empat belas

Seorang pria bersiul tanpa suara, tubuh kekarnya terbalut kain tipis berwarna hitam gelap. Sekawanan pria dengan pakaian sama pun berjalan mendekati arah siulan itu.

"Hati-hati, aku yakin mereka bukan rakyat biasa" bisiknya lirih.

Yang lain mengganguk kepalanya pelan, tanpa suara dan kondisi mata mereka sekarang menatap satu arah yang sama.

....

Drago merejabkan matanya pelan kemudian menatap Phoenik yang tengah terlelap disamping kanannya dengan bantal guling sebagai batas.

"Shitt.. aku merasakan sesuatu yang datang dan mengincar tuan" gumamnya lirih saat insting tajamnya merasakan suatu mara bahaya yang akan datang menghampiri.

Dehggg..

Jantungnya bergetar keras, kilasan bayangan menghampirinya.

"Shittt.. aku tak boleh membiarkan ini terjadi" geramnya mencoba menelisik kilasan bayangan itu.

"Phoenik bangun..!!" teriak drago keras, sayangnya tak ada gerakan yang menandakan keterbangunan phoenik.

"Sungguh menyebalkan" drago beranjak keluar dari kamar penginapan. Ia tak peduli jika harus menyerang mareka sandiri, dan ia terlalu malas membangun burung yang tengah tertidur itu.

Drago kini mulai bergerak, kakinya berjalan cepat tanpa suara mencari tempat musuh itu mengintai.

"Itu dia..." drago tersenyum miring menatap puluhan sosok hitam didepan matanya.

"Seperti ada yang menemukan keberadaan  kita" lirih sosok hitam itu. Ia merasakan ada yang datang, namun aura yang dirasakan sangat tipis dan tersamar dengan keadaan angin malam yang gelap.

"Aku tak merasakannya, sama sekali" balas sosok lainnya lirih.

"Kurasa itu hanya perasaanmu saja"

"Emm.. tapi.."

"Sudah jangan diperpanjang, lebih baik kita fokus pada target" potong sosok pemimpin yang sedari tadi diam menyimak.

"Baiklah" sosok itu mengalah, ia sudah tak menghiraukan aura kedatangan yang datang dan pergi begitu saja.

"Ternyata  hanya satu yang tahu keberaanku," gumam drago lirih.

"Sungguh bosan menunggu mereka bergerak terlebih dahulu" drago menguap pelan dan menutupnya dengan tangan. Tapi tanpa sengaja tangannya menyentuh ranting, ah salah lebih tepatnya membuat ranting kayu yang awalnya tersambung menjadi patah dan menimbulkan suara.

"Krekktekk.."

Semua mata menatap arah ranting jatuh.

"Biar aku yang mengeceknya" seru salah satu dari mereka yang paling dekat dengan pohon itu.

"Bagaimana??"

"Deggh..

"Deggh..

Jantung drago bergetar keras, rasa gugup menyerang dan tanganya mencoba menutup mulutnya itu.

"Aku tak boleh ketahuan untuk saat ini.." batin Drago memejamkan matanya.

"Heii.. kalian mau apa disana?!" Teriak seseorang dari arah belakang.

Seketika semua membalikan arah matanya.

"Apa??" Tanya sosok berhanfu putih itu menaikan sebelah alisnya bingung dengan ekspresi yang diciptakan para sosok hitam itu.

"Cihh.. bukankah ia salah satu target kita" balas sosok hitam itu menatap nyalang sosok lain yang ada dihadapannya.

"Ehh.. kalian mau apa?" Tanya sosok itu merejab-rejabkan matanya saat melihat sosok hitam mulai berlari membawa berbagai macam senjata itu kearahnya.

Kra*ss...

Suara goresan pedang terdengar nyaring membuat sebuah  tubuh terbelah menjadi dua bagian hingga mengalirkan darah kesegala arah.

"Shitt.. suara itu?!" Batin Drago kemudian keluar dari balik pohon dan menatap sosok gadis cantik yang tengah berdiri dengan ceceran darah dihanfu putihnya.

"hai Dragoo.." pekik keras gadis itu seraya menangkis semua serangan lawan.

"Sungguh??" Cetus Drago menatap depannya malas. Ia kira darah itu berasal dari tuannya ternyata.. ah seharusnya ia tak perlu mengkhawatirkan tuanya itu.

"Heii , kenapa tadi bersembunyi??" Tanya gadis itu sambil memberi bermacam- macam serangan kepada lawan yang sedari tadi sangat haus darahnya.

"Dugghh

Pukulan keras ia daratkan ke salah satu wajah yang mengepungnya dan siapa sangka tubuh yang terkena pukulan itu sangat lemah dan memiliki kapasitas mana yang kecil. Sehingga Membuat wajah itu hancur diikuti dengan hancurnya setengah bagian atas tubuh bagian lainnya.

"Maaf, seharusnya ini kuarahkan ke orang yang lebih kuat dan mampuh menahannya.." gumam gadis itu tersenyum manis. Menatap puing tubuh yang hancur didepan matanya.

"Shitt.. dugaanku benar.." batin pemimpin sekawanan itu dalam keadaan menghindar.

"Heii kak drago, gk mau bantu nih??!"

Drago masih terdiam, ia masih kesal dengan ucapan gadis itu. Sungguh bila tahu gitu ia tak akan bersembunyi dan akan menyerang terang-terangan.

Krass...

Dughhh..

Brakkk..

Krass...

Suara itu berlansung menghilangkan sunyinya malam. Dan memberi warna merah disetiap tanah maupun pohon disekitarnya.

"Sungguh ini lumayan membosankan.." cetus gadis itu setelah membasmi hama menggunakan senjata yang mereka pakai sendiri, bahkan ia sama sekali tak menggunakan kekuatan mana nya.

"Tuan, masih ada dua orang yang tersisah.." ujar drago menunjukan tempat persembunyian meraka dengan mengerakan dagunya pelan.

"Uhhh.." gadis itu mengerucutkan bibirnya. "Aku sudah mati bosan menangkis dan membalikan serangan hama pada mereka sendiri, jadi kuserahkan yang dua itu untukmu. Jangan lupa cari tahu pengirim hama itu."

"Hemm.. terserah.." balas drago datar dan mendekati tempat yang ia tunjuk.

"Lain kali jangan berteriak kencang saat membangunkan phoenik!! Cabut aja bulunya!" Pekik gadis itu sebelum menghilang dari pandangan.

"Ternyata tuan mendengar teriakan, kukira dia tak akan bangun dengan teriakan ku." Gumam drago sambil mengingat kejadian yang pernah terjadi.

"Hei, aku bukan kebo yang sulit dibangunkan. Aku mudah dibangunkan hanya saja malas untuk beranjak jika masih ngantuk." Balas gadis itu melayang diotaknya.

Drago hanya memutar mata malas, bukannya itu sama saja.

........

Gadis itu berjalan menuju kamar penginapan yang telah ia sewa.

"Huftt.. sungguh menjijikan.." cetusnya seraya menatap hanfu putihnya yang telah berubah warna. Hal itu disebabkan oleh darah-darah yang berceceran dan mengenai kain yang ia pakai. Bahkan darah itu kini telah mengering menjadi kehitam-hitaman.

"Lebih baik aku segerah membersihkan diri" gadis itu pun berjalan kearah kamar mandi dan melepas satu persatu kain itu hingga tersisa kain dasar.

Sterrttss..

Sebuah api berwarna hitam berkobar jari telunjuknya. Tanpa banyak bicara ia membakar kain itu.

Setelah semua kain itu habis terbakar, api pun mulai menghilang sendirinya.

Gadis itu mulai memakai kain baru, setelah selesai ia pun segerah keluar dan merebahkan tubuhnya disisi lain. Matanya menatap anak laki-laki yang masih terlelap.

"Kau benar-benar mirip vampire, sungguh kukira aku tak pernah menemukan makhluk mitos itu." Gumamnya mengelus surai putih milik anak laki-laki itu.

.......

"Sial.." pekik Cian kesal menatap kumbangan darah yang ada didepan matanya.

Rintikan air hujan mulai turun, membuat genangan itu kian meninggi dan mulai memudarkan warna merah.

"Dimana mayat mereka!!" Cian menatap tajam pengawal yang ada disampingnya.

"Mereka telah dihancurkan tanpa sisa" balas pengawal itu menunduk.

"Cihh.. dasar bodoh, membunuh kutu saja tak mampu.." kesalnya menghetakan kaki dan berjalan menembus ratusan rintik hujan begitu saja.

"Siapkan yang lebih kuat untuk mereka!!"

"Baik nona.."

......

.

.

............                                      .

........                 🙋‍♀️                    ..

....         bersambung             ....

..    salam dari Author    ........

.                                         ...........

Terpopuler

Comments

Ririn

Ririn

cari mati tuh jalang

2021-03-07

4

Fitri Ani

Fitri Ani

lanjut

2020-11-26

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!