Hari ini Angga bermaksud ingin meminta ma'af pada Alis karena sudah berprasangka buruk terhadap Alis. Ia mencari keberadaan Alis dikelasnya, namun tidak ditemukannya. Ia bahkan mendapat desas-desus yang tidak mengenakkan tentang Alis. Angga semakin merasa tidak nyaman. Ia terus memikirkan Alis yang tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Yang ia tahu, Alis adalah gadis yang sangat kuat dan juga pendiam.
Angga berusaha mencari keberadaan Alis keperpustakaan, namun sunyi. Bahkan pepustakaan tampak kosong. Ia betgegas kearah taman, namun tetap juga kosong. Perasaan Angga semakin tidak enak.
Tanpa sengaja ia melihat Al yang berlari kearah rooftop dan disusul dengan teriakan anak-anak kelas 12 ipa1 yang ingin berolahraga. Teriakan yang penuh ketegangan.
Angga menatap keatas, kearah rooftop dan matanya terbelalak. Ia mengenal gadis itu. Alis, gadis yang dicarinya sejak tadi.
Bergegas Angga berlari kearah rooftop, pikirannya benar-benar kalut dan berkecamuk, hingga ia tidak sengaja menabrak siswa yang menghalangi jalannya. Ia benar-benar merasa was-was. Ia tidak ingin terjadi sesuatu pada Alis.
Baru saja ia membuka pintu rooftop, ia tampak kaget dengan apa yang dilihatnya, tidak sesuai dengan bayngannya. Ia bernapas lega, Angga segera bersembunyi dibalik tembok yang ada dibelakang mereka.
Angga memejamkan matanya dan menyarik napasnya dengan perlahan, untuk menghilangkan rasa sesak didadanya. Ia merasa kecewa karena bukan ia yang berada diposisi Al saat ini.
Angga menyandarkan kepalanya pada tembok rooftop dan menggenggam erat tangannya. Ia kembali teringat dengan teman-teman sekelas Alis yang menghina Alis dihadapannya.
"Ini pasti ulah Jessica." Al bergumam dengan menggertakan giginya.
Angga segera berlalu kebawah saat Al dan ketiga sahabatnya sudah keluar terlebih dahulu dari rooftop. Ia bermaksud ingin mendatangi Alis dan menyusulnya, namun Ando mencegahnya. Ando menceritakan tentang semua kekacauan pagi ini disekolah dan dalang dibalik semua masalah ini.
Angga tampak marah dan ia menggenggam tangannya erat hingga buku jarinya memutih. Terdengar gemeletuk gigi Angga yang saling beradu. Bahkan pandangannya begitu tajam, siapapun yang menatapnya akan bergidik ngeri.
Angga bermaksud ingin menggebrak Jessica, namun urung setelah ia melihat keberadaan Alis ditaman belakang sekolah. Namun ia kembali kecewa karena Al sudah terlebih dahulu menghampirinya.
💦💦💦
Pletak.
"Aww...," Alis meringis sambil menggosok dahinya yang terasa sakit karena ada sesuatu yang menyentilnya. Alis membuka matanya dan ia melotot menatap Al yang berdiri tepat dihadapannya dengan tersenyum.
Alis menatap kesekelilingnya, ia merasa terganggu sekarang dengan keberadaan Al disini. Setelah kejadian di rooftop tadi, Alis berjalan menuju kearah taman belakang sekolah. Ia duduk dan bersandar pada sebatang pohon ketapang yang besar, Alis memejamkan matanya sejenak. Namun sekarang ia dikejutkan dengan keberadaan Al.
"Kenapa lagi dengan dirimu?" Al bertanya kepada Alis sambil mendudukkan dirinya tepat disamping Alis.
Alis mengangkat kedua belah bahunya dan ia mulai membuka bukunya. Ia tidak perduli dengan keberadaan Al disampingnya. Alis mulai tenggelam dengan dunia bacaannya.
Al yang melihat semua itu hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. Entah apa yang membuatnya mengikuti perempuan ini. Rasa khawatirkah? Benak Al terus bertanya-tanya.
Al menatap Alis yang hanya fokus dengan objek bacaannya. Ia tampak heran dengan Alis, karena gadis ini tidak seperti gadis yang lainnya. Ia sangat menyukai buku bisnis dibandingkan dengan buku novel ataupun komik. Benar-benar lucu pikir Al. Ia terkekeh sesaat dengan pemikirannya tersebut sambil tetap memperhatikan Alis. Dan ia memejamkan matanya saat Alis menatap kearahnya.
Al merasakan kedamaian saat bersama Alis, walaupun tanpa bicara. Ia kembali membuka matanya dan menatap Alis yang tidak berubah dengan posisi duduknya.
"Lis, terima kasih banyak karena kamu sudah menolongku waktu itu." Al menatap Alis yang fokus dengan bukunya.
Alis menoleh kearah Al, dahinya tampak berkerut. Ia bingung dengan arah pembicaraan Al. Ia berusaha mengingat-ingat semuanya, tetapi nihil. Ia menatap Al dengan penuh tanya.
"Belum ingat atau sudah lupa?" tanya Al yang memperhatikan kebingungan Alis.
Alis hanya mengedikkan bahunya dan kembali menatap kearah bukunya.
"Kamu memang tulus, bahkan pertolonganmu padaku waktu itu sudah kamu lupakan. Mungkin bagimu, itu tidak seberapa. Tapi bagiku, itu luar biasa." Al menatap kedalam mata Alis yang juga menatapnya. Ia tersenyum dan menepuk-nepuk bahu Alis.
Alis mengalihkan pandangannya kearah lain. Ia sungguh tidak sanggup melihat senyum Al yang secerah matahari. Namun, tanpa sengaja matanya beradu pandang dengan mata seseorang yang menatapnya dengan sendu.
Al berdiri dan berlalu dari sana meninggalkan Alis yang hanya diam dan kembali menatap buku bacaannya.
💦💦💦
Angga menatap sendu kearah Alis, ia melihat keakraban mereka. Bukan, lebih tepatnya Al yang mengakrabkan dirinya pada Alis. Angga kembali kecewa dan ia berlalu pergi darisana. Al terlihat begitu perduli dengan Alis, itulah yang terus mengisi benak Angga.
Ia berjalan kearah kantin. Bel pertanda istirahat sudah berbunyi dari 4 menit yang lalu.
Ia berpapasan dengan Liza yang terlihat sangat khawatir. Sesekali terlihat Liza yang menggumam tidak jelas. Namun Angga tidak perduli dengan semua itu. Ia tetap meneruskan langkahnya menuju kearah kantin.
Jessica berjalan kaki dengan langkah santai, sesekali ia tersenyum senang saat mengetahui Alis yang ingin bunuh diri. Angga yang melihat semua itu bergegas menarik Jessica kearah taman depan sekolah mereka.
"Apa-apaan Angga, kamu ini main tarik-tarik saja." Kata Jessica sambil meronta melepaskan pergelangan tangannya yang digenggam oleh Angga. Jessica tampak kesal dengan sikap Angga yang menyeretnya.
"Kamu yang apa-apaan." Angga menatap Jessica tajam. "Tolong kamu jelaskan kekacauan pagi tadi." Angga berkata dengan suara rendah.
Jessica tampak pucat menatap kemarahan Angga terhadapnya. "Tapi itu benar Angga, aku melihatnya sendiri. Gadis miskin itu naik mobil dengan pria kaya. Apalagi coba, kalau bukan gadis panggilan." Kata Jessica masih melakukan pembelaan diri.
"Kamu itu ya Jess, sudah aku bilang jangan ganggu Alis!" Angga membentak Jessica.
Jessica tampak terperanjat dengan bentakan Angga. Ia menggenggam kuat tangannya. Ia benar- benar benci dengan sosok Alis.
Dia itu tidak seperti yang kamu tuduhkan Jess,' sambung Angga setelah melihat keterdiaman Jessica.
"Ah__ udah sana, aku tidak perduli!" Jessica tampak marah dengan matanya yang memerah. Ia begitu kecewa mendengar respon Angga yang malah membela gadis miskin itu.
"Kamu akan menyesal Jess kalau sudah tahu siapa sebenarnya Alis!" Angga menekankan kata menyesal ia berlalu dari hadapan Jessica dengan marah.
"Apaan sih." Gumam Jessica sambil menatap kepergian Angga. Jessica menghentakkan kakinya kesal karena Angga yang selalu merubah moodnya. Dan selalu membela gadis miskin itu.
Jessica tampak menyeringai senang setelah mendengar kabar tentang Alis yang ingin bunuh diri. "Gadis miskin itu ternyata tidak sekuat yang terlihat."
Jessica melenggangkan dirinya menuju kearah kantin. Ia melihat Al yang berjalan sendirian. Bergegas Jessica menghampirinya dan tersenyum kearah Al. Namun ia sangat kesal karena Al yang tidak memperdulikannya.
"Ehem, kamu mau kekantin?" tanya Jessica.
Al menyeringitkan dahinya dan menatap Jessica yang menatapnya dan berjalanbersisian dengannya. Ia menunjuk pada dirinya sendiri.
Jessica kembali tersenyum dan menganggukan kepalanya.
Al menganggukan kepalanya
💦💦💦
"Alis, kamu kemana saja? Dari tadi aku cari-cari." Liza menghampiri Alis yang duduk seorang diri ditaman belakang sekolah.
Alis menatap kearah Liza yang menghampirinya dan kembali menatap bukunya.
"Kalau ditanya itu dijawab Lis, jangan didiamkan seperti ini." Kesal Liza yang melihat Alis hanya sibuk dengan buku bacaannya.
Alis menghela napasnya dan menatap kearah Liza dengan senyum tipisnya. "Aku disini saja Za sejak tadi, bosan dikelas. Mereka seolah memandangku rendah." Alis menatap Liza yang tampak heran dengan dirinya.
"Biasanya juga, kamu tidak perduli dengan hal apapun Lis. Bahkan orang yang loncat ingin bunuh diri didepanmu pun, kamu tetap tidak perduli." Liza berkata dengan acuh.
Berbeda dengan Alis, ia tampak mengerutkan dahinya mendengar kata-kata Liza barusan. "Sialan" desis Alis.
Liza tampak terkekeh mendengar umpatan Alis. Akhirnya ia termakan juga. Namun ia mendadak diam dan menatap Alis dengan tajam. "Lalu, berita itu, benar atau tidak?" tanya Liza dengan menatap serius kearah Alis.
"Itu hanya salah paham. Aku tidak selemah itu, tidak seprustasi itu." Alis menatap balik kearah Liza yang menatap kedalam matanya. Alis menganggukkan kepalanya meyakinkan.
Liza langsung memeluk Alis, ia sudah menduga bahwa berita itu hanya kesalahpahaman saja. Karena ia sangat mengenal Alis. Alis hanya diam mendapat pelukan tiba-tiba dari Liza.
"Udah, kita kekelas yuk. Kamu tadi juga boloskan. Jadinya ketinggalan pelajaran." Liza tersenyum menatap Alis.
Alis mengangguk dan tersenyum tipis kearah Liza. Ia sangat menyayangi sahabatnya ini, karena hanya dia, orang yang dipunyainya saat ini. Yang berharga dalam hidupnya.
Mereka kembali kekelas masih dengan pandangan semua siswa yang menatap Alis dengan mencemooh dan sekaligus dengan tatapan prihatin.
"Alis, kamu tidak apa-apakan?" tiba-tiba Alex sudah berada didepan mereka. Ia menatap kearah Alis dengan pandangan khawatirnya.
Liza memutar bola matanya. Ia merasa jengah melihat sikap Alex yang sedikit berlebihan.
"Seperti yang kamu lihat." jawab Alis sambil menatap Alex.
Alex tampak bernapas lega, ia tersenyum dan mengacak rambut Alis.
"Jangan sedih ya, masih ada aku. Kalau kamu ada apa-apa, langsung cerita ke aku." Alex kembali tersenyum manis kearah Alis.
Alis mengalihkan pandangannya menghindari senyum manis Alex. Alis menganggukan kepalanya saja.
"Udah sana. Kami mau kekelas." Liza tampak mengusir Alex. Sedangkan Alex yang paham dengan maksud Liza pun segera berlalu. Ia kembali tersenyum kearah Alis, yang hanya dibalas Alis dengan anggukan samar.
Alis dan Liza kembali melanjutkan langkah mereka. Kali ini Alis benar-benar jengah karena ia terus sajamenjadi pusat perhatian oleh mereka yang berlalu lalang dikoridor sekolah.
"Lis, kamu dipanggil kekantor. Untuk menghadap kepala sekolah." kata Riswan.
Alis menatap Liza yang terlihat khawatir namun Alis hanya memberikan senyum tipis yang menenangkan Liza.
"Mungkin masalah ini harus kamu yang menyelesaikan Lis," kata Liza menatap kearah Alis.
"Menunggu waktu yang tepat." Sahut Alis dan berlalu menuju kearah kantor.
💦💦💦
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments