Al menancapkan gas mobilnya untuk pulang kerumahnya. Ia yang tidak sengaja melihat perempuan itu, perempuan yang terlalu cuek dengan keadaan, perempuan yang tidak pernah lepas dari yang namanya buku di tangannya. Dia tampak sedang menunggu angkutan umum di halte. Al pun tergerak untuk memperhatikannya sesaat. Namun yang di dapatnya, perempuan itu tetap terlihat acuh dan hanya fokus dengan dunianya sendiri. Al tetap bertahan untuk memperhatikannya hingga angkutan umum yang di tumpangi perempuan itu berlalu.
"Sial!! Kenapa aku kepikiran dengan perempuan aneh tersebut." Al menggerutu sambil memukul stir mobilnya. "Perempuan itu memang benar-benar aneh, dia sama sekali tidak perduli dengan sesuatu yang ada disekitarnya," gumam Al lagi sambil menyetir, ia tetap fokus pada jalanan di depannya.
Sepuluh menit kemudian Al telah sampai di dedapn gerbang rumahnya. Rumah yang luas dan terkesan mewah serta modern bergaya Eropa. Dengan pagar yang menjulang tinggi. Di halaman rumahnya terdapat pohon palem yang tertata rapi dan rerumputan yang hijau, ditambah dengan bunga-bunga yang menghias disekitar halaman rumah.
Tin-tin...
Al membunyikan klakson mobilnya. Satpam yang sedang bertugas jaga di pos melihat ke arah mobil Al yang baru datang, ia segera menekan tombol pada remotnya dan pintu pagar pun terbuka secara otomatis. Mang Sarif menganggukan kepalanya kepada anak majikannya.
Rumah begitu sepi karena kedua orang tuanya sedang sibuk mengurusi bisnis mereka diluar negri. Ayah Al adalah seorang pemilik perusahaan yang bergerak di bidang resort, perbankan dan industri yang merambah hingga ke benua Eropa. Jadi tidak mengherankan kalau mereka selalu bolak-balik keluar negri. Hanya ada beberapa orang pelayan dan seorang satpam juga dua orang sopir yang sering menemani Al dirumah. Namun tempat tinggal mereka juga terpisah dari rumah utama, yaitu di sebuah pavilium yang terletak di belakang rumah utama.
Setelah bi Munah membukakan pintu, Al bergegas menaiki tangga untuk mencapai kamarnya yang berada di lantai dua. Setelah pintu kamarnya terbuka, bergegas Al membersihkan dirinya dikamar mandi karena ia merasa sangat lengket apalagi disekolah tadi dia sudah bermain basket dan itu membuat produksi keringat ditubuhnya.
Pintu kamarnya tampak terbuka, Al keluar dengan mengenakan pakaian santai, hodi berwarna abu-abu sebagai atasannya dan celana jeans panjang berwarna hitam, juga sepatu sniker berwarna hitam. Ia tampak berjalan tergesa menuruni anak tangga kemudian langkahnya menggiringnya menuju kearah pintu utama. Dengan gerakan cepat ia membuka pintu utama yang sudah ada didepan matanya. Ia ingin berkumpul dengan sahabat-sahabatnya di kafe biasanya, Syai Garden Cafe sesuai dengan rencana yang sudah mereka janjikan sebelumnya.
Al melajukan mobilnya dengan kecepatan normal sambil sesekali memperhatikan kearah kaca spion samping mobilnya, kemudian kembali fokus kedepan. perjalanan yang di tempuh Al tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya memakan waktu 15 menit, karena letak kafe yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.
Al keluar dari mobil setelah ia memarkirkan mobil miliknya. Ia berjalan dengan langkah santai sambil masuk kedalam kafe. Suasana kafe yang sangat ramai menyambutnya. Matanya memindai keseluruh penjuru kafe, mencoba mencari keberadaan sahabat-sahabatnya. Suasana kafe yang terlihat penuh oleh pengunjung tidaklah menyulitkan bagi Al untuk menemukan keberadaan sahabat-sahabatnya. Mereka duduk di pojokan kafe didekat jendela kaca besar yang menghadap kearah taman.
"Apa kalian sudah lama berada disini?" tanya Al sambil bertos ria dengan ketiga sahabatnya kemudian ia mendudukan dirinya pada kursi kosong yang ada disebelah Aldo.
"Baru saja, 5 menit yang lalu," kata Aldo sambil melihat kearah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Al mengangguk dan memperhatikan meja didepannya yang masih dalam keadaan kosong tanpa pesanan.
Andra melambaikan tangannya pada waiter. Waiter datang dan mencatat semua pesanan mereka. Setelah selesai, waiter tersebut segera berlalu untuk melanjutkan tugasnya.
Andra Ardiansyah yang lebih seringnya dipanggil Andra adalah sahabat Al yang ketiga. Ia juga berada disatu kelas dengan ketiga sahabatnya. Usianya juga 17 tahun namun ia yang termuda dari mereka semua. Ia lebih kalem dan juga kocak, bahkan sangat kompak dengan Irfan. Terkadang mereka bercanda hingga diluar batas namun itu tidak menyurutkan kekompakan mereka. Ia bahkan terlihat lebih periang dari semuanya, mungkin juga karena pengaruh dari lingkungan keluarganya.
Al kembali mengedarkan pandangannya kesekeliling kafe. Seolah-olah dekorasi kafe ini menghipnotisnya dan sangat menarik minatnya, ia tidak pernah bosan untuk terus-menerus memandangnya. Suasana kafe yang di desain berkonsep garden ini memiliki banyak tanaman mawar putih di setiap sudutnya. Di bagian yang lainnya terdapat beberapa lentera yang ditempel pada dinding dan ada juga yang di gantung. Dinding didesain dengan warna gelap terlihat sangat kontras dengan bunga mawar yang berwarna putih.
Tanpa sengaja matanya melihat Perempuan Aneh yang sudah dilihatnya disekolah tadi. Ia masih dengan jelas mengingat wajah gadis tersebut, wajah kakunya yang tanpa ekspresi. Dahinya berkerut dalam hingga terlihat lipatan-lipatan kecil menghiasi jidatnya, ia benar-benar bingung melihat Alis yang berada dikeramaian seperti ini.
"Sedang apa dia disini? Patung hidup itu tidak punya teman juga tidak suka keramaian, tapi kenapa ia bisa berada ditempat seperti ini?" Al tampak sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia merasa heran dengan keberadaan gadis tersebut. Sedang apa ia disini? Bukankah ia sangat menghindari keramaian? Benar-benar gadis yang aneh. Ia tenggelam bersama pikirannya sendiri hingga tidak mendengarkan lagi percakapan dari ketiga sahabatnya. Bahkan saat Aldo tampak mengoceh padanya.
Aldo yang merasa di acuhkan menatap kearah Al yang tidak biasanya hilang fokus seperti itu. Dengan gerakan kepala ia memberi kode pada Andra dan juga Irfan, seolah-olah menanyakan tentang keadaan Al. Namun Andra dan Irfan hanya mengangkat bahunya saja, pertanda mereka juga tidak tahu apa yang terjadi dengan Al. Aldo ikut memperhatikan arah pandang Al namun tidak terdapat objek apapun disana, hanya ada meja kosong.
"Al, kamu kenapa sih, dari tadi melamun saja? Apa ada masalah?" tanya Aldo sambil menepuk bahu Al yang sejak tadi tidak luput dari perhatiannya, karena Al memang lebih nyambung dengan Aldo.
Al sedikit tersentak kaget, namun sebisa mungkin ia menutupinya. Al hanya mengedikan bahunya sambil meraih handphone miliknya yang ada diatas meja tersebut.
"Cerita dong sama kita, tidak biasanya seorang Aldebran bersikap seperti ini," Irfan ikut menimpali sambil menatap kearah Al. Ia yang memang selalu penasaran dengan semua hal walaupun itu adalah hal terkecil sekalipun, tampak menunggu-nunggu jawaban Al.
Al mengarahkan dagunya ke arah objek yang di maksud olehnya. Semua mata mengikuti petunjuk Al tersebut dan fokus memandang pada objek yang di maksud oleh Al. Mereka melihat keberadaan Alis yang sedang berdiri di depan pintu pembatas antara dapur dan ruangan dalam kafe. Kemudian mereka melihat ke arah Al dengan tatapan heran dan dengan kening berlipat-lipat.
"Oh gadis itu." Irfan memperhatikan raut muka Al sejenak. "Tidak ada yang aneh, memangnya kenapa?" tanya Irfan disela keheranannya sambil kembali memperhatikan Alis. Ia tampak mendesak Al untuk membuka sedikit mulutnya agar menjawab semua rasa penasarannya.
Andra dan Aldo juga tampak menunggu jawaban yang akan di lontarkan oleh Al. Mereka tampak terdiam sambil menatap kearah Al dengan penuh minat.
"Heran saja, padahal dia itu tidak punya teman, terlalu cuek. Kok bisa ada di kafe seperti ini?" Al membisikkan sisi kebingungannya sambil terus menatap kearah Alis.
"Memangnya kamu tahu darimana kalau dia seperti itu?" Andra malah melontarkan pertanyaan balik.
Al tampak menarik nafasnya. "Aku sih juga tidak mengenalnya tapi penghuni sekolah sering membicarakannya. Benarkan Do yang aku ucapkan?" ucap Al yang sudah melontarkan pertanyaan serangan pada Aldo. Ia menatap kearah ketiga sahabatnya secara bergantian dan ia kembali menatap kearah Aldo saat teringat percakapan mereka siang tadi disekolah setelah berhadapan dengan gadis aneh tersebut. Aldo hanya mengangguk saja sambil melirik kearah Alis.
"Mungkin dia kerja disini Al, soalnya setiap kali kita kesini, dia selalu berada disini. Dan kamu baru menyadarinya sekarang, Al." Andra menjelaskannya pada Al.
"Benarkah, ku pikir ia hanya akan bekerja di perpustakaan atau toko buku, setelah melihat kebiasaannya dan juga interaksinya yang kaku," sindir Irfan sambil terkekeh dengan pemikirannya sendiri yang membayangkan hal tersebut terjadi pada Alis.
"Sudahlah... itu urusannya. Kenapa kita mesti repot. Lagi pula, dia tidak ada sangkut pautnya dengan kita." Aldo melerai pembicaraan mereka. Aldo bersorak senang saat Waitres datang mengantar pesanan mereka. Tanpa menghiraukan mereka lagi ia sudah melahap hidangan yang ada dihadapannya tanpa suara. Seolah-olah dunia miliknya sendiri saat dihadapkan dengan makanan. Tapi satu hal yang membuat mereka kagum pada Aldo, badannya tetap atletis dan berotot walaupun banyak makan. Tidak ada timbunan letak seperti kebanyakan orang pada umumnya, mungkin karena dia sering berolahraga.
"Langsung hijau mata kamu saat berhadapan dengan makanan, Do." Irfan mencibir kearah Aldo yang seolah melupakan keberadaan mereka saat ia sudah dihadapkan dengan makanan.
" Kamu juga, langsung berdiri telingamu saat mendengar sesuatu. Persis telinga kelinci!" Andra ikut-ikutan mencibir kearah Irfan.
Irfan tampak tertawa cengengesan mendengar ejekan yang dilontarkan oleh Andra. Ia mengakui hal itu memang benar adanya. Ya! ia mengakuinya.
Sementara Al tampak terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, tangannya bergerak mengaduk jus yang ada dihadapannya. Sejak tadi mereka berempat tidak memperhatikan wajah Waitres yang membawakan makanan untuk mereka karena sibuk dengan pembicaraan mereka yang santai.
💦💦💦
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Bilqis
belum dapet🤔🤔 tp masih nyimak
2021-09-13
0
Wildan Hadinata
semangat
2020-06-12
2