Selepas meting dan menghadiri jamuan makan malam dari kolega bisnis di sebuah restoran ternama di ibu kota, Arka beserta seorang kepala pengawal yang merangkup sebagai asisten pribadinya hendak kembali menuju kantor milik Atmadja group. Namun baru beberapa menit mobil yang di kemudikan pengawal bernama Sam itu bergerak, seketika Sam memutar arah, mengurungkan niatnya untuk kembali membawa Tuannya ke kantor, selepas mendapatkan informasi tentang Anastasya yang keluar rumah tanpa izin dari Tuannya.
Mobil yang dikemudikan bergerak cepat memecah padatnya jalanan malam ibu kota. Hingga kurang dari tiga puluh menit, keduanya sudah memasuki gerbang rumah utama.
Arka lebih dulu keluar, bahkan sebelum Sam sempat membukakan pintu mobil. Beberapa pelayan termasuk Surti, berdiri berjajar dengan wajah ketakutan.
"Bukankah sudah kukatakan untuk tak mengizinkannya keluar malam, kenapa kalian tetap membiarkiannya." Arka sengaja berbicara tepat di hadapan para pelayan dengan nada bicara cukup tinggi. Mengingatkan kembali ultimatum tegap pada para pelayan untuk mematuhi ucapannya.
"Maafkan saya Tuan." Dengan bibir gemetar Surti selaku kepala pelayan menyadari jika dirinyalah yang patut disalahkan, sebab sudah membiarkan Anastasya pergi keluar seorang diri.
Arka menghela nafas dalam, "Bibi pasti masih ingat, tempat apa yang akan Anastasya tuju jika keluar malam?"
Surti geragapan dan menangkupkan kedua telapak tangan sebagai ucapan permohonan.
"Maafkan saya Tuan, tadi Nona sempat beralasan jika ingin membeli sate kambing yang terletak di pinggir jalan atas keinginan calon bayi di dalam perutnya.
Tubuh Arka seketika menegang, namun raut wajahnya penuh tanda tanya.
"Maksud Bibi, Tasya hamil?"
Surti mengangguk kuat tanpa ragu.
"Bagaimana mungkin." Namun seketika Arka terdiam dan menyesali ucapan yang sudah terlontar dari bibirnya.
Seketika seluruh pelayan dan Sam yang tengah berdiri di belakang Arka, saling melempar pandang. Bukanya senang, ekspresi berbeda justru yang ditunjukan oleh Tuan mereka.
"Lupakan. Anggap saja, aku tak mengucapkan apa-apa. Sam."
"Iya Tuan." Sam menjawab cepat.
"Persiapkan semuanya. Sepuluh menit lagi, kita akan keluar," titah Arka pada Sam.
"Baik Tuan."
Selepas berucap, Arka bergerak cepat menuju lantai ketiga di mana kamarnya berada, guna berganti pakaian.
*****
"Kita akan kemana Tuan?" Sam melirik sebentar kearah kursi penumpang.
"Kau pasti sudah tau, kemana arah tujuan kita." Tanpa menatap kearah lawan bicara, Arka menjawab pertanyaan kepala pengawal sekaligus asisten pribadinya itu.
"Baik Tuan," balas Sam tegas. Kemudian melajukan kemudi dengan cepat, mengingat hari semakin malam.
Bisa-bisanya kau menggunakan alasan ngidam palsumu itu, untuk bisa menemui teman-teman laknatmu itu Anastasya. Apa semua yang sudah kuarahkan kepadamu untuk menjadi perempuan yang lebih baik, hanya kau anggap sebagai mainan belaka, hingga timbul niatan di benakmu untuk kembali terjerumus kedalam lembah hitam yang sudah menghanyutkanmu dulu.
Menatap bayangan-bayang hitam yang bergerak cepat dari kaca mobil. Arka hanya mampu menatap kosong jalanan malam. Hingga tiga puluh menit berlalu, mobil yang dikemudikan Sam memasuki area parkir club night.
"Akan saya pastikan lebih dulu Tuan." Tanpa menunggu jawaban, Sam menuruni mobil dan memeriksa seluruh kendaraan yang tertata rapi di area parkir.
Benar saja. Sam menemukan keberadaan mobil mungil berwarna merah muda milik Nonannya. Pria dengan pakaian serba hitam itu, hanya mampu menghela nafas dalam dan menelan kekecewaan.
Tanpa pikir panjang, Sam pun kembali menuju area parkir, di mana mobil beserta Tuannya berada.
"Bagaimana?" Suara Arka yang cukup nyaring, sempat mengejutkan Sam yang tak menyadari jika Tuanya sudah berada di luar mobil.
"Iya Tuan. Saya menemukan mobil Nona Anastasya berada di lokasi parkir Club ini Tuan."
"Sudah kuduga." Dengan langkah lebar, Arka memasuki pintu utama Club, disusul Sam yang berjalan tergopoh mengekorinya.
Suasana di dalam club tumpah ruah dipenuhi pria dan wanita yang tengah berpesta atau pun sekedar melepas penat. Arka terus melangkah dengan mengedarkan pandangan keseluruh ruangan, mencari keberadaan Anastasya.
Club yang begitu ramai dan ruangan yang terbilang luas cukup menyulitkan Arka untuk melakukan pencarian. Tak berapa lama, justru Sam lah yang menemukan sosok Anastasya tengah bergoyang, seirama alunan musik yang diputar. Tak hanya sendiri, beberapa perempuan lain yang satu meja dengannya pun tampak meliuk-liukan tubuhnya dengan gerakan fulgar.
Arka dibuat geram. Pria tampan berusia 30 tahun itu berjalan mendekat dan menarik tangan Anastasya sedikit kuat, hingga perempuan itu tampak terkejut dan nyaris berteriak.
"Apa yang kau lakukan Anastasya?"
Minuman beralkohol dengan kadar tinggi yang diteguknya, cukup membuatnya pusing dan serasa melayang. Namun dirinya masih mengenali wajah Arka, suaminya.
Sementara beberapa teman Anastasya yang mengetahui kedatangan Arka, tampak ketakutan dan memilih menghindar.
"Arka, kau kah itu?" Anastasya yang sudah dalam kondisi mabuk itu, samar-samar masih mampu untuk mengenali wajah dan suara suaminya. "Kau datang untuk menjemputku? Aku tidak sedang bermimpi bukan?" sambung Anastasya sembari mencengkeram kepalanya yang terasa pusing.
Jengah, kecewa, dan marah. Kata-kata tepat yang menggambarkan perasaan Arka kini. Tanpa banyak bicara, pria dengan kemeja abu-abu itu sengera merengkuh tubuh Anastasya kedalam gendongannya.
Puluhan pasang mata tampak tercengang disuguhi pemandangan romantis dari dua sejoli yang membuat siapa pun berdecak iri.
Seolah merasa nyaman dan mendapatkan apa yang diinginkan, Anastasya dengan manja mengalungkan lengannya di leher Arka dan menyandarkan kepala di dada bidang pria tampan itu. Namun raut wajah berbeda ditunjukan oleh Arka. Pria tampan nan dingin itu hanya diam dan dengan cepat melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam club.
"Kirim seseorang untuk membawa mobil Tasya," titah Arka pada Sam.
"Baik Tuan." Selepas membukakan pintu mobil untuk sang Tuan, terlihat Sam menghubungi seseorang dengan ponselnya.
Arka menghela nafas kasar dan mendesah pelan. Tautan tangan Anastasya di lehernya begitu kuat, hingga dirinya tak mungkin memaksa perempuan itu untuk melepaskannya.
Anastasya tetap berada dalam rengkuhan lengan kokoh Arka hingga mobil melaju menuju arah pulang. Meski kedua netra perempuan itu terpejam, sesungguhnya ia masih tersadar dan sesekali menggesekan pipinya di dada suaminya yang terhalang kemeja.
"Sudah lama, aku merindukan saat-saat seperti ini. Aku mabuk dan kau akan menggendongku." Sudut bibir dengan netra sedikit terbuka itu, mengulas senyum penuh arti. "Kau akan memelukku, begitu pun sebaliknya. Aku pun bisa merasakan betapa nyamannya tidur berbantalkan dada bidang ini." Menunjuk bagian dada Arka dengan satu jarinya. "Karna aku tau, jika dalam keadaan sadar, kita tidak akan pernah melakukannya." Senyum di bibir Anastasya berangsur menghilang. Berganti dengan wajah sendu.
Arka tak berniat membuka mulutnya. Lebih memilih untuk diam, dan mendengar isi hati Anastasya sebenarnya.
"Arka, kenapa kau terlalu baik padaku? Kenapa kau malah memungutku di jalanan dan menjadikanku layaknya permaisuri di istanamu. Aku terlalu kotor untukmu, Arka. Kau bahkan tau segalanya tetang hidupku. Betapa hancur dan rusaknya moralku. Tapi kenapa kau tetap menikahiku? Ya, walau pun aku tau jika kau tak pernah mencintaiku."
Glek....
Arka menelan salivanya dengan susah payah. Sam yang berada di belakang kemudi pun mampu mendengar racauan panjang lebar Anastasya.
Pria dengan tinggi badan 183 sentimeter itu menundukan kepala, menatap lekat netra Anastasya yang samar terbuka. Wajah cantik itu terlihat menahan banyak beban. Kesedihan yang mungkin selama ini ditutupi darinya, hingga harus menyimpannya seorang diri.
Dari awal pernikahan kita, aku berjanji untuk selalu melindungimu dari apa pun yang bisa saja menghancurkanmu. Tapi maaf Anastasya, selama dua tahun waktu yang sudah kita lalui bersama, nyatanya, hatiku masih terus menolak dan tak mampu untuk mencintaimu, walau dengan berbagai alasan apa pun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Sri Wahyuni
hrus nya s tasya itu memprbaiki dri dn hrs bersyukur msih ada yg mau mengeluarkn dri dunia lmbah hitam s arka mau menikahi nya hrs hidup lah yg lbih baik nikmati yg udah d sdiakan suami nya the real az hidup dn hnya krn cinta yg blm d dpt jd tmbah hilng arah cp tau dngn bnyk bersyukur dn brsbar akn tba wktu y yg d ingin kn tpi ini klkuan bkin jengah suami az
2022-10-30
0
Benazier Jasmine
knp harus menikahi anastyah arka, klo u hanya buat sakit hati saja,pdhl sdh 2th u menikah
2022-10-12
0
Fitriah
kok bisa yah?apa Arka tidak menemukan sesuatu yg menarik dari Tasya?hmmm
2021-04-07
0