"Eunghh..." Lan Xiang terbangun dari posisi tidurnya perlahan. Tangannya memegang kepalanya yang entah kenapa terasa begitu sakit.
"Sial... dimana aku?!" Matanya mencoba menelisik ke segala arah. Namun, yang ditemukannya hanya penampakan pepohonan yang terlihat buram.
'Kak Bao, kamu dimana?' batin Lan Xiang saat menyadari bahwa Bao tidak ada di sekitarnya. Dengan perlahan, ia berdiri tegak dan berjalan menelusuri area sekitar.
Mulut gadis itu tak henti-hentinya meneriakkan nama Bao. Hingga tanpa sadar, hal itu membuat satu sosok penghuni hutan terbangun karena terusik dengan teriakannya.
"Grrreggh... siapa yang berani mengusik tidurku?!" cetus sosok penghuni hutan marah.
"Kak Bao, kau dimana kak?!" tenggorokan Lan Xiang mulai radang, ia merasa sangat haus. Tubuhnya mulai lemas dan mata buramnya membuatnya kesulitan melihat.
BRUKK
"Awhh... sial!" umpat Lan Xiang saat tanpa sadar kakinya menabrak akar besar yang menjalar di depannya. Tubuhnya yang terjatuh langsung bergesekan dengan batu dan tanah hingga mengalirkan darah.
"Kak Bao!" teriaknya kembali dengan suara yang hampir hilang.
Dengan perlahan, Lan Xiang mencoba bangkit lagi. Namun, tubuhnya tak sanggup ia tegakkan hingga tanpa sengaja ia terjatuh di atas tumbuhan merambat. Tumbuhan itu memiliki duri beracun di sekitar batangnya. Hal itu menyebabkan tubuhnya tertusuk duri beracun dari tumbuhan itu.
Dengan perasaan kacau, Lan Xiang menarik tumbuhan merambat itu. Kemudian, tiba-tiba ia mencium aroma bunga melati yang menguar dari tumbuhan itu. Dengan perlahan, ia mencoba mencari akar dari tumbuhan itu.
Lama ia mencarinya, hingga rasa putus asa hinggap di hatinya. Tubuhnya yang terkena racun itu sudah mulai bereaksi. Sedangkan Xiang yang tak tahu apa-apa hanya bisa menahan rasa sakit yang menyerang tubuhnya.
"Ya tuhan ... apa aku harus mati di sini?" lirihnya penuh rasa putus asa.
"Tidak, aku tidak boleh menyerah. Tuhan telah memberiku kesempatan kedua, aku tidak boleh menyerah begitu saja!"
•••
Di sisi lain, terlihat sesosok pria tengah berbaring di atas dedauanan kering yang telah lama jatuh ke tanah. Dan sosok itu tak lain adalah, Tin Bao.
"Awhh ... dimana ini?" Bao bangkit dan mengedarkan pandangannya ke segala penjuru, tapi yang ia temukan hanyalah pepohonan yang tampak menjulang.
"Di mana Xiang'er, Ya Dewa ... apa yang telah terjadi padanya?" gumam Bao dan segera berjalan tanpa arah mencari Lan Xiang.
"Xiang'er, di mana anda?!" teriak Bao dengan lantang. Kakinya terus berjalan ke depan, tapi ia tak kunjung menemukan nonanya.
"Oh... dewa tolong jaga nonaku...," gumam Bao berdoa untuk keselamatan nonanya itu.
Tanpa ia sadari, sesosok penghuni hutan tengah mengawasinya dari jauh. Sosok itu terlihat kecil, namun memiliki gigi yang tampak tajam dan mengerikan.
Sreeekkk...
Suara gesekan semak belukar yang tinggi membuat Bao tersentak dan mulai bersiaga mengacungkan pedangnya ke arah semak-semak.
Suara tawa melengking terdengar hingga tampaklah sosok hewan berbentuk tupai keluar dari semak-semak.
"Hai, manusia. Sudah lama aku tak melihat manusia datang ke dalam hutan ini. Hm ... mungkin 5.000 tahun yang lalu?" ujar tupai itu seraya berjalan mendekati Bao.
"Lama juga ya. Eh kalau boleh tahu, ini hutan apa?" Entah apa yang dipikirkan Bao hingga tanpa sadar menurunkan senjatanya perlahan.
"Hahaha ... dasar manusia bodoh. Kau datang ke sini, tapi kau tak tahu apa-apa tentang hutan ini?" ujar tupai itu menatapnya remeh.
"Tapi, ku akui keberanianmu itu lumanyan. Dulu jika manusia melihatku biasanya langsung berbondong-bondong melarikan diri karena ketakutan. Walau ada juga yang berani menyerangku dan berakhir jadi makananku," tambah tupai itu tanpa menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut Bao.
"Hei, tupai. Kau sungguh angkuh dan pandai berbohong, aku tak percaya akan takut melihatmu!" cetus Bao kesal.
"Hey, manusia. Kau tak tahu bentuk asliku!" balas tupai tak terima melihat Bao hanya menatapnya jengah.
Perlahan, Bao berjalan meninggalkan sosok tupai angkuh itu sendirian sembari berteriak memangil nonanya kembali.
"Hei, kau mau kemana dan mengapa kau sangat berisik?!" geram tupai itu saat melihat Bao berjalan menjauhinya.
"Kau tahu bila kau terus berteriak maka itu sama saja dengan bunuh diri," jelasnya membuat Bao menghentikan langkahnya dan berbalik arah ke hewan itu.
"Apa maksudmu?" sang tupai pun berlari dari ranting ke ranting kemudian hinggap di ranting pohon tepat di samping Bao.
"Oke, akan kujelaskan. Tapi sebelumnya mari kita pemanasan terlebih dahulu..." seringai sang tupai kemudian merubah wujudnya menjadi menjadi seekor harimau dengan bulu layaknya seekor tupai.
"Wah kau keren...," puji Bao dengan matanya yang berbinar.
Tanpa menjawab, harimau itu langsung melompat berusaha menerjang tubuh Bao menggunakan kuku runcingnya yang telah siap merobek apa saja yang ada di hadapannya.
Bao yang tak mau kalah langsung mengambil senjatanya kembali dan menangkis semua serangan itu.
"Hahaha... kau cukup hebat, wahai manusia," suara geraman harimau itu bergema.
Sreeett...
Kukunya berhasil merobek kulit Bao hingga akhirnya darah merembes di hanfu putih yang kini ia pakai.
"Tapi, sayangnya kau masih terlalu lemah hahaha," remeh harimau itu saat kuku tajamnya berhasil melukai lawannya.
"Hei, harimau angkuh. Jangan banyak bicara, tahukah kamu peribahasa mengatakan,"—
Bao menghentikan ucapannya sejenak kemudian dengan cepat ia membalas serangan harimau menggunakan pedang yang kini telah dialiri dengan tenaga dalamnya.
Srett.. sreet...
Tring... ting...
Suara pedang berdentingan, sang harimau sudah tak bisa berkutik bahkan untuk menangkis serangan itu pun ia tak sanggup. Kini, tubuhnya terbaring lemas dengan darah yang berceceran di atas tanah berbatu.
—"tong kosong nyaring bunyinya," lanjut Bao setelah berhasil melumpukah harimau itu.
Perlahan, Bao mendekat. Salah satu tangannya senantiasa memegang lukanya, sedangkan satu tangannya lagi ia arahkan ke leher sang harimau.
"Jadi... kau lah yang terlalu lemah," balas Bao berbisik lirih tepat di telinga kiri harimau.
Tetapi, tanpa dia sadari, rembesan darah di kain hanfunya menetes jatuh hingga mengenai dahi harimau itu.
Seketika...
Cringgg...
•••
Lan Xiang masih berusaha menemukan akar bunga melati hitam hingga memasuki sebuah lorong gua.
"Aku tak boleh menyerah...," lirihnya menyemangati tubuhnya yang penuh luka hingga darahnya terus menetes dan meninggalkan jejak.
Brukk... tubuhnya kini membiru. Racun dari duri batang melati hitam itu kini telah menyebar ke seluruh tubuh Lan Xiang.
Rasa sakit bercampur dengan suhu tubuh yang berubah-ubah secara drastis membuatnya merasakan siksaan yang sangat menyakitkan.
Kini, ruam biru mulai membuat kulit tubuh Lan Xiang melepuh seperti terbakar api.
"Shhh, sakit... sekali...," lirihnya menahan sakit. Guna mengurangi rasa sakit itu, ia menggigit bibirnya hingga mengeluarkan darah.
Matanya mulai menelisik gua itu. Berharap menemukan sesuatu yang bisa menyembuhkanya. Hingga akhirnya ia berhasil menemukan sebuah danau dengan tumbuhan melati hitam yang menghiasinya.
"Mungkin air danau itu bisa membuatku sedikit lebih baik," ujar Lan Xiang mencoba menyeret tubuhnya perlahan menuju danau tanpa meperdulikan rasa sakit dari duri beracun yang ada di sekitar danau.
Tapi, saat ia berhasil mendekati tepi danau, tiba-tiba...
.....
Bersambung
Jangan lupa like and koment guys 😊🙄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Wanda Wanda i
lanjuuut Thor
2023-12-09
0