Hari ini adalah hari minggu. Alis dan Liza sudah memiliki jadwal tersendiri dihari libur ini. Mereka bermaksud mengunjungi panti asuhan yang ada dikota mereka.
Alis merupakan salah seorang donator dari panti asuhan tersebut.
Tin-tin
Terdengar klakson mobil dihalaman rumah Alis, bergegas Alis menghampiri Liza yang sudah menunggunya. Alis memasuki mobil Liza dan mereka menuju ketempat tujuan mereka.
"Lis, tumbun kamu tidak bawa buku, biasanya juga selalu tenggelam dalam duniamu sendiri." Kata Liza sambil mencibir kearah Alis. Namun tidak dapat ia pungkiri, kalau ia begitu senang karena Alis tidak sekaku biasanya. Liza tampak tersenyum.
"Senang atau tidak?" Tanya Alis dengan senyum tipisnya. Ia menatap kearah Liza yang juga menyunggingkan senyumnya.
"Senang dong!" Jawab Liza. "Akhirnya aku tidak dikacangi lagi." Sambung Liza kemudian.
Alis hanya diam menatap kearah depan. Ia teringat dengan kata-kata Januar kemarin, ia harus berubah lebih peka dan lebih terbuka dalam berbicara. Alis akan berusaha dan mencoba, walaupun sangat sulit dan sedikit tidak disukainya. Mungkin dimulai dari orang terdekat dahulu. Alis menatap kearah Liza yang sedang melihat luar mobil.
Alis meminta sopir Liza untuk menghentikan mobilnya didepan kafenya.
Alis masuk kedalam kafenya dan disambut oleh beberapa orang karyawan dan juga manejernya. Mereka terlihat sibuk membawa nasi kotak yang sudah rapi diikat untuk dimasukkan kedalam mobil Liza.
Kemarin Alis sudah mengkonfirmasi pada manejer kafenya untuk dibuatkan nasi kotak sebagai pembagian amal. Kegiatan ini akan mereka lakukan setiap bulannya. Banyak karyawan yang sangat mengagumi sosok Alis yang pemurah dan suka menolong diantara sesama, bahkan tanpa mengenal status dan derajat.
Perjalanan yang mereka tempuh memakan waktu selama 45 menit.
Sesampainya mereka didepan panti, tampak beberapa anak-anak berlarian untuk menyambut kedatangan Alis. Alis begitu dekat dengan mereka, dan mereka sangat menyayangi Alis.
Liza melambaikan tangannya pada anak-anak yang cukup besar, untuk membantu sopirnya mengangkut makanan dan juga barang lainnya.
"Itu, barang-barang dimobil, tolong dikeluarkan semuanya ya." Kata Liza kepada salah satu penghuni panti.
"Baik kak." Sahut mereka dengan senyum yang merekah.
Alis menatap mereka yang tampak antusias dan bersemangat, dengan senyum tipis. Ia bahagia karena bisa berbagi dengan anak-anak yatim yang serba kekurangan kasih sayang dan perhatian dari orang tua mereka. Alis menatap mereka dengan terharu, ia dapat merasakan itu karena ia juga mengalaminya, namun beruntungnya ia yang hidup dalam kecukupan.
"Nak Syaiba, apa kabar nak?" Ibu Ira yang merupakan pengasuh panti memeluk Alis dan juga Liza. Ia begitu merindukan sosok Alis yang baru muncul sekarang.
"Baik bu." Jawab Alis dengan senyum tipisnya. "Bagaimana dengan ibu sendiri dan juga anak-anak panti?" Tanya Alis sambil menatap wanita paruh baya tersebut.
Ibu Ira menatap kearah Alis, ia benar-benar merindukan anak angkatnya ini. Ia tersenyum melihat perubahan Alis. Biasanya Alis akan selalu tersenyum kaku dan hanya bisa mengangguk setiap jawaban atas pertanyaan yang dilontarkannya. Tapi kali ini berbeda, Alis mampu tersenyum tulus walaupun tipis. Bahkan ia juga menanyakan keadaan mereka.
"Semuanya baik Syaiba," jawab bu Ira. "Apa yang kamu bawa Syaiba, banyak sekali." Ibu Ira memperhatikan barang-barang bawaan Alis yang menumpuk.
"Buku bu, juga mainan untuk anak-anak yang masih kecil." Jawab Alis sambil menatap anak-anak yang tampak kegirangan.
"Masuk yuk kedalam. Kebetulan juga didalam ada pak Subhan." Ajak bu Ira sambil menggandeng Alis yang diikuti oleh Liza dan beberapa anak-anak panti lainnya.
Pak Subhan tampak tersenyum melihat kedatangan remaja yang seusia anaknya tersebut. Ia juga memperhatikan barang-barang bawaan Alis. Ia tampak kagum dengan Alis yang mempunyai rasa perduli yang sangat tinggi dengan sesama. Bahkan ia berusia masih belia.
Bu Ira memperkenalkan Alis pada kedua orang yang berada dihadapan mereka.
"Subhan," sambut pak Subhan sambil mengarahkan tangannya pada Alis.
"Syaiba," jawab Alis dengan menyambut jabatan tangan Pak Subhan. Alis mencium tangan beliau, begitu juga dengan wanita yang berdiri tepat disampingnya.
Pak Subhan, bu Arini, ini Syaiba. Dia juga merupakan salah satu donator tetap dipanti asuhan ini." Tutur bu Ira sambil menatap Subhan dan juga Alis.
Pak Subhan tampak kaget mendengar penuturan bu Ira tersebut, begitu juga dengan Arini istrinya. Mereka menatap Alis.
"Berapa usiamu nak?" Tanya Arini.
"Baru 17 tahun, tante." jawab Alis.
"Wah, kamu hebat nak, usiamu sangat muda tapi rasa perdulimu luar biasa." Kata Arini sambil mengusap bahu Alis.
Alis yang mendapat respon seperti itu tampak tegang. Ia menatap kearah mereka dengan senyum kaku dan anggukan kepala.
Alis dsn Liza berlalu dari sana untuk menghampiri anak-anak panti. Sementara bu Ira dan pak Subhan masih berbincang-bincang.
Setelah anak-anak panti dikumpulkan diruangan aula. Liza dan beberapa pengurus panti yang lainnya membagikan nasi kotak yang sudah dibawakan oleh Alis. Sebelum mereka menikmati nasi kotak tersebut, mereka mengadakan do'a bersama terlebih dahulu. Alis juga meminta do'a untuk ibunya dan juga neneknya yang sudah pergi terlebih dahulu dari dunia ini.
Pak Subhan pun mengikuti alur acara ini. Ia begitu terharu dengan sikap Alis yang bahkan baru ia ketahui bahwa ia adalah seorang anak yatim juga.
Beberapa anak kecil tampak menghampiri Alis, begitu juga dengan Liza. Mereka bergelayut manja dengan Alis dan Liza. Bahkan tidak segan-segan mereka meminta Alis untuk bercerita bahkan mengajak Alis untuk bermain bersama dengan mereka.
Liza begitu senang melihat Alis yang lepas dari bebannya. Hanya disini Alis bisa tersenyum tulus. Tanpa disadarinya, Liza meneteskan air matanya, ia begitu terharu dengan sahabatnya ini. Sahabat yang mempunyai pengalaman hidup yang pahit, namun ia tetap mampu bertahan. Sahabat yang mempunyai hati yang sangat mulia, tulus. Bahkan ia juga menyayangi semua orang susah tanpa kode, tanpa isyarat. Ia mengusap air matanya dan tersenyum kearah Alis yang sedang mendongeng.
Alis juga mengajarkan beberapa materi pelajaran pada anak panti yang sudah bersekolah.
Semua itu tidak pernah luput dari pandangan Subhan dan juga istrinya.
"Gadis itu benar-benar baik pa, bahkan sangat sulit menemukan gadis seperti itu dizaman sekarang." Gumam Arini sambil terus menatap kearah Alis.
Pak Subhan yang paham dengan maksud istrinya pun hanya menganggukan kepalanya. Ia juga mengharapkan hal yang sama dengan istrinya.
💦💦💦
Pagi ini Al sedang berada sendirian dirumahnya. Semua pekerjanya pun libur kecuali satpam didepan rumahnya. Al yang bermaksud ingin memesan makanan pun urung karena ia menerima pesan bahwa sahabatnya akan kerumahnya. Al merasa sangat lapar dan ia malas untuk pergi kedapur.
Ting-tong
Bel rumah Al berbunyi, bergegas Al menuruni tangga untuk menuju kearah pintu depan.
"Al, nih pesanan kamu." Aldo menyerahkan makanan yang terbungkus ditangannya tersebut pada Al.
"Makasih," jawab Al sambil mengambil makanan tersebut.
Mereka berkumpul diruangan keluarga. Aldo dan Al tampak duduk disofa. Aldo dengan handphonenya dan Al dengan makanannya. Sedangkan Andra dan Irfan sedang menonton televisi.
"Al, menurutmu, kami membeli makanannya dimana?" Irfan membuka suara dengan memberi pertanyaan pada Al.
Al tampak heran dengan pertanyaan Irfan, namun ia tetap menyahut.
"Dikafe favorit akukan, Syai Garden Cafe." Sahut Al dengan bangga karena ia merasa yakin kalau jawabannya sudah tentu benar. Al sangat hapal dengan rasa makanan disana.
"Seratus Al untukmu!" Sambut Andra dengan antusias sambil bertepuk tangan.
Irfan mengacungkan jempolnya dan mereka berdua tampak cekikikan dan bertos ria. Sedangkan Al tampak mendengus karena ia berhasil dikerjai oleh mereka.
"Al, kami tadi melihat Alis dikafe." Kata Andra kemudian.
Al menatap mereka, krmudian tersenyum. Kali ini ia tidak akan kena lagi dengan keusilan mereka. "Ya iya lah, diakan kerja disana. Mana mungkin dia tidak terlihat," jawab Al.
"Bukan itu Al masalahnya, Alis tampak sibuk dengan nasi kotaknya. Bahkan sangat banyak. Dia juga bersama temannya." Irfan angkat bicara.
Al menatap Irfan dengan dalam. "lalu?" Tanya Al.
"Mungkin dia sedang mengantar pesanan, Fan. Tidak usah heran ah, inikan hari, siapa tahu ada yang hajatan atau ulang tahun atau apalah itu." Jawab Aldo menanggapi pembicaraan Irfan barusan dengan tidak perdulinya.
"Iya, benar juga ya, kok tidak kepikiran kesana ya?" Irfan bergumsm sambil menganggukan kepalanya.
"Al, hari ini mau kemana?" Tanya Andra menatap kearah Al.
"Mungkin dirumah saja." jawab Al.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
🐱🐈 Khairunnisa 🐈🐶
ortunya aL kaLi ya??? tpi aLis nyebut namanya syaiba
2020-06-16
1
BiancaRD
ehhhh bukan keknya
2020-06-13
1
BiancaRD
Subban Dan arini... itu orangtua nya al mungkin hhhhh
2020-06-13
1