aku
150
Tak Mampu Menolak
151
Aku Sudah Tau Semua
152
Tak Terduga
153
Sulit Dipercaya
154
Sederhana Namun Romantis
155
Tidak Merasa Direpotkan
156
Mungkin Ini Gila
157
Jawaban
158
Terlupakan
159
Apakah Aku Jahat?
160
Ungkapan
161
Taman Kota
162
Pura-Pura Lupa __ Visual Arka
163
Tanda-Tanda __ Visual Zara
164
Dua Malaikat __ Visual Anastasya
165
Pemimpin Berhati Tulus __ Visual Kenan
166
Secepatnya __ Visual Samudra
167
Ketahuan __ Visual Kiara
168
Waspada
169
Berarti
170
Trauma?
171
Antara Duda Dan Janda
172
Terimakasih
173
Lamaran
174
Berharga
175
Benar-Benar Mencintaimu
176
Istimewa
177
Introgasi
178
Pernikahan
179
Berbahagialah
180
Beruntung
181
Masih Merasa Bersalah
182
Kebahagiaan Sam
183
Aku Takut
184
Manisnya Cinta
185
Pindah
186
Pindah Part- 2
187
Tanpa Jejak
188
Ending
189
Promosi Novel Baru
190
Promosi
191
Sekuel Terjerat Dua Cincin Sang CEO
192
My Boss Is My Ex Husband
193
My Boss Is My Ex Husband

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!