Perempuan Asing

Dua bulan berlalu, kehidupan Zara tetap tak berubah. Bahkan kini terkesan memilukan. Hidup di kota besar tanpa pekerjaan dan penopang, dalam menjalani hidup yang teramat berat ini. Meski sudah hilir mudik mencari pekerjaan dari satu tempat ketempat lainya, namun tanpa hasil. Bahkan tenaga pembersih pusat perbelanjaan ataupun restoran, enggan menerima karyawan yang sama sekali tak mempunyai riwayat pendidikan.

Pasrah. Mungkin hanya satu kata itu yang mampu Zara lakukan.

Bersandar pada dinding usang kontrakan, dengan kepala mendongak keatas, menatap nanar langit-langit ruangan. Gadis bertubuh mungil itu, menerawang jauh akan kelanjutan hidupnya kelak.

Apa yang akan kau lakukan setelah ini, Zara. Uangmu bakan kian menipis dan terancam diusir dari kontrakan akhir bulan ini, jika kau tak mampu membayar sewanya.

Zara memejamkan rapat kedua netranya. Buliran bening pun perlahan mengalir di sudut netra yang terkatup, tanpa mampu ia tahan.

Tubuh gadis manis itu terperanjat, tatkala pintu kontrakan bercat putih itu diketuk cukup keras dari arah luar. Bangkit dari posisinya semula, Zara lekas mengusap sisa air duka, dikedua sisi pipinya, sebelum berlari kecil kearah pintu.

Pintu terbuka perlahan. Netra bening Zara bersiborok dengan kedua netra perempuan paruh baya bertubuh tambun yang menatapnya tajam. Zara menelan ludahnya kasar, kala mendapati siapa pemilik tubuh di balik pintu.

"Bi Murti," ucap Zara sopan, pada sang pemilik kontrakan. "Mari masuk bi," membuka pintu lebih lebar dan mengeser tubuhnya untuk memberi jalan.

Alih-alih menjawab sapaan, perempuan paruh baya dengan riasan cukup tebal itu, justru menatap sinis Zara dengan bersedekap dada. "Tak usah ramah tamah menyambutku, toh itu semua tak akan mengurungkan niatku, untuk tetap menangih uang sewa kontrakan padamu yang sudah melewati jatuh tempo."

Zara terdiam, dengan wajah tertunduk dalam. Dirinya benar-benar tak memiliki cukup uang untuk membayar sewa rumah. "Apa tidak ada kelonggaran waktu lagi bi, saya akan berusaha mencari pekerjaan dan membayar sewa rumahnya."

Mendengus kesal, Murti serasa enggan untuk menatap gadis menyedihkan di depannya ini. "Mau berapa lama lagi, aku memberikan kelonggaran waktu padamu? Lagi pula, kau pun tak bekerja, lantas dari mana kau bisa menghasilkan uang dan membayar sewa kontrakan padaku."

Tak ada celah sedikit pun bagi Zara untuk membela diri, sebab semua ucapan Murti memang benar adanya.

"Begini saja, aku beri kau waktu hingga besok sore. Jika kau masih belum bisa membayarnya, maka jangan salahkan aku untuk tak menyeret paksa dirimu keluar dari kontrakanku ini! Permisi." Selepas berucap, Murti membalikkan tubuh dan dengan cepat meninggalkan Zara yang masih terpaku di tempatnya, dengan tubuh lunglai.

****

Ini adalah tempat kesepuluh yang kudatangi. Kalaupun aku diterima, mustahil bisa mendapatkan uang untuk membayar kontrakan dalam dua hari.

Gadis dengan kemeja putih berlengan panjang dan celana bahan berwarna hitam itu tengah mematung di depan bangunan pusat perbelanjaan. Ingin melangkah kedepan, namun tangan besar tak kasatmata, serasa menahannya.

Mengepalkan kedua tangan, gadis dengan surai diikat ekor kuda itu, menyemangati dirinya sendiri. Berjalan seolah tanpa beban menuju pintu utama, dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan.

Sepuluh menit berlalu, Zara keluar dari pintu pusat perbelanjaan dengan wajah masam. Lagi-lagi ia merasakan kecewa.

Apa benar-benar tak ada satu tempat kerja pun, yang mau menerimaku. Aku memang tak mempunyai lembaran kertas apapun yang tersisa, sebagai bukti jika aku memang pernah mengenyam pendidikan di bangku SMA. Tapi setidaknya lihat dulu hasil kerjaku, baru mereka bisa putuskan.

Zara tak hentinya bergumam dalam hati. Selama dua bulan berlalu, tak sekali pun ia bertemu dengan sosok Sandy. Meski menyimpan kebencian yang mendalam, setidaknya ia bisa meminta kembali barang yang sempat tertinggal bersama pria itu, jika mereka kembali bertemu.

Zara menatap langit yang mulai keemasan di ufuk barat, pertanda senja mulai menyapa. Dengan langkah gontai, gadis berparas ayu itu menyusuri pinggiran trotoar menuju arah jalan pulang. Jika hari ini bukanlah menjadi keberuntungan baginya, maka ia akan mencobanya lagi esok.

*****

Zara menghela nafas dalam, sebelum melangkahkan kakinya menuju jalan sempit kontrakan. Mungkin ini akan menjadi hari terakhirnya menempati bangunan berukuran mungil itu, sebelum benar-benar diusir paksa oleh Murti.

Berbaur dengan para penumpang lain di dalam sebuah angkot, beberapa kali Zara nampak menarik nafas dalam, terfikir akan beban berat yang ditanggungnya. Hingga angkot menepi di sebuah restoran cepat saji.

"Sudah sampai mbak," ucap sang sopir selepas mematikan mesin kendaraanya.

Tepukan ringan di bahu, menyadarkan gadis yang tengah melamun itu.

"Sudah sampai nak. Apa kau tidak ingin turun?" Pria paruh baya yang duduk persis di samping Zara, berucap ramah. Menyadarkan gadis di sampingnya.

Zara terkesiap, menatap sekeliling dengan ekspresi bingung. "Maaf Pak, saya melamun." Gadis berkemeja hitam polos dengan lengan sepertiga itu pun lantas menuruni angkot dan memberikan selembar uang pada supir angkot, sebelum berlalu pergi.

******

Tanpa rasa bosan, Zara mengunjungi satu tempat ke tempat lainya. Hingga berakhir di tempat makan ini. Salah seorang pelayan perempuan nampak menatapnya dari kejauhan. Tak berapa lama, pelayan berusia cukup muda itu mendekat. "Maaf Kak, apa ada yang bisa saya bantu?" Ucap pelayan itu ramah.

Zara tersenyum simpul, dan tampak antusias. "Maaf sebelumnya Kak, apakah tempat ini masih membutuhkan tenaga kerja?"

Sang pelayan mengamati penampilan Zara dari kaki hingga puncak kepala. "Maaf Kak, untuk kali ini kami masih belum membutuhkan tenaga kerja baru. Mengingat pandemi yang masih belum berakhir hingga restoran kami sepi pembeli, bahkan nyaris tutup. Maka dari itu, sang pemilik resto berniat untuk tak menambah pekerja selama pandemi belum benar-benar berakhir." Secara gamblang pelayan perempuan itu menjabarkan alasannya. Bukan ingin menolak secara mentah-mentah, namun dengan sedikit penjelasan yang masuk akal, setidaknya membuat Zara tak terlalu kecewa.

"Baik Kak, saya mengerti." Selepas berucap, Zara memutar tumit dan meninggalkan lawan bicara tanpa berbalik lagi. Kecewa dan merasa tak berguna, berbaur menjadi satu. Terus melangkahkan kaki tanpa arah tujuan.

Peluh mulai membanjir diseluruh tubuh. Teriknya sang mentari, serasa menyengat kulit. Merasa lelah, gadis ayu bertubuh mungil itu, menghampiri sebuah kursi yang terletak di bawah pohon rindang, samping trotoar. Mendaratkan tubuhnya dikursi kayu bercat putih itu dengan hati-hati.

Setidaknya, aku bisa melepas lelah sebentar.

Tak berapa lama, muncul bocah laki-laki berumur 10 tahun, nampak membawa berbagai macam barang, layaknya pedagang asongan. Menatap sejenak kearah Zara yang tengah menikmati semilir angin yang mulai mengeringkan titikan peluhnya.

Bocah itu pun tersenyum lebar, dan mulai mendekat.

"Kakak, apa Kakak cantik ini tengah kehausan,?" bocah itu pun menunjuk beberapa botol air mineral yang dia bawa untuk diperlihatkan pada Zara yang nampak terkejut akan kehadirannya yang tiba-tiba. "Aku menjual air mineral, untuk melepas dahaga." Bocah itu tersenyum polos layaknya anak-anak seusianya. Tanpa rasa beban, meski tengah bekerja.

Meski terkejut, Zara cukup terhibur dengan kedatangan bocah yang tampak berwajah ceria itu. "Boleh, Kakak ingin air mineral itu saja," ucap Zara sembari menunjuk kearah botol minum, dengan senyum tak luntur di bibir mungilnya.

"Baik Kak," bocah itu pun dengan cekatan mengambil botol yang diinginkan oleh Zara. Dan mengulurkanya dengan kedua tangan. "Apa Kakak cantik ini tengah menunggu seseorang?" Tanya anak dengan pakaian kumal itu.

Sembari meraih pemberian botol air mineral, Zara mengamati daerah sekitar, di mana tempatnya berada kini. Gadis manis berlesung pipi itu menelan ludahnya kasar. Pasalnya kini dirinya berada diluar gerbang area pemakaman, dengan pagar tinggi menjulang.

Astaga.. Kenapa aku sampai tak sadar berada ditempat ini.

"Tidak Dik, Kakak hanya tengah melepas lelah saja. Tak ada keluarga ataupun teman yang ditunggu. Kakak seorang diri."

Bocah itu pun mengangguk faham.

"Berapa harganya Dik?"

"Lima ribu rupiah saja Kak," jawab bocah itu sembari menata ulang dagangannya.

Zara membuka tas dan mencari keberadaan dompetnya. Hatinya kian teriris, tatkala dompet miliknya terbuka lebar. Hanya tersisa dua lembar uang kertas di dalamnya. Zara menatap dompet dan bocah pedagang asongan secara bergantian. Lalu menarik selembar uang dan memberikannya pada bocah laki-laki itu.

"Sebentar Kak, kembaliannya."

Kedua tangan Zara mencengah tangan mungil legam bocah itu, kala hendak membuka tempat penyimpanan uang miliknya. "Tidak usah, untuk adik saja," tolak Zara.

Bocah itu tersenyum lembut, dengan kedua netra berkaca-kaca. "Terima kasih Kak. Semoga ALLAH selalu memberikan rizqi yang berlimpah untuk Kakak."

"Aamiin.... Aamiin..." jawab Zara lirih.

Selepas mencium punggung tangan, bocah itu meninggalkan Zara seorang diri. Kedatangan anak laki-laki itu, bagaikan setetes embun pagi yang mampu memberi kesejukan dikala rasa gersang melanda.

Hendak kembali duduk ditempatnya semula, kedua netra Zara menangkap adanya sedan hitam yang melaju kencang tak terkendali. Sementara dari arah berlawanan seorang perempuan keluar dari gerbang pemakaman, berjalan gontai dengan wajah tertunduk.

Seolah engan mengalihkan pandangan pada objek di depannya. Zara justru melihat mobil yang entah siapa pengemudinya itu, kian menambah kecepatan namun tak terarah. Sementara itu, seorang perempuan yang berjalan di seberang, masih tetap menundukan pandangan dan tak perduli keadaan sekitar.

Zara kian pucat pasi dan mencengkeram ujung kemejanya kuat. Pasalnya, dia bisa menerka apa yang sebentar lagi terjadi, jika salah satu dari mereka tetap pada keadaan seperti ini.

Satu menit. Dua menit. Zara tetap menunggu, menatap kearah sedan dan sosok perempuan di seberang secara bergantian. Gadis cantik bersurai panjang itu, tak mampu lagi menahan. Hingga berlari dengan cepat kearah sang perempuan pejalan kaki dengan cepat.

"Awas nona!!" Pekik Zara, sementara kedua tangannya refleks mendorong tubuh perempuan yang masih tertunduk itu cukup keras. Hingga keduanya tersungkur di pinggiran trotoar.

Klakson mobil tak hentinya terdengar, beserta umpatan kasar yang terlontar dari pengemudi sedan ugal-ugalan, tak sadar akan ulahnya yang mampu mengancam nyawa orang lain.

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus bahagia

2022-11-23

0

Anonymous

Anonymous

kalau kejadiannya sgt cpt bkn satu menit dua menit unt berfikir menolong tp satu detik dua detik unt sgr menolong thor

2021-06-14

0

☠ᵏᵋᶜᶟoffdll⍣⃝𝑴𝒓🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ𝕸y💞

☠ᵏᵋᶜᶟoffdll⍣⃝𝑴𝒓🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ𝕸y💞

wach jalan cerita nya seperti nyata ia 😁😁

2021-04-08

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Malaikat Penolong
3 Perempuan Asing
4 Pertolongan Tak Terduga
5 Tempat Tinggal Baru
6 Kehidupan Dan Lingkungan Baru
7 Datar Dan Dingin
8 Semangkuk Sup
9 Kehidupan Pergaulan Anastasya
10 Ambruk
11 Menikahlah Dengan Suamiku
12 Menolak
13 Rasa Yang Sulit Dimengerti
14 Tempat Pelarian
15 Isi Hati Anastasya
16 Kejadian Tak Terduga
17 Bayangan Wajah Menyedihkan
18 Makan Malam
19 Persiapan Pernikahan
20 Sah
21 Malam Pertama
22 Tragedi Kamar Mandi
23 Fasilitas Sama
24 Foto Kenangan
25 Abigail Surya Atmadja
26 Jangan Tatap Aku
27 Menagih Janji
28 Berlibur
29 Berlibur Part- 2
30 Kembali Ketoko
31 Ponsel
32 Dekapan Hangat
33 Telur Gosong
34 Kedatangan Ibu
35 Pemikiran Buruk
36 Pertemuan Dengan Ibu Mertua
37 Ibu
38 Mertua Dan Menantu
39 Mertua Dan Menantu Part 2
40 Tentang Rasa
41 Kisah Masa Lalu
42 Kisah Masa Lalu Part-2
43 Aku Mencintaimu
44 Penuh Cinta
45 Panggilan Sayang
46 Nasi Sudah Menjadi Bubur
47 Jangan Ada Penghalang
48 Meluapkan Amarah
49 Dia Hanya Mencintaimu
50 Masa Lalu Anastasya
51 Bahagiakah Hidup Denganku
52 Apakah Istriku Bahagia
53 Tempat Kenangan
54 Olahraga Malam Yang Gagal
55 Datang Bulan
56 Aku Menginginkan Buah Hati
57 Kantong Kejutan
58 Sebaiknya Aku Pergi
59 Bertemu Kembali
60 Penasaran
61 Rasa Nyaman
62 Menghindar
63 Penolakan Yang Menyakitkan.
64 Sejahat Itukah Diriku
65 Ingatan Dokter Bram
66 Perkiraan
67 Sahabat Karib
68 Percuma
69 Alasan Arka
70 Mencari Informasi
71 Tetaplah Menjadi Dirimu
72 Keputusan
73 Dilema
74 Berjanjilah Padaku
75 Hasil
76 Tolong Aku
77 Maafkan Aku
78 Kartu As
79 Keterkejutan
80 Kehidupan Pribadi Sang Pewaris
81 Menemukan
82 Sulit Menerima
83 Saksi Hidup
84 Naluri Seorang Ibu
85 Akhiri Semua
86 Menghilang
87 Karna Aku Mencintainya
88 Penyesalan
89 Jangan Pergi
90 Aku Harus Tau Diri
91 Tempat Tujuan
92 Pencarian
93 Pencarian Part 2
94 Titik Terang
95 Menemukan
96 Aku Dan Kamu, Adalah Kita
97 Oh Anastasya
98 Permintaan Sandy
99 Tetap Bertahan
100 Tidak! Terimakasih
101 Terlambat
102 Ingin Mempersatukan
103 Benci Tapi Rindu
104 Rencana
105 Rencana Part 2
106 Kau Di mana
107 Kau Di Mana Part 2
108 Shock Therapy
109 Faktor Genetik
110 Calon Ibu
111 Luka Yang Terpendam
112 Jelang Resepsi
113 Jelang Resepsi Part 2
114 Resepsi
115 Gagal Sebelum Bertarung
116 Mengulang Masa Lalu
117 Titik Balik
118 Obat Rasa Sakit
119 Kunci
120 Satu Hari Bersamamu
121 Satu Hari Bersamamu Part 2
122 Tuan Menyebalkan
123 Pria Pecundang
124 Rasa Cinta
125 Jangan pernah meragukanku
126 Disebut Ngidam?
127 Merah Muda
128 Terkejut
129 Berbelanja
130 Firasat
131 Ayah
132 Menghapus Masa Lalu
133 Bangunlah Ayah
134 Kau Mau Kemana?
135 Pria Misterius
136 Kehilangan
137 Tawa Berbalut Luka
138 Indah...
139 Jalan Takdir
140 Hingga Akhir Waktu
141 Prama Samudra
142 Hidup Sederhana, Asal Bahagia.
143 Keinginan
144 Janji
145 Mengenang Luka
146 Rasa Yang Berbeda
147 Berjuanglah
148 Kalah Sebelum Berperang
149 Mungkinkah Kau Dan Aku
150 Tak Mampu Menolak
151 Aku Sudah Tau Semua
152 Tak Terduga
153 Sulit Dipercaya
154 Sederhana Namun Romantis
155 Tidak Merasa Direpotkan
156 Mungkin Ini Gila
157 Jawaban
158 Terlupakan
159 Apakah Aku Jahat?
160 Ungkapan
161 Taman Kota
162 Pura-Pura Lupa __ Visual Arka
163 Tanda-Tanda __ Visual Zara
164 Dua Malaikat __ Visual Anastasya
165 Pemimpin Berhati Tulus __ Visual Kenan
166 Secepatnya __ Visual Samudra
167 Ketahuan __ Visual Kiara
168 Waspada
169 Berarti
170 Trauma?
171 Antara Duda Dan Janda
172 Terimakasih
173 Lamaran
174 Berharga
175 Benar-Benar Mencintaimu
176 Istimewa
177 Introgasi
178 Pernikahan
179 Berbahagialah
180 Beruntung
181 Masih Merasa Bersalah
182 Kebahagiaan Sam
183 Aku Takut
184 Manisnya Cinta
185 Pindah
186 Pindah Part- 2
187 Tanpa Jejak
188 Ending
189 Promosi Novel Baru
190 Promosi
191 Sekuel Terjerat Dua Cincin Sang CEO
192 My Boss Is My Ex Husband
193 My Boss Is My Ex Husband
Episodes

Updated 193 Episodes

1
Prolog
2
Malaikat Penolong
3
Perempuan Asing
4
Pertolongan Tak Terduga
5
Tempat Tinggal Baru
6
Kehidupan Dan Lingkungan Baru
7
Datar Dan Dingin
8
Semangkuk Sup
9
Kehidupan Pergaulan Anastasya
10
Ambruk
11
Menikahlah Dengan Suamiku
12
Menolak
13
Rasa Yang Sulit Dimengerti
14
Tempat Pelarian
15
Isi Hati Anastasya
16
Kejadian Tak Terduga
17
Bayangan Wajah Menyedihkan
18
Makan Malam
19
Persiapan Pernikahan
20
Sah
21
Malam Pertama
22
Tragedi Kamar Mandi
23
Fasilitas Sama
24
Foto Kenangan
25
Abigail Surya Atmadja
26
Jangan Tatap Aku
27
Menagih Janji
28
Berlibur
29
Berlibur Part- 2
30
Kembali Ketoko
31
Ponsel
32
Dekapan Hangat
33
Telur Gosong
34
Kedatangan Ibu
35
Pemikiran Buruk
36
Pertemuan Dengan Ibu Mertua
37
Ibu
38
Mertua Dan Menantu
39
Mertua Dan Menantu Part 2
40
Tentang Rasa
41
Kisah Masa Lalu
42
Kisah Masa Lalu Part-2
43
Aku Mencintaimu
44
Penuh Cinta
45
Panggilan Sayang
46
Nasi Sudah Menjadi Bubur
47
Jangan Ada Penghalang
48
Meluapkan Amarah
49
Dia Hanya Mencintaimu
50
Masa Lalu Anastasya
51
Bahagiakah Hidup Denganku
52
Apakah Istriku Bahagia
53
Tempat Kenangan
54
Olahraga Malam Yang Gagal
55
Datang Bulan
56
Aku Menginginkan Buah Hati
57
Kantong Kejutan
58
Sebaiknya Aku Pergi
59
Bertemu Kembali
60
Penasaran
61
Rasa Nyaman
62
Menghindar
63
Penolakan Yang Menyakitkan.
64
Sejahat Itukah Diriku
65
Ingatan Dokter Bram
66
Perkiraan
67
Sahabat Karib
68
Percuma
69
Alasan Arka
70
Mencari Informasi
71
Tetaplah Menjadi Dirimu
72
Keputusan
73
Dilema
74
Berjanjilah Padaku
75
Hasil
76
Tolong Aku
77
Maafkan Aku
78
Kartu As
79
Keterkejutan
80
Kehidupan Pribadi Sang Pewaris
81
Menemukan
82
Sulit Menerima
83
Saksi Hidup
84
Naluri Seorang Ibu
85
Akhiri Semua
86
Menghilang
87
Karna Aku Mencintainya
88
Penyesalan
89
Jangan Pergi
90
Aku Harus Tau Diri
91
Tempat Tujuan
92
Pencarian
93
Pencarian Part 2
94
Titik Terang
95
Menemukan
96
Aku Dan Kamu, Adalah Kita
97
Oh Anastasya
98
Permintaan Sandy
99
Tetap Bertahan
100
Tidak! Terimakasih
101
Terlambat
102
Ingin Mempersatukan
103
Benci Tapi Rindu
104
Rencana
105
Rencana Part 2
106
Kau Di mana
107
Kau Di Mana Part 2
108
Shock Therapy
109
Faktor Genetik
110
Calon Ibu
111
Luka Yang Terpendam
112
Jelang Resepsi
113
Jelang Resepsi Part 2
114
Resepsi
115
Gagal Sebelum Bertarung
116
Mengulang Masa Lalu
117
Titik Balik
118
Obat Rasa Sakit
119
Kunci
120
Satu Hari Bersamamu
121
Satu Hari Bersamamu Part 2
122
Tuan Menyebalkan
123
Pria Pecundang
124
Rasa Cinta
125
Jangan pernah meragukanku
126
Disebut Ngidam?
127
Merah Muda
128
Terkejut
129
Berbelanja
130
Firasat
131
Ayah
132
Menghapus Masa Lalu
133
Bangunlah Ayah
134
Kau Mau Kemana?
135
Pria Misterius
136
Kehilangan
137
Tawa Berbalut Luka
138
Indah...
139
Jalan Takdir
140
Hingga Akhir Waktu
141
Prama Samudra
142
Hidup Sederhana, Asal Bahagia.
143
Keinginan
144
Janji
145
Mengenang Luka
146
Rasa Yang Berbeda
147
Berjuanglah
148
Kalah Sebelum Berperang
149
Mungkinkah Kau Dan Aku
150
Tak Mampu Menolak
151
Aku Sudah Tau Semua
152
Tak Terduga
153
Sulit Dipercaya
154
Sederhana Namun Romantis
155
Tidak Merasa Direpotkan
156
Mungkin Ini Gila
157
Jawaban
158
Terlupakan
159
Apakah Aku Jahat?
160
Ungkapan
161
Taman Kota
162
Pura-Pura Lupa __ Visual Arka
163
Tanda-Tanda __ Visual Zara
164
Dua Malaikat __ Visual Anastasya
165
Pemimpin Berhati Tulus __ Visual Kenan
166
Secepatnya __ Visual Samudra
167
Ketahuan __ Visual Kiara
168
Waspada
169
Berarti
170
Trauma?
171
Antara Duda Dan Janda
172
Terimakasih
173
Lamaran
174
Berharga
175
Benar-Benar Mencintaimu
176
Istimewa
177
Introgasi
178
Pernikahan
179
Berbahagialah
180
Beruntung
181
Masih Merasa Bersalah
182
Kebahagiaan Sam
183
Aku Takut
184
Manisnya Cinta
185
Pindah
186
Pindah Part- 2
187
Tanpa Jejak
188
Ending
189
Promosi Novel Baru
190
Promosi
191
Sekuel Terjerat Dua Cincin Sang CEO
192
My Boss Is My Ex Husband
193
My Boss Is My Ex Husband

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!