Hari ini Al kembali bersekolah seperti biasa, kali ini ia berangkat lebih pagi. Ia begitu penasaran dengan kejadian yang diceritakan oleh ketiga sahabatnya kemarin.
Sreeetttt.
Al merem mendadak karena seekor kucing yang melintas tepat didepan motornya. Ia mengusap dadanya dengan perlahan karena terkejut luar biasa. Ia menatap arah lari kucing tersebut. Namun, bukan kucing itu yang menjadi perhatiannya tapi gerak-gerik seseorang diseberang jalan sana yang tampak sangat mencurigakan. Mobil hitam dengan kaca gelap yang sedikit diturunkan itu seperti sedang mengawasi sesuatu. Dan orang di dalamnya tepat memandang ke arah Al. Bergegas Al menyingkir dan menjauh dari pandangan orang yang ada di dalam mobil tersebut.
Rupanya bukan Al yang menjadi objek perhatiannya. Al kembali mengarahkan pandangan pada objek yang menjadi pandangan orang tersebut. Sebuah rumah yang bangunannya tampak sederhana dan bertingkat dua dengan taman bunga yang ditata apik oleh pemiliknya. Rumah itu memberi kesan yang nyaman dan membuat betah pemiliknya bahkan sangat enak dipandang mata.
Disisi lain, mobil hitam itu adalah mobil Riyan yang menunggu Alis keluar dari dalam rumahnya. Sudah beberapa hari sejak kejadian di taman waktu itu, Riyan tidak pernah lagi memantau Alis. Ia begitu sibuk dengan urusan kantornya. Bahkan selama 2 hari tersebut ia pergi ke Kalimantan karena ada beberapa proyek yang perlu ditinjaunya.
Sudah sejak 35 menit yang lalu ia berhenti disitu, bahkan fokusnya hanya pada pintu rumah Alis. Ia benar-benar merindukan gadis pendiam tersebut.
Tidak berapa lama, Alis muncul dari dalam rumahnya. Ia terlihat sedang mengunci rapat pintu rumahnya dan menenteng sebuah buku di tangan kanannya. Kali ini ia tidak menaiki sepedanya, karena sepedanya rusak total dan ia harus menggantinya dengan sepeda yang baru.
Alis berjalan menuju kearah halte yang tidak jauh dari rumahnya. Hanya memakan waktu 7 menit berjalan kaki untuk mencapai halte tersebut. Ia tidak memperhatikan suasana disekelilingnya, ia tidak tahu kalau dirinya sedang diawasi oleh dua pasang mata.
Tidak jauh dari Alis berada, Al tampak sangat terkejut, bahkan matanya sampai membola ingin keluar. Ia tidak menyangka kalau ternyata rumah itu adalah rumah gadis aneh tersebut. Mata Al tampak bergantian menatap Alis dan seseorang yang berada didalam mobil hitam tersebut.
Al tampak geram dengan tingkah Alis yang tidak perduli dengan sekitarnya bahkan sampai hal berbahaya seperti ini saja ia tidak tahu.
"Dasar! gadis itu tidak peka kalau ia sedang dalam bahaya," gerutu Al sambil berdecak matanya tetap melihat kearah Alis yang sudah memasuki bus.
Mobil Riyan berlalu setelah Alis menghilang dari pandangannya. Ia meneruskan perjalanannya menuju kekantornya.
Sedangkan Al kembali memacu motornya menuju kearah sekolahnya. Sepanjang jalan,ia hanya memikirkan tentang Alis dan sesuatu yang menurutnya sangat aneh.
"Apa mungkin Alis punya hutang pada seorang Renteiner sehingga ia terus diawasi agar tidak bisa kabur?" pikir Al dibenaknya. Pikirannya terus-menerus dipenuhi dengan tanda tanya. Ia begitu penasaran dengan sosok Alis. Alis itu seperti secuil debu, ia tidak terlihat kalau tidak peka.
Al telah sampai di parkiran, dia disambut oleh ketiga sahabatnya yang terlebih dahulu sudah datang. Mereka tampak saling bertos ria.
"Eh, kenapa wajahmu tegang begitu Al? seperti orang yang mau BAB saja," ucap Irfan yang tampak peka dengan perubahan raut wajah Al.
Al menatap kearah sahabatnya, "lebih baik kita kekelas. Nanti aku ceritakan, tapi bukan disini." Ketiga sahabatnya mengerutkan dahinya. Mereka melirik satu sama lain, mereka tahu kalau sesuatu yang ingin disampaikan oleh Al adalah sesuatu yang sangat penting sehingga ia memilih tempat yang tepat untuk membicarakannya. Mereka beriringan menuju kelas dengan pikiran masing-masing.
Jessica yang berada di parkiran tampak melongo melihat Al yang melewatinya begitu saja, bahkan lelaki itu tidak menoleh sedikitpun padanya. Ia tampak geram dengan lelaki tampan tersebut, namun ia tersenyum miring setelahnya.
💦💦💦
Istirahat pertama kali ini Alis sedang berada di perpustakaan seorang diri tanpa di temani oleh Liza. Ia sedang fokus dengan bacaannya. Kali ini bukan buku tentang bisnis yang dibacanya tapi buku Ensiklopedia. Dia duduk di pojokan seorang diri. Perpustakaan kali inipun terbilang cukup sepi.
Dreet...
Terdengar bunyi sesuatu yang keras dan padat bergesekan dengan lantai. Alis tetap tidak bergeming dengan buku yang di bukanya. Ia juga tidak menyadari kalau bangku yang ada di depannya telah diisi oleh seseorang. Lelaki itu tampak menatap Alis dengan lekat dan ia tersenyum melihat raut muka Alis yang datar dan sangat serius.
"Hai...!" sapa lelaki tersebut sambil menyunggingkan senyum manisnya. Alis mendongak menatap lelaki tersebut selama beberapa detik, kemudian ia kembali menatap bukunya tanpa menghiraukannya.
Lelaki itu mengerutkan dahinya bingung melihat respon gadis yang berada di depannya. Bahkan ia baru pertama kali ini melihat sosok Alis disekolah mereka. Lelaki tersebut tiba-tiba tergerak untuk mengenal sosok gadis didepannya ini.
"Hai...boleh ...aku bertanya?" tanya lelaki tersebut dengan ragu. Ia memperhatikan Alis dengan sangat intens. Alis kembali mendongak dan menatap lelaki tersebut. Ia mengangguk dengan samar.
Lelaki tersebut tersenyum manis melihat respon Alis yang terlihat sangat kaku. "Aku baru pertama kali ini melihatmu berada disekolah ini, apa...kamu...siswa baru disini?" tanya lelaki itu lagi dengan masih ragu.
Alis mengerutkan dahinya dan menatap lelaki tersebut dengan tajam, membuatnya merasa tidak nyaman, terlihat dari tangannya yang memegang tengkuknya beberapa kali sambil tersenyum tipis.
Alis menggelengkan kepalanya samar. "Sudah lama, sejak 2 tahun yang lalu," jawab Alis.
"Oh...," lelaki itu hanya berohria saja. "Siapa namamu? dan kelas berapa?" tanya lelaki itu kemudian. "Namaku Alex dan aku berada dikelas 12 ips1." Alex memperkenalkan dirinya.
Alis kembali mengangkat wajahnya dan menatap kearah Alex. "Alis, kelas 12 ipa2," jawab Alis dengan senyum kakunya.
Rupanya Alex adalah orang yang sangat cerewet, ia bahkan terus saja berbicara walaupun Alis hanya meresponnya dengan anggukan ataupun gelengan saja.
💦💦💦
Sementara itu ditempat lain, tepatnya di rooftop sekolah, tampak Al bersama ketiga sahabatnya. Sesuai dengan janji Al tadi sewaktu di parkiran, mereka akan mendengarkan satu informasi yang sangat penting. Ketiganya tampak menunggu Al berbicara. Namun, sudah 5 menit berlalu, Al hanya terlihat menarik dan menghembuskan napasnya dengan kasar.
"Al ada apa sih?" tanya Irfan angkat bicara saat melihat sikap Al tersebut, ia sudah sangat tidak sabar mendengar berita yang akan di sampaikan oleh Al.
"Sepertinya gadis aneh itu dalam bahaya." Al menatap mereka yang tampak diam dan berusaha merespon kata-kata Al yang baru saja diucapkannya.
"Maksudmu apa?" tanya Andra menatap serius kearah mata Al. Ia mencari pembenaran disana, tapi yang ditemukannya adalah kesungguhan.
"Alis dalam bahaya!" Al kembali mengulang kalimatnya dengan lebih serius, dengan menyematkan nama yang sebenarnya, bukan nama pengganti. Keadaan tampak hening hingga beberapa detik, mereka menatap Al lebih serius lagi.
"Darimana kamu tahu Al?" setelah lama berpikir, akhirnya Aldo menanyakan rasa penasarannya.
"Pagi tadi aku tidak sengaja berhenti tepat didepan rumah Alis, karena hampir saja menabrak seekor kucing yang sedang menyeberang jalan," Al menjeda ceritanya sebentar. "Lalu..., tanpa sengaja mataku melihat sebuah mobil hitam yang menurutku sangat mencurigakan. Dan ternyata benar, mobil itu sedang mengawasi sesuatu. Aku pikir, ia sedang mengawasiku karena terus-menerus melihat kearahku." Al tampak diam sambil melihat ketiga sahabatnya.
"Lalu...?" desak Andra yang sudah tidak sabar lagi untuk mendengar kelanjutannya.
"Lalu, aku menjauh dari sana dan kembali memantau mobil tersebut. Ternyata aku salah, orang itu bukan mengawasiku tapi sedang mengawasi rumah seseorang." Al kembali menjeda ceritanya. "Kemudian yang paling membuatku terkejut adalah, orang yang keluar dari rumah tersebut adalah si gadis aneh tersebut." Al masih menatap kearah sahabatnya yang tampak sedang berpikir.
"Wah...gawat! berarti benar kalau si Malaikat Penjaga Neraka itu punya musuh," celetuk Irfan dengan asal tebak. "Pantas saja ia begitu jago dalam beladiri," gumamnya lagi.
"Belum tentu, mungkin saja itu adalah seorang renteiner yang sedang memantau Alis agar tidak kabur dari hutangnya," ucap Al mencurahkan isi pikirannya yang terus di penuhi berbagai macam spekulasi.
"Memangnya kamu tahu darimana Al kalau dia punya hutang?" tanya Andra setelah mendengar kemungkinan-kemungkinan yang disebutkan oleh Al.
"Aku juga asal tebak," jawab Al disertai cengiran. Aldo hanya diam mendengarkan argumen yang di keluarkan oleh ketiga sahabatnya.
Mereka tidak menyadari kalau Angga sedang berada di tempat yang sama, namun dihalangi oleh sebuah tembok. Angga telah mendengar semuanya, ia semakin penasaran dan curiga dengan sosok gadis kaku tersebut.
Angga kembali memikirkan tentang Jessica yang suka membully orang-orang yang dirasanya lemah disekolah tersebut. Ia takut terjadi hal buruk yang akan menimpa Jessica kelak, kalau dia msih membully Alis. Angga sudah tidak menyadari kalau Al dan ketiga sahabatnya sudah tidak ada disana lagi.
Tadinya Angga hanya sekedar berencana untuk menenangkan pikirannya dengan naik keatas rooftop tersebut, namun tidak disangka, ia mendengar hal yang lain tentang Alis. Ia harus waspada dan kembali mengingatkan Jessica agar tidak mengganggu Alis. Menurutnya, Alis adalah gadis yang berbahaya karena mempunyai musuh, itu yang ada di benak Angga untuk saat ini.
Angga bergegas turun kebawah setelah melihat jam dipergelangan tangannya. Delapan menit kedepan, waktu istirahat akan berakhir.
💦💦💦
Terlihat dilorong sekolah, Alis sedang berjalan dengan buku di tangannya. Sesekali ia melihat kearah bukunya. Tiba-tiba dari arah depan ada seseorang yang merebut buku dari tangannya.
Alis tampak terkejut, ia mendongak menatap kearah anak baru yang tampak sangat sombong didepan Alis dengan gayanya yang angkuh. Alis hanya menatap Jessica tajam, begitu juga sebaliknya. Tatapan mereka saling bertemu.
Siswa-siswi yang berlalu lalang didekat mereka menghentikan langkahnya. Melihat pemandangan langka yang tidak pernah terjadi sebelumnya, mereka begitu penasaran dengan adegan selanjutnya.
Alis yang menyadari bahwa ia menjadi bahan tontonan segera berjalan kearah Jessica untuk mengambil buku miliknya. Namun sesuatu yang tidak terduga terjadi, Jessica melempar buku Alis kearah lapangan dan ia tersenyum remeh sambil menepuk-nepuk tangannya pelan.
Alis hanya diam dan berlalu dari sana. Ia bermaksud untuk mengambil bukunya tersebut namun Jessica justru menghalangi langkahnya. Tangan Jessica bersidekap didada dan menyenggol Alis seolah-olah menantang Alis untuk berduet, ia menunggu respon balik Alis. Ia ingin melihat tatapan Alis yang penuh ketakutan, bukan tatapan tajam mengintimidasi. Jessica tampak geram dengan sikap Alis yang sama sekali tidak meresponnya bahkan hanya acuh saja.
"Hei! Gadis miskin, kamu itu tidak pantas bersekolah disini!" hardik Jessica.
Alis tetap tidak meresponnya, ia tetap berlalu dari kerumunan tersebut. Sementara itu, Jessica tampak semakin benci karena merasa dipermalukan oleh Alis. Ia pergi kearah kelasnya dengan muka merah padam menahan marah.
💦💦💦
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
🐱🐈 Khairunnisa 🐈🐶
mkn pnsrn.... curiganya tu sekolah miLik eLis deh....
2020-06-16
2
Wildan Hadinata
tinggalin jejak dulu
2020-06-12
0
Wildan Hadinata
tinggalin jejak dulu
2020-06-12
0