Suasana disekolah kali ini tidak terdengar heboh lagi. Kasus itu benar-benar ditutup dari khalayak ramai atas permintaan Alis dan juga Januar. Bahkan kepala sekolah pun sudah mengetahui jati diri sang pemilik sekolah namun masih menjadi rahasia bagi mereka.
Pelakunya pun juga sudah diketahui oleh pihak sekolah. Jessica sudah mendapatkan hukumannya yaitu diskors selama satu minggu.
Pak Hendri juga sudah menyambangi kantor Januar untuk meminta ma'af secara langsung pada Alis. Dan Alis menerima permintaan ma'af tersebut dengan tangan terbuka, walaupun ia sempat menjadi bahan gunjingan dan ejekan siswa-siswi disekolahnya.
Alis sekarang sedang berada ditaman belakang sekolah bersama bekal yang dibawanya dan juga sebuah buku untuk dibacanya. Ia tampak menikmati kesendiriannya.
Tiba-tiba bangku disebelahnya, tepatnya bangku disamping kanannya sudah diisi oleh seseorang. Alis menatap kearah samping, ia mendapati Al yang menatap kearahnya dengan tersenyum manis, dan hanya dibalas Alis dengan anggukan.
Alis menatap bekalnya cukup lama sehingga menimbulkan kernyitan samar didahi Al. Ia kembali tersenyum melihat tingkah Alis tersebut.
"Kenapa hanya dipandang? Malu ada aku disini, sehingga bekalnya tidak dimakan?" tanya Angga.
Alis menatap kearah Angga, ia hanya diam saja, kemudian dia membuka bekalnya dan menawarkannya pada Al.
Al menatap kearah Alis dengan sumringah. Ia tampak tergiur dengan bekal yang dibawa oleh Alis, apalagi bekal itu kelihatan sangat lezat. Al menunjuk pada dirinya sendiri dan mendapat anggukan dari Alis.
Dahi Al tampak berkerut dalam, ia tampak sangat familiar dengan citarasa masakan ini. Apa mungkin? tidak-tidak! Pasti tidak mungkin gumam Al dalam hati. Al kembali menatap Alis yang tampak menatap bukunya tersebut.
"Kamu tidak makan?" tanya Al.
Alis menoleh kearah Al, ia hanya menganggukan kepalanya. "Aku membawa 2 bekal. Ambilah untukmu kalau kamu suka." Jawab Alis sambil menatap Al.
"Em...ini makanan, apa kamu masak sendiri atau kamu membelinya?" tanya Al kembali.
"Aku masak sendiri." Jawab Alis ysng tidak mengalihkan pandangannya pada Al, tetap fokus dengan buku ditangannya.
"Masakan kamu enak!" Kata Al dengan tersenyum manis.
Alis tersenyum kaku kearah Al dan mengucapkan terima kasih.
Al kembali melahap masakan Alis tersebut hingga tandas tidak bersisa. Ia baru tahu kalau masakan gadis aneh tersebut sangatlah enak. Lain kali dia akan mencoba lagi.
Al kembali memperhatikan Alis setelah pikiran anehnya melintas dibenaknya. Ia tampak terkekeh sendiri dan mendongakkan wajahnya keatas sambil memejamkan matanya.
Hening.
Keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing hingga tidak menyadari ada seseorang yang menatap mereka dari kejauhan.
💦💦💦
"Alis?" tanya Alex tampak ragu melihat punggung seorang wanita yang berada ditaman belakang sekolah bersama seorang laki-laki yang sangat terkenal disekolah ini.
"Sejak kapan?" tanya Alex sambil menatap kearah Liza yang bersama Alex.
Liza menatap kearah Alex dan mengedikkan bahunya. Ia benar-benar tidak tahu sama sekali tentang semua ini, bahkan ia tidak pernah melihat Alis seperti ini sebelumnya.
"Mungkin hanya kebetulan." Jawab Liza sambil menarik tangan Alex untuk menjauhi area taman tersebut.
Tadinya mereka bermaksud untuk mendatangi Alis untuk menemaninya setelah dari kantin. Namun yang mereka dapati malah sesuatu hal yang baru, yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
"Maksud kamu apa?" tanya Alex yang tidak paham dengan kata-kat Liza barusan.
"Mungkin kebetulan duduknya berdampingan Alex. Apa kamu tidak melihat pada Alis yang sibuk dengan buku bacaannya?" tanya Liza menatap kemanik mata Alex.
Alex menarik napas gusar. "Iya, aku tahu kalau Alis itu membaca. Tapi walaupun membaca, ia masih bisa mendengar dengan fokus lawan bicaranya." Jawab Alex dengan pandangan sengit.
"Lalu?" tanya Liza dengan sikap bodohnya.
"Maksud aku disini itu, yah si Al, Za. Bukan Alisnya. Apa coba kalau bukan ada maksud tertentu." Kata Alex dengan tampang menyelidik.
"Tau," jawab Liza sambil mengedikkan bahunya.
💦💦💦
"Yan, bagaimana perkembangan hubungan kamu dan Alis akhir-akhir ini?" Tanya Januar sambil menatap Riyan yang sibuk menatap keluar jendela dikantornya.
Kali ini Januar yang pergi kekantornya Riyan karena ada keperluan tentang pekerjaan.
" Ya...begitu saja." Jawab Riyan masih dengan menatap keluar gedungnya.
"Maksud kamu apa?" Tanya Januar.
"Tidak ada kemajuan." Jawab Riyan sambil menatap Januar dengan pandangan dalam.
Riyan kembali mengingat pertemuan keduanya kemarin dengan Alis. Ia yang menyambangi kediaman Alis kemarin, namun bukan respon yang diharapkan Riyan yang akan terjadi. Alis tampak terkejut melihat kedatanga Riyan dan ia tampak sangat kaku walaupun tidak terlalu canggung. Namun itu sudah cukup menjadi penilaian Riyan tentang respon Alis yang sesungguhnya. Alis benar-benar berubah sekarang. Sosok yang sangat jauh dan tidak dikenalinya. Bahkan sikapnya pada Riyanpun sama seperti sikapnya pada orang lain. Hati Riyan berdenyut sakit memikirkan itu semua.
Riyan menghela napasnya beberapa kali sambil memijit batang hidungnya. Sementara Januar hanya memperhatikan perubahan muka Riyan.
"Alis memang seperti itu, apalagi sejak ditinggalkan oleh almarhumah neneknya. Ia menjadi semakin tertutup dan kaku, bahkan berbicara sekata pun ia hampir tidak pernah. Ia hanya diam saja.
"Denganku yang bahkan hampir melihatnya setiap hari pun, ia juga sangat kaku. Bahkan sering terkejut dengan sentuhanku." Jawab Januar kembali menggali beberapa memorinya yang lalu.
"Semua salahku, andai waktu itu aku tidak pergi untuk kuliah keluar negeri, semua tidak akan terjadi seperti ini." Jawab Riyan dengan penuh sesal.
"Sudah lah Yan, semua tidak seperti itu. Itu tidak benar Yan." Kata Januar menatap sedih pada sahabatnya yang tampak merasa bersalah tersebut.
"Nanti sore kita kerumah Alis, bagaimana?" tanya Januar sambil menatap kearah Riyan.
Riyan menganggukan kepalanya dan tersenyum tipis.
Tok-tok
"Masuk!" Riyan menginterupsi seseorang yang mengetok pintu tersebut.
Tampak seorang perempuan yang berumur 30 tahun memasuki ruangan Riyan. Dia tampak mengangguk hormat.
"Ma'af pak, 10 menit lagi akan ada meeting." Kata sekretarisnya mengingatkan.
Riyan hanya menganggukan kepalanya.
"Aku mau pulang dulu Yan, kekantor. Jangan lupa nanti sore, jemput aku ya." Kata Januar .
Riyan menganggukan kepalanya dan menatap kepergian sahabatnya bersama dengan dirinya yang keluar ruangannya untuk mengadakan meeting bersama krunya.
💦💦💦
"Al kemana ya?" Tanya Irfan menatap yang lainnya saat berada dikelasnya. Ia merasa heran dengan keberadaan Al yang tidak biasanya tidak memberi kabar dahulu kepada mereka.
"Mungkin perpustakaan." Kata Andra menjawab pertanyaan Irfan tersebut.
Andra tampak menyikut Irfan beberapa kali. Irfan menatap kearah Andra dengan mimik bertanya.
"Ituh." Tunjuk Andra pada Aldo yang tampak melamun dimejanya. Tidak biasanya Aldo akan bersikap seperti ini. Biasanya ia akan tetap diam namun tetap fokus. Ia adalah sosok yang bijaksana menurut mereka.
"Do, kamu kenapa?" tanya Irfan dan Andra yang sudah berada disampingnya.
Aldo menatap kearah mereka dan menelungkupkan wajahnya dimeja. "Mengantuk!" Jawab Aldo.
Andra dan Irfan saling menatap, mereka tahu kalau itu bukanlah alasan Aldo yang sebenarnya. Mungkin dia belum siap untuk mengutarakan masalahnya dengan mereka.
Tiba-tiba Al muncul dengan disoraki oleh beberapa siswi yang mengagumi wajah tampannya. Ia menduduki bangkunya dengan tersenyum sumringah, berbanding terbalik dengan keadaan Aldo disampingnya.
Irfan dan Andra tampak heran dengan mimik wajah Al yang tidak biasanya, ia seperti mendapat rezeki nomplok.
"Al, kamu kenapa?" Tanya Irfan heran, ia meraba dahi Al kemudian membandingkan dengan dahinya sendiri. "Tidak panas." Gumamnya kemudian.
"Tidak kenapa-kenapa. Biasa saja." Jawab Al sambil menatap kearah Andra dan Irfan.
"Kok senang gitu, habis dari mana?" Tanya Irfan lagi yang tampak tidak puas dengan jawaban Al barusan.
"Dari taman belakang sekolah." Jawab Al.
"Pasti kesambet setan penjaga pohon disana." Sahut Andra sambil bergidik ngeri. Ia berlalu kearah bangkunya setelah terdengar bunyi bel pertanda masuk kelas. Begitu juga dengan siswa-siswi lainnya yang berhamburan masuk kedalam kelas.
💦💦💦
"Lis, kamu tadi keman sih?" tanya Liza.
Alis menghentikan langkahnya dan ia menatap heran kearah sahabatnya.
"Istirahat tadi." Jawab Liza yang mengerti arah kebingungan Alis.
"Taman." Jawab Alis sambil meneruskan langkahnya.
"Sama siapa?" Tanya Liza kemudian.
Alis berkerut dalam mendengar pertanyaan Liza tersebut. Ia tidak paham arah tujuan pembicaraan ini. Alis hanya mengedikkan bahunya saja. Ia kembali fokus dengan langkahnya.
Alis mengarahkan langkahnya menuju kearah halte bersama beberapa orang yang lainnya.
Tin-tin
Alis menyingkir kepinggir jalan untuk menghindari mobil yang akan lewat dibelakangnya. Namun mobil itu masih berbunyi, Alis menatap heran kearah penggunanya. Ia juga menatap langkahnya yang sudah berada ditepi jalan.
"Alis, naik apa?" Tanya laki-laki yang berada didalam mobil tersebut.
Alis menatap heran kearah laki-laki tersebut. Ia begitu familiar, tapi namanya lupa.
"Bus," jawab Alis sambil menatap Angga.
Angga bergegas menghampiri Alis. "Ikut aku, ada sesuatu yang ingin kubicarakan." Kata Angga sambil menarik tangan Alis.
Alis tampak sangat kaku. Ia melepaskan tangan Angga dari tangannya. Namun ia tetap masuk kedalam mobil Angga. Ia baru mengingat bahwa Angga adalah anak dari pemilik perusahaan yang bekerjasama dengan perusahaan miliknya.
Tampak dari jauh Al menatap kearah mereka. Begitu juga dengan sahabatnya yang lain. Al menatap mobil yang ditumpangi oleh Alis hingga menghilang. Benaknya terus bertanya-tanya. 'Ada hubungan apa antara mereka berdua? Kenapa Alis tidak menolak ajakan Angga?
Al menggelengkan kepalanya beberapa kali, namun ia bergegas menaiki motornya dan menancapkan pedal gasnya.
💦💦💦
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Wildan Hadinata
Januar 😘😍
2020-06-12
0