17. Pertemuan Kakak Dan Adik

Riyan sedang berada diruangan Januar, tepatnya diperusahaan milik Alis. Ia dan Januar saling bersahabat sejak SMP hingga sekarang. Bahkan kuliah pun mengambil jurusan dan universitas yang sama.

"Yan, adikmu itu sangat kaku bahkan tersenyum pun dia sangat sulit. Sepertinya jiwanya sangat tertekan karena masa lalunya." Kata Januar sambil menatap kearah Riyan yang tampak fokus dengan handphonenya.

"Iya, bahkan aku sudah beberapa kali mengikutinya, ia sangat tertutup dan sulit bergaul. Bahkan membosankan." Riyan menghela napas sambil menyandarkan tubuhnya kesofa.

"Kamu tidak ingin muncul dihadapannya? Siapa tahu dia akan berubah Yan, kembali seperti dulu lagi."

"Aku takut Janu, kalau dia melihatku maka dia akan membenciku karena aku tidak dapat menolongnya waktu itu, bahkan aku tidak bersamanya ketika itu."

"Yan, Alis tidak seperti itu. Dia sudah dewasa Yan, bahkan lebih dewasa daripada umurnya."

"Kita tidak tahu Janu, respon seseorang apabila bertemu dan melihat sesuatu yang langsung terhubung dengan masa lalunya." Kata Riyan sambil menengadahkan kepalanya.

"Sore ini Alis kekantor. Aku suruh untuk belajar memimpin perusahaan." Kata Januar sambil menatap kearah Riyan.

Riyan kembali menghela napasnya dan ia hanya menganggukan kepala.

Dering handphone Riyan menginterupsinya. Ia melihat pemanggilnya. Ternyata dari orang suruhannya yang memantau Alis. Dahi Riyan berkerut dalam dan tampak gelisah. Semoga saja Alis tidak kenapa- napa.

Januar memperhatikan kegelisahan Riyan, dia tampak penasaran,kabar apakah yang membuat Riyan bersikap seperti orang kebakaran jenggot.

"Halo. Apa!!!?" Riyan tampak sangat terkejut dan wajahnya memucat setelah mendengar informasi yang disampaikan oleh suruhannya.

"Kami akan segera kesana," jawab Riyan kemudian dan dia mematikan handphonenya.

"Apa!? Ada kabar apa!? tanya Januar sambil menatap Riyan yang tampak tegang dan terlihat gemetar. Januar merasa was-was, ia tahu bahwa kali ini bukanlah kabar yang baik.

"Gawat, Alis mencoba untuk bunuh diri disekolah," jawab Riyan.

Apa!? Ke kenapa bisa? tanya Januar dengan menggebrak meja dan sedikit terbata karena sangking terkejutnya.

Bergegas Riyan mengambil kunci mobilnya dan berjalan keluar ruanganan Januar dengan diiringi oleh Januar. Mereka tampak setengah berlari untuk mencapai mobil diparkiran.

Selama dalam perjalanan, tidak ada yang membuka suara. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing. Riyan terlihat sangat gelisah bahkan keringatnya mulai bermunculan dipelipisnya. Ia menyopir mobilnya melebihi kecepatan maksimum, beruntung jalanan terlihat sepi.

Hanya memakan waktu 15 menit perjalanan yang mereka tempuh, yang seharusnya 25 menit.

Tiiiiinnnnnn-tiiiiinnnnnn

Riyan mengklakson gerbang sekolah dengan tidak sabaran. Terlihat satpam yang berlari menghampiri mobil tersebut. Dia sangat mengenali Januar, bergegas mang Ujang membukakan pintu gerbang sekolah.

Riyan dan Januar tampak menjadi pusat perhatian dari seluruh siswa-siswi yang sedang berada diluar kelas. Kelas mereka sedang kosong karena semua guru tampak sibuk diruang rapat. Teriakan para siswi pun membahana menyambut kedatangan Riyan dan Januar yang merupakan pengusaha muda dan juga tampan.

Mereka berjalan tergesa-gesa kearah kantor. Pikiran Riyan pun sedang bercabang, antara takut dan juga rindu. Ia takut terjadi apa-apa dengan Alis, bahkan ia sudah tidak perduli bagaimana respon Alis saat melihatnya nanti. Walaupun ia menolaknya, namun tekad Riyan untuk menjaga dan melindungi adiknya tetap kuat.

Tok-tok

Januar mengetuk pintu kantor kepala sekolah. Setelah beberapa detik, terdengar derit pintu yang dibuka. Kepala sekolah tampak sangat terkejut dengan kedatangan mereka. Bahkan kepala sekolah merasa bahwa ini bukanlah waktu yang tepat untuk kunjungan mereka, terlebih lagi ada kasus yang sedang berjalan disekolah. Ia menatap Januar dan Riyan bergantian dan mempersilahkan mereka masuk. Namun ia tidak heran dengan kedatangan mereka disaat-saat seperti ini, karena Januar mempunyai koneksi yang luas sehingga selalu mendapat kabar terbaru.

Januar dan Riyan menatap kearah gadis yang sedang duduk didepan meja kepala sekolah yang membelakangi mereka. Mereka merasa begitu familiar.

"Alis..." Riyan yang berada disamping Januar bergumam lirih.

Alis tampak menegang mendengar suara yang tidak asing lagi ditelinganya. Apakah ia bermimpi? Namun Alis tetap tidak bergeming dengan posisinya.

"Alis!" terdengar suara Januar kembali memanggil Alis.

Alis tampak bernapas lega, ternyata suara tadi yang didengarnya hanyalah ilusinya saja. Dia menolehkan kepalanya kebelakang dan sangat terkejut dengan keberadaan Riyan yang berdiri disamping Januar. Ternyata pendengarannya tidak salah dan juga ini nyata.

Alis menatap dalam kearah Riyan dengan pandangan yang penuh luka namun tidak terdapat airmata disana. Ia tetap bertahan dengan posisinya. Hatinya begitu merindukan kakaknya yang bertahun-tahun tidak pernah dilihatnya setelah kepergiannya dari rumah.

Riyan menatap Alis dengan penuh kerinduan dan juga luka. Ia berlari dan menghambur memeluk Alis. Alis yang dipeluk oleh Riyan hanya diam saja, ia seperti patung. Ia bingung dengan situasi ini. Ia tidak membalas pelukan kerinduan kakaknya.

Pak Siswanto ikut terharu melihat mereka. Ia bahkan sempat menitikkan airmata. Begitupun dengan Januar, ia tersenyum haru melihat pertemuan ini.

"Ada apa dengan kedatangan Bapak kemari?" tanya pak Siswanto menatap Januar.

"Kami ingin membicarakan sesuatu dengan Anda." jawab Januar dengan tersenyum kearah pak Siswanto.

Mereka menduduki sofa ruang tamu yang tersedia diruangan kepala sekolah setelah dipersilahkan duduk. Alis ikut mendudukan dirinya disamping Riyan. Alis tetap diam, seolah-olah ia tidak dapat mencerna semua ini.

"Jadi, apa benar kabar yang beredar hari ini?" tanya Januar menatap kearah pak Siswanto.

Pak Siswanto menatap Alis dan menganggukan kepalanya. "Ini hanya salah paham saja, tentang siswi yang mencoba untuk bunuh diri," jawab pak Siswanto.

Riyan tampak bernapas dengan lega mendengar kabar itu dan dia membelai kepala Alis dengan sayang.

Semua itu tidak luput dari perhatian pak Siswanto. Ia tampak heran dengan pemuda yang bersama Januar ini. Inikah pemilik sekolah yang belum pernah diketahuinya selama ini? Sehingga ia bisa datang bersama Januar, yang merupakan perwakilan dari si pemilik sekolah ini.

Januar menganggukan kepalanya, ia sudah menduga bahwa kabar ini hanyalah isu karena ia begitu mengenal Alis. Kalaupun Alis putus asa, maka sejak dulu sudah ia lakukan aksi seperti ini.

"Bisa bapak jelaskan kronologisnya?" tanya Januar.

"Ini dimulai dari beredarnya kertas dan foto dipapan pengumuman sekolah, yang menyatakan bahwa Alisya adalah siswa yang bergaul bebas. Dan, kami baru saja membicarakannya dengan siswi kami Alisya. Dan konfirmasi yang kami terima, bahwa itu tidaklah benar. Berita itu bohong, hanya salah paham." Pak Siswanto menatap kearah Alis yang dibalas oleh Alis dengan anggukan.

"Dan yang kedua, tentang Alisya yang mencoba untuk bunuh diri. Sebenarnya itu hanya kesalahpahaman saja. Si Alisya hanya bermaksud untuk menenangkan pikirannya dengan berada di rooftop. Namun disalah artikan oleh seorang siswa yang melihatnya dari bawah, karena posisi Alisya yang berada tepat ditepian rooftop." Terang pak Siswanto panjang lebar sambil menatap Januar dan Riyan bergantian.

"Benar begitu Alis?" tanya Riyan menatap kearah Alisya.

Alis menatap kearah Riyan dan Januar kemudian dia mengangguk mantap.

"Lalu, bagaimana dengan sipelaku yang sudah mencoreng dan memfitnah nama baik Alisya? Apa sudah ditemukan?" tanya Riyan.

Pak Siswanto menarik napas dalam. "Belum dan sedang kami usahakan," jawabnya dengan penuh sesal.

"Sang pembuat onar harus ditemukan, bapak tahukan kalau sekolah kita itu sudah mendapat predikat sekolah terbaik, teladan dan teraman. Tapi sekarang kenapa bisa sampai ada kasus seperti ini?" tanya Januar. Ia tampak geram dengan semua ini.

"Kasus ini akan segera ditindak lanjuti dan kami akan mengkonfirmasinya pada bapak," jawab Siswanto.

"Ya, harus, agar kedepannya tidak ada lagi kasus-kasus seperti ini terulang. Dan Bapak tahukan hukuman apa yang pantas untuk sipelaku? Jadi, sekecil apapun tindak kejahatan disekolah ini, tetap harus ditindak lanjuti. Jangan sampai lengah, bahkan terkesan memihak. Bapak pahamkan?" tanya Januar.

Kepala sekolah menganggukan kepalanya.

"Satu lagi yang ingin kami sampaikan." kata Januar sambil menatap Alis. "Saat acara ulang tahun sekolah minggu depan, kami ingin memperkenalkan pemilik sekolah." Januar kembali menatap kearah Alis yang tampak menegang.

Pak Siswanto mengangguk dan tersenyum mendengar kabar itu. Ia begitu antusias menyambut kabar tersebut. Ia juga penasaran dengan sang pemilik sekolah yang berlindung dibalik tangan kanannya, si Januar. Ia menatap kearah Riyan, mungkinkah dia pemiliknya? tanda tanya besar memenuhi otak pak Siswanto.

Setelah percakapan panjang lebar tersebut, mereka berpamitan untuk pulang kekantor. Sedangkan Alis menuju kearah kelasnya. Alis berjalan dengan acuh dan tanpa senyum.

"Lis, bagaimana?" tanya Liza sambil menatap Alis yang mendudukan dirinya dibangkunya.

"Tidak kenapa-kenapa, semuanya baik-baik saja." Kata Alis menatap kearah Liza.

"Hanya begitu?" tanya Liza yang tampak kurang puas dengan jawaban Alis.

Alis menganggukan kepalanya.

Liza menarik napasnya melihat Alis yang tampak tenang dan seolah tidak terganggu dengan kabar buruk ini. "Lis, kamu tahukan maksudku?" tanya Liza menatap Alis.

Alis menganggukan kepalanya. "Minggu depan jawabannya Za. Sesuai dengan harapanmu, saat acara ulang tahun sekolah kita nanti," jawab Alis.

Liza tampak tersenyum manis. "Janji?" Liza mengarahkan jari kelingkingnya pada Alis.

"Janji" jawab Alis menyambut jari kelingking Liza. Mereka tampak tersenyum bersama. Liza dengan senyum lebarnya dan Alis dengan senyum tipisnya.

💦💦💦

Terpopuler

Comments

🐱🐈 Khairunnisa 🐈🐶

🐱🐈 Khairunnisa 🐈🐶

tidak sabarnya

2020-06-16

2

Wildan Hadinata

Wildan Hadinata

soomangats

2020-06-12

1

lihat semua
Episodes
1 Pendiam
2 Gadis Aneh
3 Ada Apa Dengannya
4 Syai Garden Cafe
5 Munculnya Sang Kakak
6 Jambret dan Sang Penolong
7 Rumah Sakit
8 Perempuan Misterius
9 Siswa Baru
10 Ancaman Atau Peringatan
11 Prasangka Buruk
12 Memikul Tanggung Jawab
13 Teman Baru
14 Bertemu Klien
15 Romur
16 16. Salah Paham
17 17. Pertemuan Kakak Dan Adik
18 18. Masalah Tetap Berlanjut
19 19. Panti Asuhan
20 20. Kebersamaan Sesaat
21 21. Permintaan Ma'af Seorang Angga
22 22. Layangan Kertas
23 23. Usaha Yang Belum Membuahkan Hasil
24 Kejutan Yang Menyakitkan
25 25. Luka Yang Tak Berdarah
26 Munculnya Seseorang Dari Masa Lalu
27 Tak Sekuat Yang Terlihat
28 Lepas Kontrol
29 Luka Dalam
30 Kembali Kerumah
31 Kecemburuan Seorang Al
32 Permintaan Ma'af Seorang Aldebran
33 Pertolongan untuk Arya
34 Isu Palsu Lagi
35 Kecewa
36 Langkah Awal
37 Nama Yang Berbeda
38 Hati Yang Ikhlas
39 Tidak Penting
40 Kedekatan Alis Dan Angga
41 Cemburu
42 Pemilik Bunga
43 Kebun Bunga
44 Surat Kaleng
45 Mode Diam
46 Ada Apa Dengan Aldo
47 Usaha Aldo
48 Pertemuan Alis dan Orang Tuanya
49 Perdebatan Kecil
50 Lagi...
51 Kamu Tidak Mengenalku
52 Langkah Selanjutnya
53 Makan Malam
54 Kembali Kerumah
55 Perasaan Hangat
56 Pembicaraan Empat Mata
57 Kerumah Al
58 Kencan Pertama?
59 Perasaan Yang Tersakiti
60 Diabaikan
61 Menghindar
62 Seperti Orang Asing
63 Pertemuan Dua Keluarga
64 Dari Hati Kehati
65 Keributan Diruang Kelas
66 Kebenaran
67 Permasalahan dan Keputusan
68 Pulang Bersama
69 Pantai
70 Perdebatan
71 Penolakan Al
72 Serangan
73 Kehilangan
74 Masih Berlanjut
75 Dimana Aku
76 Tanda Tanya
77 Jebakan
78 Kamar 707
79 Putri Tidur
80 Ingin Pulang
81 Ajakan Kekantor
82 Syok
83 Perut Kamu
84 Petunjuk
85 Mencari keberadaanmu
86 Dugaan Sementara
87 Bantuan Bersyarat
88 Kembali ke Indonesia
89 Pertemuan Tak Sengaja
90 Kebenaran
91 Melarikan Diri
92 Menolong Jessica
93 Kembali Bertemu Keluarga
94 Ingin Menikahinya
95 Pembicaraan Empat Mata
96 Berterus Terang
97 Seenaknya Sendiri
98 Mengawasi
99 Pilih Siapa?
100 Tidak Terkecoh
101 Terbongkar
102 Percaya Sepenuhnya
103 Marah
104 Aku Mencintainya
105 Di bawah Umur
106 Diam
107 Pesta
108 Senyap
109 Kejutan Dibalik Kejutan
110 Sakit Bersamaan
111 Kesepakatan Dengan Alifa
112 Egois
113 USG
114 Panik
115 Penghargaan
116 Aku Cinta Kamu
117 Ingin Terus Bersamamu
118 Kembalinya Rafael
119 Ajakan Bertemu
120 Perdebatan Kecil
121 Ketetapan Hati
122 Menikahlah Denganku
123 Mengukir Kenangan
124 Kelulusan
125 Pertunangan
Episodes

Updated 125 Episodes

1
Pendiam
2
Gadis Aneh
3
Ada Apa Dengannya
4
Syai Garden Cafe
5
Munculnya Sang Kakak
6
Jambret dan Sang Penolong
7
Rumah Sakit
8
Perempuan Misterius
9
Siswa Baru
10
Ancaman Atau Peringatan
11
Prasangka Buruk
12
Memikul Tanggung Jawab
13
Teman Baru
14
Bertemu Klien
15
Romur
16
16. Salah Paham
17
17. Pertemuan Kakak Dan Adik
18
18. Masalah Tetap Berlanjut
19
19. Panti Asuhan
20
20. Kebersamaan Sesaat
21
21. Permintaan Ma'af Seorang Angga
22
22. Layangan Kertas
23
23. Usaha Yang Belum Membuahkan Hasil
24
Kejutan Yang Menyakitkan
25
25. Luka Yang Tak Berdarah
26
Munculnya Seseorang Dari Masa Lalu
27
Tak Sekuat Yang Terlihat
28
Lepas Kontrol
29
Luka Dalam
30
Kembali Kerumah
31
Kecemburuan Seorang Al
32
Permintaan Ma'af Seorang Aldebran
33
Pertolongan untuk Arya
34
Isu Palsu Lagi
35
Kecewa
36
Langkah Awal
37
Nama Yang Berbeda
38
Hati Yang Ikhlas
39
Tidak Penting
40
Kedekatan Alis Dan Angga
41
Cemburu
42
Pemilik Bunga
43
Kebun Bunga
44
Surat Kaleng
45
Mode Diam
46
Ada Apa Dengan Aldo
47
Usaha Aldo
48
Pertemuan Alis dan Orang Tuanya
49
Perdebatan Kecil
50
Lagi...
51
Kamu Tidak Mengenalku
52
Langkah Selanjutnya
53
Makan Malam
54
Kembali Kerumah
55
Perasaan Hangat
56
Pembicaraan Empat Mata
57
Kerumah Al
58
Kencan Pertama?
59
Perasaan Yang Tersakiti
60
Diabaikan
61
Menghindar
62
Seperti Orang Asing
63
Pertemuan Dua Keluarga
64
Dari Hati Kehati
65
Keributan Diruang Kelas
66
Kebenaran
67
Permasalahan dan Keputusan
68
Pulang Bersama
69
Pantai
70
Perdebatan
71
Penolakan Al
72
Serangan
73
Kehilangan
74
Masih Berlanjut
75
Dimana Aku
76
Tanda Tanya
77
Jebakan
78
Kamar 707
79
Putri Tidur
80
Ingin Pulang
81
Ajakan Kekantor
82
Syok
83
Perut Kamu
84
Petunjuk
85
Mencari keberadaanmu
86
Dugaan Sementara
87
Bantuan Bersyarat
88
Kembali ke Indonesia
89
Pertemuan Tak Sengaja
90
Kebenaran
91
Melarikan Diri
92
Menolong Jessica
93
Kembali Bertemu Keluarga
94
Ingin Menikahinya
95
Pembicaraan Empat Mata
96
Berterus Terang
97
Seenaknya Sendiri
98
Mengawasi
99
Pilih Siapa?
100
Tidak Terkecoh
101
Terbongkar
102
Percaya Sepenuhnya
103
Marah
104
Aku Mencintainya
105
Di bawah Umur
106
Diam
107
Pesta
108
Senyap
109
Kejutan Dibalik Kejutan
110
Sakit Bersamaan
111
Kesepakatan Dengan Alifa
112
Egois
113
USG
114
Panik
115
Penghargaan
116
Aku Cinta Kamu
117
Ingin Terus Bersamamu
118
Kembalinya Rafael
119
Ajakan Bertemu
120
Perdebatan Kecil
121
Ketetapan Hati
122
Menikahlah Denganku
123
Mengukir Kenangan
124
Kelulusan
125
Pertunangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!