Pagi-pagi sekali Alis sudah bangun tidur. Selesai memasak, ia menyiram bunga-bunga di halaman rumahnya. Ia terbiasa melakukan semuanya karena memang ia hidup sendiri dan ia tidak memerlukan pembantu. Baginya, pekerjaan harian dirumah tidak perlu meminta seorang pembantu karena ia merasa mampu untuk melakukannya sendiri. Apalagi rumahnya yang terbilang sederhana. Selesai menyiram bunga, Alis akan mandi kemudian melakukan sarapan. Hidup yang simple menurutnya.
Hari ini Alis berangkat dengan naik sepedanya. Ia menjalankan sepedanya dengan hati-hati. Suasana pagi yang masih belum berpolusi membuatnya mengayuh sepedanya dengan santai. Alis tidak menyadari kalau ia sedang diawasi.
Tin-tin.
Mobil ferrari mewah berwarna hitam terus-menerus mengklakson Alis yang sudah berada didepan gerbang sekolah. Ia yang mendengarnya bunyi memekakkan telinga tersebut, segera menyingkir kepinggir jalan tanpa menoleh kearah mobil tersebut, sang pengemudi mobil tampak menaikkan gasnya sehingga mobil itu berlalu dengan kencang dihadapan Alis.
Sesampainya diparkiran, Alis memarkirkan sepedanya dipojokan parkiran. Di parkiran tersebut hanya berjejer mobil-mobil mewah dan motor sport. Hanya Alis yang menggunakan sepeda, terlihat sangat kontras, ibarat putih dan hitam tapi Alis tetap tidak perduli. Mereka juga tidak mengenal dirinya. Bahkan selama ia bersekolah disini, ia hanya punya seorang sahabat dan tidak punya teman dekat kecuali teman sekelas yang tidak pernah menegurnya juga bahkan mereka terkadang suka mencibirnya.
"Hei ! Kamu! Jauhkan sepedamu dari mobilku, nanti mobilku lecet!" teriak seorang perempuan sambil menatap kearah Alis yang sedang mengambil bukunya dari dalam tas punggungnya, ia berkacak pinggang dan tampak melotot.
"Dasar ya, kamu! yang sekolah dengan jalur beasiswa!" Gadis itu kembali berteriak geram dengan mengacungkan telunjuknya kearah Alis. Sikapnya berubah seolah merasa jijik dengan keberadaan Alis didekatnya.
"Hei! cepat jauhkan sepedamu!" Gadis itu menghardik dan kembali berteriak pada Alis sambil menutup hidungnya dan mengibaskan tangannya didepan wajahnya.
Semua orang yang ada di parkiran tersebut menoleh ke arah Alis dan gadis asing tersebut. Mereka tampak bingung dengan keberadaan gadis yang baru mereka lihat itu, gadis itu juga memakai seragam yang sama dengan mereka.
Alis hanya mengernyit mendengar hardikan tersebut, ia bahkan tidak pernah terpengaruh sama sekali dengan semua itu. Ia menatap kearah sepedanya yang berada sangat jauh dari keberadaan mobil-mobil mewah tersebut bahkan letaknya pun sudah di pojokan. Dimana lagi salahnya. Ia merasa heran namun ia tetap tidak perduli.
Alis menatap pada perempuan itu, yang melotot kearahnya dengan muka merah padam menahan marah. Perempuan itu merasa telah dihina oleh seorang siswa miskin, kampungan dan tidak pantas bersekolah di sekolah yang elit ini. Gadis itu juga menatap ke arah seluruh penghuni parkiran yang juga menatap kearahnya dengan keheranan.
"Sepertinya dia murid baru deh disini, soalnya aku baru pertama kali melihatnya." Beberapa siswi yang berada didekat Alis tampak berbisik-bisik sambil memperhatikan gadis tersebut.
Alis sama sekali tidak perduli bahkan ia tidak ambil pusing dengan siswa baru tersebut. Ia berjalan melewati gadis tersebut tanpa menghiraukannya, bahkan ia menatap kearah buku yang ada ditangannya.
Sedangkan gadis baru tersebut sangat kesal saat melihat sikap Alis yang acuh dan tidak takut sama sekali padanya, walaupun ia sudah mengeluarkan jurus auman harimau. Padahal di sekolah lamanya, semua orang begitu takut padanya bahkan mereka selalu tunduk pada perintahnya. Gadis itu mengepalkan kedua belah tangannya dan menggertakkan rahangnya, ia benar-benar merasa telah direndahkan oleh seorang siswa miskin.
"Apa!!! Lihat-lihat!!! Pergi!!!" Hardik gadis itu berteriak dengan mata melotot kearah seluruh siswa-siswi yang berada di parkiran tersebut, yang masih menatap kearahnya. Mereka semua membubarkan diri dan berlalu dari sana dengan masih keheranan.
"Awas kamu ya, perempuan jalur beasiswa! Kamu tidak akan pernah tenang selama aku berada disini!" Gadis itu bergumam sambil memperhatikan Alis yang berjalan menjauhi parkiran.
"Ck...ck..., wow ada siswa baru tuh yang gayanya luar biasa bahkan gaya dan penampilannya selangit." Irfan yang berada di parkiran berdecak melihat tingkah gadis tersebut.
"Sepertinya si Malaikat Penjaga Neraka punya mangsa baru untuk di seretnya kedalam neraka," Andra tertawa dengan kata-kata absurdnya.
"Mulai sekarang, dia tidak akan tenang lagi dong," Irfan kembali menimpali.
Aldo hanya menggelengkan kepalanya mendengar pembicaraan kedua sahabatnya tersebut.
"Sayangnya si Al tidak ada disini. Coba kalau ada Al disini, pasti dia akan menolong si Alis. Balas jasa. Alis kan pahlawannya Al," Andra bergumam semakin absurd.
Aldo yang tidak tahan dengan pembicaraan menyeleneh mereka, berinisiatif untuk mengajak mereka ke kelas.
"Kelas yuk! Dari pada berisik disini." Aldo menepuk pundak Irfan dan Andra. Mereka berjalan beriringan.
"Sore nanti ke tempat Al yuk, dia pulangkan hari ini?" Aldo melihat ke arah Andra dan Irfan secara bergantian untuk meminta persetujuan.
"Oke!" Andra dan Irfan serempak menjawab.
💦💦💦
Rumor tentang anak baru yang cantik tapi super judes menyebar keseluruh penjuru sekolah dengan sangat cepat. Begitu juga dengan kelas 12 Ipa2, kelas yang di tempati oleh Alis. Mereka begitu heboh membicarakannya bahkan banyak dari mereka terlihat sangat penasaran dengan sosok baru tersebut.
Berbeda dengan Alis, ia merasa sangat bosan dengan suasana kelas karena gaduhnya suara siswa-siswi yang memenuhi ruang kelas tersebut. Apalagi saat ini kelas sedang kosong karena beberapa guru sedang mengadakan rapat. Alis menggeser bangkunya dan berdiri.
"Lis, mau kemana?" Liza bertanya sambil memperhatikan pergerakan Alis.
" Perpustakaan," sahut Alis. Ia terus melangkah menuju keluar kelas tanpa menatap lagi kearah yang lainnya.
"Ikut!" Liza berlari mengikuti Alis dan mereka berjalan beriringan di lorong sekolah yang sepi, menuju kearah perpustakaan.
"Lis, apa benar gosip tadi, mengenai perempuan yang membentakmu di parkiran tadi?" tanya Liza. Ia menatap dalam sahabatnya.
Alis berhenti melangkah dan ia menatap kearah Liza dengan mengerutkan dahinya. Liza juga menghentikan langkahnya masih menunggu jawaban Alis.
"Siswa baru maksudku, namanya Jessica," Liza memperjelas, ia tersenyum saat menatap kearah Alis.
"Oh...," Alis hanya membulatkan mulutnya kemudian mengingat-ingat kejadian pagi tadi , ia tampak menganggukkan kepalanya.
"Ya, cuma gara-gara sepedaku berada di dekatnya mobilnya," jawab Alis sambil menatap kearah lapangan yang tampak sepi.
" Lain kali kamu harus hati-hati Lis, kalau ada apa-apa, bilang sama aku ya. Aku akan selalu ada untukmu kok." Liza tersenyum melihat kedalam bola mata Alis yang tampak berwarna gelap.
Alis tersenyum kaku menanggapi ucapan gadis yang berada didekatnya tersebut. Ia menerawang pada masa lalunya yang pahit, tentang penghianatan seorang sahabat. Sahabat yang ucapannya persis sama dengan ucapan yang dilontarkan oleh Liza barusan. Ia tersenyum getir dan menggenggam kedua belah tangannya. Sambil melirik kearah Liza ia meneruskan langkahnya yang di ikuti oleh Liza yang mensejajarinya menuju kearah perpustakaan.
💦💦💦
Angga tampak tidak tenang saat berada di kelasnya. Ia mendengar romur itu, tentang Jessica yang membully Alis. Apalagi keberadaan Jessica di sekolah ini adalah siswa baru. Ia hanya merasa khawatir saja dengan reputasi Jessica. Karena ia memilih lawan yang salah. Semua orang disekolah ini, termasuk dirinya tidak pernah mengetahui tentang identitas Alis yang sebenarnya. Alis bagi mereka adalah sebuah tanda tanya yang besar. Sisi Alis yang pendiam dan sangat tertutup bahkan tidak ada seorang sanak keluarganya pun yang hadir kesekolah saat penerimaan raport, membuat mereka diliputi berbagai pertanyaan dan rasa penasaran. Bahkan Alis masuk sekolah ini dengan jalur apa, mereka tidak tahu. Namun yang mereka tahu, Alis adalah orang yang sangat cerdas bahkan jenius.
"Angga, sst...sst...," Nando berbisik berusaha memanggil Angga yang terlihat sedang melamun. Namun Angga tidak mendengarnya, ia tetap bertahan dengan lamunannya, hingga.
"Angga! kamu tidak mendengar apa yang saya katakan!!" pak Pur sudah berdiri tepat di samping Angga. Pak Pur adalah guru terkiller di sekolah mereka yang mengajar di bidang akuntansi.
Angga terkesiap kaget, dia menoleh kearah samping kanannya, pak Pur berdiri dengan mata melotot sambil menatap kearah Angga. Ia memukul-mukulkan mistar kayu yang ada ditangan kanannya ketangan kirinya.
Angga menatap horor dan beberapa kali meneguk salivanya dengan kasar, ia melirik kearah Nando yang berada di samping kirinya. Nando tampak bungkam sambil menggeleng samar kearahnya.
"Keluar! keliling lapangan sepuluh kali!" teriak pak Pur sambil mengarahkan jari telunjuknya kearah pintu keluar.
Bergegas Angga berdiri dan berjalan keluar kelas. Ia menuju kearah lapangan untuk melaksanakan hukuman tersebut. Ia benar-benar menyesal karena sudah melamun dijam pelajaran akuntansi.
Selama menjalani hukumannya, Angga tetap memikirkan Jessica dan juga Alis. Hingga pada putaran terakhirnya bel tanda istirahat berbunyi. Badannya basah kuyup oleh keringat dan didukung oleh cuaca yang sangat panas. Ia berhenti dan menyeka keringat yang ada dikeningnya. Angga melepaskan bajunya dan terpampanglah tubuh atletisnya. Banyak para siswi yang berteriak heboh dan menjadikan dirinya sebagai bahan tontonan saat jam istirahat.
"Angga, ini!" Nando melempar sebotol air mineral pada Angga. Angga menyambutnya dan langsung meminumnya hingga tak bersisa. Teriakan para siswi kembali heboh saat melihat jakun Angga yang naik turun saat ia minum disertai dengan tetesan keringat yang membanjiri lehernya, namun Angga tidak memperdulikannya.
"Gila! pak Pur serem bangat!" ucap Angga sambil melemparkan botol minumnya yang sudah kosong pada Nando. Ia berjalan kebawah pohon durian yang berada tidak jauh dari lapangan. Nando yang mengikuti langkah Angga tampak terkekeh dibuatnya.
"Salah sendiri, sudah tahu horor justru kamu bawa melamun," kata Nando sambil mendudukkan dirinya pada bangku yang terdapat dibawah pohon durian tersebut.
Angga mengarahkan pandangannya ke kelas Alis. Ia berusaha mencari-cari keberadaan gadis tersebut.
"Kamu kenapa?" tanya Nando sambil memperhatikan arah pandang Angga.
Angga menatap kearah Nando sambil mengedikkan bahunya. "Kantin yuk!" ajak Angga sambil menepuk bahu Nando dan menyeretnya. Mereka berjalan kearah kantin.
💦💦💦
Alis dan Liza berjalan kearah kelas mereka dengan menenteng buku di tangan masing-masing. Bel berbunyi beberapa menit yang lalu.
"Lis, kantin yuk!" ajak Liza sambil menatap kearah Alis yang sudah duduk di bangkunya saat mereka sudah berada didalam kelas mereka.
"Aku bawa bekal," jawab Alis. Ia membuka tas bekalnya dan mengeluarkan dua buah kotak makan dengan bentuk kecebong. Alis menyerahkan satu kotak bekalnya pada Liza. Liza menerima bekal tersebut dengan senyum yang merekah dibibirnya, ia begitu senang dapat makanan gratis. Ia sangat menyukai masakan Alis, apapun yang dimasak oleh Alis, rasanya pasti sangat lezat.
Mereka memakan bekal tersebut dengan tenang hingga beberapa siswa tampak memasuki kelas dengan suara yang tampak heboh.
Liza memperhatikan teman sekelasnya yang sedang membicarakan tentang siswi baru tersebut, ia tampak geram mendengarnya karena Jessica kembali membuat onar dan membully seorang siswi kelas lain dikantin.
"Lagi?" tanya Liza. Ia menatap pada Dewi dengan pandangan bertanya.
"Iya Liza, ia membully si Karin siswi sebelah yang pendiam itu," kata Dewi sambil melirik kearah Alis. Ia merasa prihatin dengan Alis yang bakalan menjadi sasaran bullyingnya si Jessica.
Liza melirik kearah Alis saat Karin menatap kearah Alis, ia hanya diam saja dengan makanan dihadapannya.
💦💦💦
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Uswatun Hasanah Al-Hadi
masih penasaran dg alur ceritanya..
2020-06-21
3
Wildan Hadinata
sok berkuasa yang baru datang
2020-06-12
3