Hari ini Alis berangkat ke sekolah dengan menggunakan bus. Ia sudah mengkonfirmasi pada Januar bahwa dirinya minta dijemput siang nanti setelah jam pulang sekolah.
Sesampainya Alis di sekolah, ia langsung menuju kearah kelasnya. Keadaan kelas yang cukup lengang membuat Alis merasa cukup tenang. Ia membuka bukunya untuk dibaca.
Dreettt.
Kursi disebelah Alis bergeser, Alis hanya melirik sebentar kemudian kembali fokus pada bacaannya.
"Lis, pagi-pagi sudah baca buku, nanti kepalamu keluar asap. Konslet!" Liza menatap kearah Alis dengan mimik serius.
"Apaan sih!" Alis mendelik kesal pada Liza yang sudah membuyarkan acara membacanya.
"Ya ampun Alis, aku serius loh!" kata Liza sambil menatap Alis dengan mimik yang meyakinkan.
Alis yang merasa jengah dengan sikap Liza yang usil hanya memutar kedua bola matanya. Liza yang melihatnya hanya tertawa cekikikan.
"Alis! ada yang mencari kamu tuh didepan kelas!" Riswan si ketua kelas berteriak memanggil Alis.
Alis dan Liza tampak bingung, terlihat kerutan samar didahi keduanya karena seumur-umur Alis tidak pernah mengalami hal tersebut.
"Siapa yang mencari kamu Lis?" tanya Liza pada Alis dengan keheranan. Setahunya Alis sangat membatasi diri dengan siapapun kecuali dirinya seorang. Liza menatap Alis dengan tatapan menggoda. "Oh anak mama sekarang sudah besar, sudah mulai pacaran ya?" goda Liza sambil menaik turunkan alisnya untuk menggoda Alis.
Alis menatap tajam pada Liza dan ia hanya mengedikkan bahunya setelah berlalu dari hadapan Liza. Sesampainya didepan pintu, ia tampak kebingungan dengan sosok lelaki yang tersenyum manis menatapnya. Alis hanya menatap datar kearah lelaki tersebut. Ia merasa pernah melihat lelaki tersebut tapi ia lupa pernah melihatnya dimana.
"Hai, Alis!" lelaki itu tersenyum manis dan melambaikan tangannya kearah Alis.
Alis tampak kikuk di buatnya, ia hanya menganggukkan kepalanya, kemudian menatap lelaki itu dengan bingung.
Terdengar tawa meledek dari dalam kelas, Alis sangat mengenali suara tawa tersebut. Alis mendelik kesal kearah Liza yang seolah mengejeknya. Ia kembali mengarahkan pandangannya pada lelaki yang ada didepannya sambil berusaha untuk menggali ingatannya beberapa hari kebelakang.
Ah- ya... dia ingat, senyum kaku terkembang dibibir Alis. "Kamu Alexkan?" tanya Alis menatap serius lelaki tersebut.
"Rupanya kamu masih ingat denganku Lis. Ya, aku Alex, yang dulu sempat mengobrol denganmu di perpustakaan," sahut Alex sambil tersenyum lagi kearah Alis.
Alis kembali mengernyit mendengar kata-kata Alex barusan. Ia rasa bukan mengobrol deh tapi hanya Alex yang berbicara sendiri waktu itu. Ah, sudah biarkan saja, lalu mau apa dia kemari?
"Lalu...ada apa?" tanya Alis menatap kearah lapangan, terlihat beberapa orang siswa tampak memperhatikan mereka. Alis merasa tidak enak karena ia tidak biasa menjadi pusat perhatian.
"Oh itu, sebenarnya aku mau memberikan buku ini untukmu, sebagai rasa terima kasihku waktu itu karena kamu mau berbicara denganku." Alex kembali tersenyum menatap kearah Alis.
Alis kembali bingung mendengar kata Alex yang seolah ambigu. Alis menatap Alex kemudian beralih menatap kearah lapangan.
"Kalau kamu menerimanya, berarti kamu menganggapku sebagai teman. Apa kamu mau berteman denganku?" tanya Alex menatap Alis dengan penuh harap.
Alis menatap Alex dan mengangguk sambil tersenyum kaku. Alis menerima buku yang diberikan oleh Alex untuknya. Alis menatap buku tersebut, ia kembali menatap Alex dengan bingung.
"Oh itu, aku sering memperhatikanmu membaca. Biasanya kamu selalu membaca buku bisnis. Jadi, aku berikan buku itu buat kamu." Alex kembali tersenyum menatap Alis.
Alis mengalihkan pandangannya kearah lain untuk menghindari senyuman Alex. Ia tidak terbiasa dengan senyum seperti itu, terlebih lagi kalau senyum itu dari lawan jenisnya. Namun tidak dapat ia pungkiri, ia merasa hangat dengan senyum tersebut.
"Oh iya, aku mau kekelas dulu. Nanti istirahat, kita kekantin ya. Bolehkan?" Alex kembali meminta sesuatu yang sulit untuk dilakukan oleh Alis. Alex tahu akan hal itu dan ia ingin agar Alis tidak bersembunyi dibalik rasa pemalunya.
Alis hanya diam menatap kearah Alex, kemudian ia menundukkan wajahnya.
Alex kembali tersenyum melihat tingkah Alis yang sangat kaku. "Aku kekelas dulu ya, bye!" Alex mengacak rambut Alis.
Alis terlihat sangat tegang dengan perlakuan Alex tersebut. Ia tidak dapat menyahut barang sepatah katapun. Matanya mengikuti pergerakan Alex yang semakin menjauhinya.
"Yeay...! Alis sudah punya pacar ya?" tiba-tiba Liza mengagetkan Alis yang masih berada didepan kelas tersebut. Alis menghembuskan napasnya berulangkali karena terkejut dengan keberadaan Liza yang tiba-tiba memekik girang dan menggodanya. Matanya mengedar menatap kesekelilingnya, ia kembali diperhatikan oleh beberapa orang diluar kelas dan seluruh teman-temannya yang ada didalam kelas.
"Uh senangnya! kalau Alis punya pacar, berarti dia akan berubah dong, tidak kaku lagi, jadi murah senyum. Yakan...?" goda Dewi, teman sekelas mereka ikut menimpali. Beberapa teman-temannya juga mengangguk dan setuju dengan pendapat Dewi tersebut.
Alis hanya mendelik menatap mereka dan matanya tampak melotot. Langkahnya menggiringnya kearah meja yang ditempatinya, dengan perlahan ia meletakkan buku yang diberikan oleh Alex tersebut. Alis kembali membuka buku yang baru sedikit dibacanya.
Liza hanya mengerucutkan bibirnya melihat tingkah Alis yang tidak pernah bisa bercanda, ia terlalu kaku dan juga terlalu suka mengintimidasi. Tapi ia berharap, dengan kehadiran lelaki tersebut maka Alis akan berubah menjadi lebih manis lagi. Liza tersenyum sumringah membayangkan semua itu.
"Ehem!" Liza menoleh kearah pintu dan ia terkejut dengan keberadaan pak Gun, ia sangat malu. Bergegas ia pergi kebangkunya dan duduk disana. Ia kembali tersenyum setelah menatap kearah Alis.
💦💦💦
Terlihat gerombolan Al dan ketiga sahabatnya sedang berada di kantin. Mereka tampak duduk di pojok kantin yang berada didekat jendela besar.
"Al, kamu melihatkan pagi tadi kalau si Alis lagi dekat sama si Alex." Irfan membuka percakapan setelah pesanan mereka datang.
"Dia terlihat sangat kaku, terlebih lagi saat mendapat sentuhan dari Alex, dia seperti robot. Tegang!" Andra tampak tertawa saat mengingat kejadian pagi tadi.
Al hanya diam dan dia tetap fokus dengan makanan miliknya. Baginya hal itu tidaklah penting.
"Sejak kapan kalian suka membahas si Alis?" tanya Aldo tampak menyindir Andra dan Irfan.
"Yah kamu, begitu aja sewot." Irfan mencibir kearah Aldo.
Mereka kembali fokus dengan makanan mereka, hingga ada seseorang yang meletakkan makanan dan minumannya didekat mereka.
"Boleh aku duduk disini? Soalnya meja yang lainnya sudah penuh." Perempuan itu tersenyum menatap mereka satu-persatu.
"Boleh!" Irfan tersenyum menatap kearah perempuan tersebut dan mempersilahkannya untuk duduk. Perempuan mengambil tempat duduk tepat berhadapan dengan Al. Ia tersenyum saat menatap kearah Al dan ia merasa senang karena keinginannya untuk mendekati Al tercapai juga. Ia menatap Al yang tidak perduli sama sekali padanya.
Aldo menatap kearah perempuan tersebut, dahinya berkerut dalam. Ia merasa seperti pernah melihat perempuan didepannya.
Perempuan tersebut mengangkat kepalanya menatap kearah Aldo. Ia tersenyum karena diperhatikan oleh Aldo.
"Perkenalkan, namaku Jessica." Jessica mengulurkan tangannya kearah Aldo. Aldo hanya mengangguk tanpa menyambut uluran tangan tersebut. Jessica kembali menarik tangannya, ia merasa kesal karena sudah diacuhkan oleh mereka. Ia menatap kesekeliling mereka yang juga menatapnya dengan berbisik-bisik. Jessica menatap mereka tajam dan semua tampak hening. Jessica merasa tenang karena ia merasa ditakuti oleh mereka tapi itu semua tidak berlaku bagi Alis.
Namun ternyata keheningan itu terjadi bukan karena Jessica tetapi karena Alis dan Liza yang memasuki kantin diiringi oleh Alex. Terdengar bisik-bisik riuh hingga sampai ketelinga Al.
Al menoleh kearah Alis dan ia sangat terkejut dengan keberadaan Alis yang baru pertama kali dilihatnya berada di kantin.Matanya berpindah menatap kearah ketiga sahabatnya dan melirik kearah Jessica yang tampak menggertakkan giginya. Wanita itu terlihat memerah.
Bukk.
Jessica menggebrak meja dengan keras dan menatap kearah Alis dengan kesal. Sedangkan Andra dan Irfan tampak sangat terkejut dengan sikap Jessica yang terlihat bar-bar. Mereka tidak menyangka bahwa gadis cantik itu tidak selembut penampilannya.
Jessica berdiri dan ingin meninggalkan makanannya namun dicegat oleh Irfan. "Mau kemana Neng? Habiskan dulu makanannya, kasihan. Mubazir neng." Irfan menatap kearah Jessica.
Jessica menatap jengah Irfan. "Kenyang bang!" sahut Jessica. Ia merasa kenyang setelah melihat keberadaan Alis yang tiba-tiba muncul dihadapannya. Tidak, bukan hanya dihadapannya tapi dihadapan seluruh penghuni kantin. Ia teringat dengan sikap Alis yang melawannya dan juga teringat dengan peringatan dari Angga.
Dilain meja, Alis terlihat semakin kaku dengan suasana kantin yang mendadak sunyi setelah kedatangannya. Ia merasa seperti menjadi hantu sekarang. Karena mereka menatapnya dengan berbagai tatapan tapi tak ada sedikitpun tatapan kagum atau tatapan memuja. Yang ada hanyalah tatapan heran, aneh dan tatapan takut. Beberapa kali Alis menghembuskan napasnya, merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan ini.
"Lis, sudah! jangan hiraukan mereka. Mereka itu cuma heran saja sama kamu karena kamu tidak pernah kekantin sebelumnya." Liza menatap Alis yang merasa tidak nyaman.
"Iya benar, lebih baik kamu makan saja dulu," sambung Alex dengan senyum manisnya.
Alis mengangguk dan menatap makanannya. Ia makan dengan perlahan. Sesekali terdengar candaan yang datangnya dari Alex dan Liza untuk mencairkan suasana.
Suasana kantin tampak kembali riuh seperti sediakala.
Dimeja yang lainnya, Angga sedang menatap Alis dan Alex dengan sangat dalam. Ia merasa heran dengan keberadaan Alis yang tidak biasanya berkumpul dikantin seperti ini untuk makan.
Angga mengedarkan pandangannya menatap keseliling kantin untuk melihat keberadaan Jessica, tetapi nihil. Angga bernapas lega setelahnya, karena tidak akan ada lagi keributan yang akan terjadi seperti hari kemarin.
"Angga, apa yang kamu lihat?" tanya Nando yang memperhatikan Angga.
"Jessica Ndo, dia tidak terlihat."
"Dia sudah keluar setelah melihat keberadaan Alis," jawab Nando melihat arah pandang Angga yang menatap Alis.
"Oh!" Angga hanya berohria saja.
Mereka terlihat sudah selesai dengan makannya, mereka keluar kantin untuk menuju kearah bawah pohon durian yang berada di samping lapangan basket
Alis terlihat sudah keluar kantin bersama Liza dan Alex. Ia berjalan terlebih dahulu untuk menuju kearah kelasnya. Namun saat ditengah jalan, ia berpapasan dengan Jessica yang mencegat langkahnya. Jessica menatap Alis dengan kemarahannya dan tatapan kesal.
Alis tampak terlihat tenang. Ia menatap Jessica dengan tatapan mengintimidasinya.
"Eh kamu, gadis miskin. Tak tau malu, tidak pantas bersekolah disini. Apalagi dekat-dekat dengan cowok populer disekolah ini. Kamu itu hanya sampah disini." Jessica mendorong bahu Alis hingga Alis tampak terdorong kebelakang hampir terjerembab kalau saja ia tidak menahannya.
"Satu lagi, kamu itu pembuat masalah bagiku. Jadi, kamu akan merasa tidak betah bersekolah disini dan juga akan menyesal karena telah menentangku." desis Jessica persis ditelinga Alis.
"Kau tidak mengenal siapa aku, jadi kuharap kamu akan menarik kata-katamu tersebut," kata Alis dengan tenang.
Jessica tampak geram dan berlalu dari hadapan Alis. Ia mengepalkan tangannya dan terdengar gemeletukan rahangnya. Ia merasa sangat membenci gadis miskin itu karena telah menentangnya.
Kejadian itu tidak luput dari pandangan Angga dan Nando. Angga tampak menggelengkan kepalanya setelah melihat sikap Jessica yang tampak sangat keras kepala dan mengindahkan nasehatnya kemarin.
"Lis, kamu tidak kenapa-kenapakan?" tanya Liza sambil menatap keseluruh tubuh Alis.
Alis hanya menggelengkan kepalanya dan menghembuskan napasnya gusar.
"Wah hebat kamu Lis! Pendiam, pemalu tapi kamu pemberani!" Alex memuji Alis dengan bertepuk tangan. Ia menatap Alis dengan kagum karena tidak gentar menghadapi Jessica yang terkenal dengan julukan sebagai ratu bully di sekolah. Bahkan ia melihat Alis yang menantang sikap Jessica tersebut. Ia benar-benar mengagumi sosok gadis cantik tersebut.
💦💦💦
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Wildan Hadinata
ayeye soomangatt
2020-06-12
2