Halaman sekolah terlihat sangat ramai bahkan tidak seperti biasanya. Banyak dari siswa-siswi yang tampak heboh membicarakan sesuatu yang menurut mereka sesuatu yang sedang viral dan terupdate.
Alis berjalan memasuki halaman sekolah. Ia menenteng sebuah buku ditangannya dan tidak memperdulikan suasana ramai disekelilingnya. Seluruh mata menatap kearahnya dengan mencemooh dan beberapa yang lainnya tampak berbisik-bisik sambil terang-terangan menunjuk kearah Alis. Namun Alis tetap tidak menghiraukannya.
"Alis! gawat, Lis!" kata Alex yang menghampiri Alis dengan napas yang terlihat naik turun dan tidak beraturan.
Alis menghentikan langkahnya dan menyorot kearah Alex yang tampak pucat dengan sorotan bertanya, ia mengedarkan pandangannya kesekelilingnya. Alis tampak heran, kali ini ia menjadi pusat perhatian seluruh siswa-siswi yang ada disana. Ia baru menyadarinya.
Alex menarik tangan Alis yang terlihat sangat lambat merespon ucapannya. Semua mata mengikuti pergerakan Alis dan Alex. Beberapa diantaranya tampak bergidik jijik dan beberapa lagi terlihat menghujatnya. Alis semakin heran dengan tingkah semua orang hari ini. Atau memang setiap hari seperti ini, namun karena ia memang sangat jarang memperhatikan situasi, jadinya ia baru menyadarinya sekarang. Mungkin.
"Lis, coba kamu lihat dipapan pengumuman itu," tunjuk Alex pada mading sekolah. Sejak tadi Alex menatap Alis yang hanya mengerutkan dahinya bingung atau hanya memandangi siswa-siswi lain yang menggunjingnya. Ia sepertinya merespon lambat apa yang sudah diucapkan oleh Alex.
Alis memutar kepalanya kearah mading, ia ingin tahu apa penyebab semua ini. Matanya menajam saat melihat selembar kertas dan foto yang tertempel disana. Ia menatap kesekelilingnya dengan pandangan mata yang tajam dan mengitimidasi. Tatapan dingin yang dapat membuat lawannya tidak dapat berkutik. Semua orang tampak bungkam namun masih menatap Alis dengan pandangan mencemooh.
"Siapa yang berani menulis ini hah!!?" Bukan Alis yang menghardik tapi Liza yang baru saja datang, ia tampak sangat marah. Dengan gerakan kasar ia merobek kertas tersebut dan juga mencopot foto tersebut, matanya beralih menatap semua orang yang ada disana.
"Siapa!? Jawab!!!" teriak Liza dengan lantang karena semua orang hanya diam saja.
Tadinya Liza begitu terkejut saat sampai di halaman sekolah, ia mendengar desas-desus yang menghina harga diri Alis, bahkan merendahkan derajatnya. Ia yang mengenal Alis lebih dari siapapun merasa geram dengan berita palsu tersebut. Apalagi setelah melihat foto dan kertas yang tertempel di mading sekolah, seolah memperlihatkan sikap Alis yang rusak dan tidak bermoral.
"Za, sudah deh, tidak perlu diperpanjang, nanti bakalan rusuh. Lagi pula, mereka yang ada disini juga sepertinya tidak mengetahuinya," ucap Alex yang berusaha menenangkan Liza yang sudah tampak ingin mengamuk.
"Tapi ini tuh sudah melewati batas Lex, tindakan apa yang bakalan diambil oleh pihak sekolah pada Alis setelah mereka mengetahui berita bohong ini, Lex! Bahkan kemungkinan Alis akan dikeluarkan dari sekolah karena berita palsu ini. Sedangkan si pembuat berita malah bersenang-senang berkeliaran diluar sana." Liza melotot kearah Alex yang menurutnya terlalu menyepelekan masalah ini.
"Tapi sekolah kita tidak akan mengambil kesimpulan yang terlalu cepat tanpa melihat kebenarannya. Mereka pasti akan menyeledikinya terlebih dahulu. Dan kemungkinan kita yang akan menjadi saksinya nanti kalau memang diperlukan. Kita juga harus berpikir dingin Za." Alex tampak menbantah.
"Kekelas sekarang!" Alis mendesis dengan suara rendah. Ia terlihat gusar dengan sang pembuat onar yang sungguh keterlaluan, bahkan sudah mencoreng nama baik Alis dengan menyebutnya sebagai gadis panggilan. Dan sebuah foto dimana Alis yang tampak sedang dirangkul oleh seorang lelaki. Alis mengenali lelaki tersebut, lelaki yang selalu bersama dengannya, Januar.
Liza yang ingin membuka mulut tampak urung setelah mendengar desisan rendah Alis. Ia tahu, kalau Alis sedang menahan emosinya. Alex menatap Liza dengan dingin.
"Lis, kamu harus bertindak. Jangan diam saja, ini sudah keterlaluan Lis. Kamu difitnah seperti ini dan ini termasuk pencemaran nama baik." Panjang lebar Liza menjelaskan dan membujuk Alis.
Alis hanya diam dan melangkah kedalam kelas bersama Liza. Ia terlihat tenang seolah masalah tersebut tidak pernah terjadi. Ia akan bertindak tapi bukan sekarang, karena ia ingin menunggu beberapa hari kedepan. Mungkin ingin memberi kejutan untuk semua orang.
"Alis, apa benar gosip yang beredar dan juga pengumuman dimading sekolah itu, kalau kamu wanita panggilan?" Dewi langsung menyerbu Alis saat Alis baru saja menduduki bangkunya.
"Iya Lis, jangan membuat malu sekolah dong, apalagi kelas ini. Kami tidak mau kelas ini tercemar oleh perempuan kotor dan hina seperti itu!" Indah ikut menimpali.
"Ternyata, diam-diam kamu begitu Lis. Di sekolah gayamu sok pintar, dibalik diammu ternyata kamu sangat hina, Lis." Kata Rina ikut menghina Alis tanpa mendengarkan pembelaan Alis sama sekali.
"Dasar wanita panggilan." Yang lain ikut mencemooh dengan menatap Alis jijik.
Liza tampak sangat marah mendengarnya, asap seolah-olah mengepul dari ubun-ubunnya, ia geram dengan tingkah teman-temannya yang malah ikut-ikutan mempercayai gosip yang nyatanya tidak benar tersebut.
"Cukup! Diam kalian! Tutup mulut kalian !" tunjuk Liza pada teman sekelasnya dengan marah. "Kalau tidak tahu masalahnya, tidak usah ikut campur!" Liza menatap seluruh teman-temannya dengan mata berkilat marah.
Liza begitu prihatin melihat Alis yang sekarang. Ia tahu seperti apa kesakitan yang pernah dilewati Alis dulu hingga menjadi Alis yang sangat pendiam dan menghindari kontak dengan banyak orang. Tidak ada yang tahu perjuangan panjang Alis untuk menerima trauma dimasa lalunya.
Begitupun dengan Alis yang mendengar semua omong kosong itu juga tampak marah. Namun ia berusaha untuk tetap tenang. Ia menggenggam buku bacaannya dengan cukup kuat, hingga bukunya sedikit sobek, benaknya kembali teringat dengan masa lalunya karena selalu diolok dan direndahkan. Ia tidak mau mengalami hal seperti itu lagi. Ia tidak mau semua itu kembali terulang.
Alis berdiri dan berjalan keluar kelas. Ia tidak memperdulikan teriakan Liza, bahkan ia tidak menghiraukan bel tanda kelas dimulai. Alis berlari menuju rooftop sekolah dan melewati beberapa siswa yang menatapnya jijik. Buku yang dipegangnya semakin tak berbentuk karena digenggamnya dengan sangat kuat dan diremasnya berulang-ulang tanpa ia sadari.
Sesampainya di rooftop, Alis menatap kearah bawah. Ia berdiri ditepian lantai rooftop. Ingin rasanya ia menangis, ingin berteriak tetapi tidak mampu. Ia benar-benar lemah saat ini. Ia merasa berada dititik level terendah. Alis teringat dengan kakaknya, ia sangat merindukannya. Ia ingin merasakan pelukan hangat itu lagi. Alis tidak menyadari keberadaan seseorang yang melihatnya dari bawah dengan raut wajah terkejut.
💦💦💦
Al baru saja mengambil peralatan olahraga dari gudang. Ia bermaksud ketoilet sebentar. Al menyugar rambutnya dengan jari dan menatap kearah atas. Tanpa sengaja matanya menatap seorang perempuan yang berdiri ditepi rooftop. Ia begitu kaget melihat posisi perempuan itu yang sangat dekat dengan tepian rooftop, bahkan hanya sekali langkah saja maka akan jatuh, perempuan itu juga terlihat putus asa.
Dengan langkah cepat Al berlari menuju tangga rooftop. Ia tidak menghiraukan teriakan Irfan dan Andra yang memanggilnya. Jantung Al berdetak dengan kencang, ia takut terlambat menyelamatkan gadis tersebut. Ia benar-benar takut kalau yang ia bayangkan akan benar-benar terjadi.
Saat Al membuka pintu rooftop, ia lebih terkejut lagi dengan seluit gadis tersebut. Ia mengenalnya, gadis yang menolongnya waktu itu, gadis yang perlahan menyusup dalam benaknya dan gadis yang membuat sisi hatinya menghangat.
Grebb...
Dengan sekali sentak Al menarik Alis ketengah rooftop dan membawanya kedalam pelukannya. Ia merasakan badan gadis yang tampak menegang didalam pelukannya.
Alis terkejut dengan semua itu bahkan ia mendengar teriakan senang dari bawah. Ia bingung dengan semua yang baru saja terjadi. Sekuat tenaga ia meronta-ronta ingin melepaskan dirinya dari dalam pelukan seseorang yang tidak diketahuinya.
Namun Al semakin mempererat pelukannya. Ia takut kalau gadis ini akan semakin nekat melakukan aksinya. Hati Al berdenyut sakit saat membayangkan semua itu.
"Kamu tidak perlu putus asa seperti ini, masalah akan selesai kalau kamu mencari solusinya. Jangan seperti ini, lari dari masalah dengan berpikir bunuh diri." Al menggertak marah sambil membelai rambut Alis. Ia menatap wajah Alis yang tampak pucat dan kaku dari arah samping.
Ketegaran Alis runtuh, topengnya terbuka. Perlahan Alis meneteskan setetes air matanya. Ia hanya diam meresapi pelukan ini. Pelukan hangat yang menenangkan bahkan lebih hangat dari milik kakaknya. Pelukan yang tadinya sangat didambanya. Ia benar-benar merindukan kakaknya.
"Menangislah, jangan kamu pura-pura kuat hanya untuk menutupi jiwa rapuhmu." Al semakin mempererat pelukannya saat merasakan pergerakan Alis yang melemah dan bergetar, ia membelai rambut Alis dengan lembut.
Alis merasa tenang dan ia melepaskan pelukan Al, ia menatap Al.
"Terima kasih," gumam Alis. Ia merasa malu dan menundukkan kepalanya.
"Kalau kamu punya masalah, kamu bisa membaginya dengan seseorang yang tepat. Jangan putus asa, apalagi berpikir ingin bunuh diri. Bahkan kalau kamu mau, kamu bisa membaginya denganku. Jangan dipendam sendirian, karena itu akan menjadi beban dan menekan jiwamu. Jadi, berpikirlah positif dan buka matamu, masih banyak orang yang perduli padamu yang berada disekelilingmu," ucap Al sungguh-sungguh dengan menatap Alis sangat dalam.
Alis mengernyit heran mendengar ucapan Al barusan, ia berpikir sejenak dan kembali menatap Al dengan sorot tak terbaca.
"Tidak ada yang ingin bunuh diri disini. Aku hanya ingin menikmati pemandangan disini," kata Alis sambil menatap bukunya yang tergeletak dilantai dan tidak jauh dari kaki Al berpijak.
Al tampak melongo mendengar penuturan Alis. Ia menatap kedalam bola mata Alis untuk mencari kebenaran disana. Namun tidak ada kebohongan sama sekali yang dilihatnya. Namun ia tetap tidak mudah percaya, gadis ini tidak bisa dibaca bahkan ia bisa menempatkan suasana santai padahal masalahnya sangat besar. Dia terlalu pandai memainkan ekspresinya.
Al menggaruk kepalanya beberapa kali. Kemudian berjongkok mengambil buku yang tergeletak disamping kakinya.
"Bisnis?" ucap Al saat membaca sampul buku milik Alis. Ia menatap heran kearah Alis, kemudian kembali menatap buku yang masih dipegangnya.
"Terima kasih untuk semuanya." Alis mengambil bukunya dan berlalu dari hadapan Al. Ia melangkah menjauh untuk menuju kearah pintu rooftop.
Al menatap kepergian Alis dengan sorot lembutnya, tangannya meraba dadanya yang berdetak kencang. Ini merupakan yang pertama kalinya ia refleks memeluk seorang perempuan. Dengan gerakan santai ia duduk pada bangku yang terdapat disana. Ia mengusap wajahnya gusar karena sudah salah paham dengan semua ini. Itu semua terjadi karena ia mendengar gosip tentang Alis, yang sudah menyebar keseantero sekolah. Ia pikir gadis itu merasa putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya karena tidak tahan dengan romur tersebut.
"Salahkan saja gosipnya," gumam Al kembali menatap kearah pintu rooftop. Ia menarik napasnya untuk meminimalisir rasa malunya.
"Al, kamu tidak apa-apakan?" tanya Aldo yang sudah menghampiri Al yang menatap kearah mereka. Ia.datang tidak sendiri, namun bersama kedua sahabatnya yang lain.
Al menganggukan kepalanya dan menyugar rambutnya. Ia menarik napasnya kuat dan menghembuskannya kembali.
"Jadi, benar?" tanya Andra menatap kearah Al.
"Apa?" tanya balik Al karena merasa ambigu dengan pertanyaan Andra yang hanya sepotong.
"Alis ingin bunuh diri karena gosip yang menyebar itu?" tanya Andra lagi.
"Aku juga tidak tahu, tapi yang jelas Alis adalah sosok rapuh yang berlindung dibalik sifat acuhnya," jawab Al sambil menatap sahabatnya.
"Lalu, gosip itu? Apa benar?" tanya Irfan.
Al tampak berpikir dan menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu Fan, dan aku tidak mungkin menanyakannya pada saat jiwanya sedikit terguncang. Bisa-bisa dia loncat beneran lagi," seloroh Al sambil terkekeh.
Mereka hanya diam dengan pemikiran masing-masing. Tanpa menyadari seseorang yang tanpa sengaja menguping pembicaraan mereka.
💦💦💦
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
🇮🇩Imelda🇰🇷
yg bener rumor apa romur sih Thor 🤭
2020-10-17
1
🐱🐈 Khairunnisa 🐈🐶
Thor mungkin beLum banyak yg menemukan noveLmu hingga Like,y bLm banyak....
2020-06-16
4
Wildan Hadinata
hahha salah paham rupanya tapi Al menang banyak karena memeluk gadis balok
2020-06-06
3