"Kak Bao.." panggilku membuat Bao yang awalnya fokus dengan rambutku yang ada di tangannya langsung beralih menatapku.
"Ada apa Xiang'er?"
"Emm, Kak. Aku ingin kakak menata rambutku seperti seorang pria pada umumnya," ujarku sembari menatap pantulan diriku di cermin.
"Tapi untuk apa Xiang'er?" tanya Bao menatap bingung ke arahku.
"Aku ingin menyelinap keluar, Kak. Kau tahu kan kalau mataku kini tak bisa melihat dengan jelas. Jadi, aku akan keluar mencari obat untuk mataku ini" jelasku.
"Tapi itu akan berbahaya," seru Bao menatap wajahku penuh kekhawatiran.
'Emm, sepertinya kak Bao tak ingin aku terluka karna kejamnya dunia luar,' batinku.
"Aku tak peduli hal itu. Aku hanya tak ingin mataku menjadi tak berguna," ujarku kekeh.
"Hufftt, baiklah kalau itu mau Xiang'er. Tapi izinkan saya menemani karna di luar sana berbahaya untuk anda," ujar Bao mengalah.
"Hm, baiklah. Kau boleh ikut denganku, kak." izinku seraya menganggukan kepala semangat.
Bao pun segera menyelesaikan tugasnya yaitu menata rambutku. Kemudian, pergi sebentar untuk mengambil hanfu berwarna hitam miliknya dan memberikannya padaku. Dengan bantuannya aku mencoba memakai hanfu itu.
Sekarang dapat kulihat dengan sedikit jelas bagaimana penampilanku. Dan aku puas saat melihat penampilanku sendiri.
"Kak, apa aku sudah tampan?" tanyaku sambil mencoba menampilkan raut wajah sok tegas dengan kedua tangan yang kuselipkan di pinggang. Tak lupa juga membusungkan dadaku ke depan layaknya seorang model baju.
"Anda seorang perempuan, Xiang'er. Jadi, anda terlihat cantik," balas Bao polos yang membuatku langsung cemberut dan menatapnya sebal.
"Terserah!" ketusku lalu berjalan meninggalkannya.
•••
"Kak, apa setiap hari keadaan di kediamanku selalu sepi seperti ini?" Mataku tak henti-hentinya memperhatikan lorong-lorong yang ada di sekitar kediamanku. Tapi yang kudapat hanyalah kesepian, tidak ada pelayan atau prajurit yang berjaga. Bahkan, dapat kulihat bahwa lorong ini seperti lorong yang tak pernah dirawat.
"Benar kata anda. Yang Mulia Kaisar melarang para penghuni istana masuk ke kediaman anda. Bahkan, beliau akan menghukum siapapun yang melanggarnya" jelas Bao lirih.
"Jadi, hanya kau dan aku yang boleh tinggal di sini. Lalu bagaimana dengan saudara-saudaraku yang datang dan menghukumku. Bukankah mereka juga dilarang masuk?" tanyaku lagi. Aku tak terima diperlakukan seperti ini.
"Itulah yang ingin saya tambahkan. Para pelayan atau prajurit bisa masuk ke kediaman ini jika memperoleh izin dari Yang Mulia Kaisar. Dan untuk anggota kerajaan, mereka bisa sesuka hati datang ke kediamanan anda."
"Yang benar saja, ini tidaklah adil," gumamku penuh penekanan.
•••
"Jadi kita akan ke mana?" tanya Bao setelah kami berhasil keluar istana.
"Aku harus pergi menuju hutan seribu satu tingkat lima untuk mendapat air suci dari akar melati hitam," jawabku memberi penjelasan.
"Dari mana anda tahu hal itu?"
"Dari tabib istana yang mengobatiku," balasku singkat. Namun, tak kusangka pernyataanku itu membuat Bao menatapku bingung.
"Anda tidak salah lihat kan?" tanya Bao tak percaya.
"Apanya yang salah, kau kira aku bohong ya? Kenapa kau tak percaya dengan ucapanku?"
"Sungguh sedari awal anda pingsan tidak ada seorang tabib yang berani datang untuk mengobati anda. Bahkan, Yang Mulia Kaisar membari titah kepada penghuni istana untuk tidak mendatangi anda. Karena itulah saya dihukum cambuk," terang Bao menjelaskan hal yang sama sekali tak kuketahui.
"Jadi itu sebabnya kau terluka, kak Bao?" beoku memperjelas ucapanya.
"Iyaa.."
"Lantas siapa tabib wanita itu?" gumamku bingung. "Ahh.. semua itu tak penting."
"Kak, sekarang aku sudah memutuskan kalau aku akan mencari obat itu sambil berpetualang. Sungguh aku sudah sangat menderita saat berada di dalam istana itu dan aku ingin melepaskan semua yang kumiliki. Sebagai gantinya, aku akan menikmati kebebasan," putusku tiba-tiba. Entahlah, aku tak tahu kenapa tiba-tiba memutuskan suatu hal begitu saja. Tapi saat kupikir kembali, keputusanku tidaklah buruk dan aku tak akan menyiakan-nyiakan kesempatan untuk pergi. Suatu saat nanti aku akan kembali untuk menghancurkan mereka perlahan-lahan.
"Jadi, apakah kak Bao ingin ikut denganku?"
Bao yang melihat nonanya hanya tersenyum lalu menjawab, "Tentu, dengan senang hati."
"Baiklah... mari kita berpetualang!" teriakku penuh semangat.
"Ehh, kak. Apa kau tahu tempatnya?" Aku berhenti melangkah dan menghadap ke arah kak Bao.
"Eh... Saya sih pernah mendengarnya tapi tidak tahu di mana tepatnya," Bao menggaruk kepalanya pelan dan kembali berpikir.
"Lalu, bagaimana kita bisa pergi. Sedangkan lokasinya saja tidak tahu ?!" teriakku frustasi dan mengacak-acak rambutku.
•••
"Kak Bao, kenapa kita ke sini?!" gerutuku kesal saat tiba-tiba tanganku diseret Bao hingga berhenti di tempat yang nampak sudah sangat tua. Selain itu, suasana hening yang dipadukan dengan arsitektur cina kuno membuat tempat itu terlihat misterius. Dan sepertinya tempat itu adalah sebuah perpustakaan atau mungkin sebuah toko buku yang sudah berjalan sangat lama.
"Mungkin di sini anda dapat menemukan petujuknya," balas Bao tanpa memperdulikan gerutuanku.
Aku yang masih kesal hanya diam tak menjawab.
"Ayo kita masuk!"
Kami pun memasuki tempat itu dan disambut dengan tatapan dingin seorang wanita tua dengan tongkat kayu yang membatunya berdiri tegak. Aku yang melihatnya bergidik ngeri dengan tatapannya itu.
"Permisi, nek," sapaku gugup dan mencoba ramah.
"Apa yang membuat kalian kesini ?" tanya nenek itu datar.
"Eum, nek, kami hanya mencari petunjuk untuk pergi ke hutan Seribu Satu tingkat 5," jawabku lirih sambil menginjak kaki Bao hingga ia berteriak kesakitan.
"Auuhh!" teriak Bao yang mendapatkan tatapan intimindasi dari sang nenek.
Melihat itu, aku hanya menahan tawa melihat ekspresi Bao yang nampak gugup dengan tatapan itu.
"Apa kita bisa mendapat petunjuk itu ?" Aku memberanikan diri bertanya.
"Ada keperluan apa kalian ke sana ?" balas nenek itu kembali bertanya.
"Apa saya harus menjawab?" balasku tak mau kalah.
"Hahha.. kau pemberani nak," kekehnya tertawa sinis. Sedangkan aku hanya terdiam.
"Baiklah, lagi pula aku sudah tahu alasan kalian ke sini. Jadi, carilah sendiri karna itu bukan urusanku," ucapnya datar kemudian pergi menghilang entah kemana setelah mengantarkan kami ke ruangan yang sepertinya penuh dengan buku-buku yang berserakan.
"Kak Bao, nenek itu sungguh hebat. Dan aku tak akan mau kalah hebat darinya," ujarku sambil mencoba memegang buku-buku itu satu persatu.
"Bagi saya, nenek itu terlihat begitu menakutkan!" Bao bergidik ngeri saat mengingat tatapan tajam nenek itu.
"Tapi mengapa buku-buku ini dibiarkan berserakan ya?"
"Entahlah.."
Lan Xiang berjalan-jalan sambil memperhatikan satu persatu buku yang berserakan. Rata-rata, buku yang ia temukan adalah buku kuno yang entah isinya apa.
Tiba-tiba, Lan Xiang merasakan suatu tarikan yang membuatnya ingin mendekati satu jendela besar tanpa kaca yang ada di ruangan itu. Bao yang melihat itu pun mengikuti langkahnya.
Akan tetapi, tiba-tiba saja mereka merasakan suatu tarikan yang lebih kuat hingga tubuh mereka ikut terseret tarikan itu.
Sang nenek yang melihat itu hanya diam. Salah satu sudut bibirnya tertarik miring membuat seringaian kejam itu terukir di wajah berkerutnya.
............ .
........ 🙋♀️ ..
.... bersambung ....
... salam dari Author .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Wanda Wanda i
penuh misteri
2023-12-09
0
ig: arosee23
Lanjut terus kak sampai tamat😊
2021-03-04
3
pecinta time travel
🤔🤔
2020-11-16
5