"Aku harus bagaimana?? Hufftt... namaku yang sekarang saja belum tahu" gumamku pelan seraya memikirkan hal apa yang akan kulakukan kedepannya. Aku tak mungkin selamanya seperti ini. Dan lagi aku juga tak ingin merasakan penyiksaan yang dapat terjadi kapan saja.
"Andai aku tak seceroboh itu, mungkin aku masih hidup dikehidupanku sendiri."
"Kau sungguh bodoh Hisma!!" Teriak ku pelan dengan tangan yang tak henti-hentinya memukul kepalaku yang terlalu bodoh itu.
"Seharusnya aku tak pernah mengenalnya. Sungguh ini menyakitkan, kenapa aku bisa bisanya mencintai seseorang yang sama sekali tak melirik ku. Ya tuhann.." air mataku kembali mengalir. Dadaku sesak dan dengan sekuat tenaga, aku tak henti-hentinya memukul dadaku yang sesak itu. Berharap rasa sesak itu segerah menghilang. Sungguh aku tak ingin merasakannya lagi.
.
..
....
Flash back on
...
..
.
Hai namaku Ahisma Dwi Fajarloka, disaat itu aku hidup sebagai mahasiswi disalah satu universitas didaerahku.
Hidupku mengalir begitu saja.
Hingga akhirnya aku menemukan sosok yang membuat hatiku bergetar.
Ini adalah yang pertama kali kurasakan.
Sebab itu aku selalu mencari kesempatan untuk menatapnya dari jauh.
Hingga suatu kejadian yang tak terduga terjadi dan membuatku aku dan dia bisa dekat, kemudian saling mengenal. Merasakan hal itu bagai mimpi bagiku. Ia idolaku dan aku jatuh cinta padanya, walau tak yakin dia akan menerima cinta dari gadis sepertiku.
Disisi lain aku memiliki satu sahabat yang paling ku sayang. Dia selalu ada disampingku. Namanya Mutiara Madiata.
Rupanya yang begitu sempurna dan indah seperti namanya, membuatnya bisa dengan mudah mendapatkan apa yang dia mau. Termasuk masalah kekasih. Setiap saat kudapati ia tengah berjalan dengan lelaki yang rupanya pun tak bisa dipungkiri ketampanan nya. walau bagitu, bagiku ia masih kalah tampan dengan sosok yang ku suka.
Waktu mengalir bagai air dan rasa cinta ku padanya semakin dalam bagaikan sebuah palung. hal itu terjadi saat ia memberikan ku sebuah harapan. Gadis mana yang tak berharap jika dikasih harapan. Apa lagi yang memberi harapan itu adalah sosok yang sangat dicinta.
Namun sayangnya semua itu hanyalah suatu kebohongan semata, disini aku tak ingin menceritakan semua kesedihanku.
Tapi aku berharap ia tak akan menyesal dan mendapatkan yang terbaik, walau pun harus melukai hatiku. Karna aku rela berkorban demi kebahagiannya.
.
..
...
Flash back off..
...
..
.
Sungguh sekarang aku menyesal melakukan hal itu. Betapa bodohnya aku yang tak sama sekali memperdulikan perasaanku sendiri. Padahal hati ku juga butuh bahagia.
"Ya tuhann.. apa ini salah satu kebaikanmu padaku?? Jika iya, aku akan berusaha memperbaiki semua kebodohanku yang pernah terjadi. Dan berusaha keras agar semua tak terjadi kedua kalinya." Gumamku dengan mata terpejam dan meredam semua pikiran buruk yang terjadi sebelumnya.
"Ya tuhan.. terimakasih atas kebaikanmu.. dan maaf telah berburuk sangka dengan takdir yang engkau ciptakan" air mataku kembali meluruh tanpa diminta, mulai saat ini aku akan menata kembali kehidupanku dan berharap semua akan berakhir indah.
.........
"Nona bangunlah, ini sudah pagi." Ucap Bao dengan kedua tangan yang tak henti-hentinya menggerakan bahuku.
"Engg.. kak Bao, kau menyebalkan. Aku tak ingin bangun!!" Cetusku masih dengan mata terpejam.
"Nona kumohon.. saya tak ingin melihat nona dihukum oleh saudara nona karena bangun kesiangan.. kumohon nona" tanpa basa basi Bao segera bersujud dihadapanku.
"Bao bangun lah!!! aku tak suka kau melakukan itu didepanku." Aku yang melihatnya itu tanpa sadar langsung membentaknya bahkan kata 'kak' yang biasa ku sematkan kini tak ku ucapkan.
Dengan bergetar Bao segera bangkit dari sujudnya. Matanya tak berani menatap kedua manik indah junjunganya, ia masih terlalu kaget dengan bentakan itu.
"Kak Bao, maaf aku tak sengaja membentakmu, apa lagi membentak orang yang berjasa membesarkanku hingga sekarang. Kak maaf ya.." aku yang melihat reaksi kak Bao yang begitu ketakutan hanya bisa menyesal. Sungguh aku tak sengaja melakukannya, dan aku tak suka saat melihatnya seperti itu.
Dengan langkah terpincang-pincang aku berusaha mendekati tubuh kak Bao.
Grepp...
"Kak maaf, maafkan aku kak Bao. Aku sungguh tak sengaja, hikss.. aku tak suka mendengar mu memangilku nona, dan aku sangat benci melihatmu bersujud dihadapanku.. hikss.. hikss" ku peluk tubuhnya erat, bahkan aku tak memperdulikan bahwa pelukanku ini membuatnya tersentak kaget.
"Kak.. hikss.."
"Maaf ini bukan salah anda, saya hanya kaget nona.." balas Bao menormalkan ketegangan yang menimpa dirinya, dan kemudian mengusap punggung ku pelan.
"Aku tak suka mendengarmu memanggilku nona, panggil aku Adik!! kak Bao" cetusku ketus dengan tatapan tajam yang kulemparkan kearahnya.
"Baiklah kalau begitu. Tapi Adik jangan nangis ya.." ucapnya melepas pelukanku dan mengangkat tanganya kemudian mengusap pipiku yang basah dengan kedua ibu jarinya.
"Baik..." balasku tersenyum lebar.
"Kak Bao katanya kakak ingin menyeritakan semua hal yang kakak ketahui tentang ku?"
"Ha?? Benarkah? Bukanya sudah??" Tanya Bao membalikkan pertanyaan.
Aku hanya memutar mata malas, sungguh ini menyebalkan.
"Belumm kak!! Auahh.. aku sekarang ngambekk!!!" Cetusku memalingkan wajah.
"Eeehh jangan gitu dong, saya hanya bercanda.." ujar Bao lalu mengaruk lehernya yang tidak gatal sama sekali.
"Hufftt.. oke karna aku tak ingin berlama-lama maka ceritakankan lah dengan rinci dan mudah dipahami ya kak Bao ku sayang..." pintaku yang diakhiri dengan sedikit godaan wkwk...
Mendengar itu membuat telinga Bao memerah, ia pun menjadi gugup. Tapi dengan cepat ia menormalkan kegugupannya. Setelah semua kembali normal.
Bao pun menceritakan semua kejadian terjadi tanpa ada kebohongan yang terselip di setiap kata yang ia lontarkan.
Aku yang mendengarnya hanya mengganguk kepala sambil mencoba mengingat ingat kembali. Sayang nya hasilnya nihil.
"Jadi namaku Lan Xiang dan aku anak terakhir permaisuri kerajanan Lan, Lan Xi" cetusku menarik kesimpulan.
"Dan aku terlahir bersamaan dengan terbunuhnya Permaisuri Lan Xi karna berusaha menyelamatkanku. Dan karna itu semua saudaraku benci padaku, bahkan Kaisar Lan Bio yang merupakan ayah kandungku." Tambahku.
"Benar.." balas Bao.
"Sungguh takdir ini begitu rumit hanya karna suatu hal yang seharusnya tak bisa dijadikan alasan" gerutu kesal.
"Hufft kenapa meraka menarik kesimpulan yang membuat keadaanku begitu rumit, jika dulu aku bisa memilih, maka aku memilih mati dari pada hidup dengan penuh penderitaan seperti ini" gumamku lirih lalu mengacak-acak rambutku sebal.
"Huufftt..." akh menghela napas kasar lagi dan mencoba menjernihkan pikiranku.
Ibunda permaisuri disini aku diberikan kesempatan kedua menggunakan tubuh anakmu. Aku kan berjanji untuk memperbaiki semua dan menerima keadaan, tak kan ku biarkan pengorbananmu sia-sia begitu saja. Aku sumpah.
" Nona saya pamit menyiapan air untuk nona mandi." Ujar Bao sebelum meninggalkan ku.
Sedangkan aku yang mendengarnya langsung menatap punggung tajam.
"Kak Bao, panggil aku Xiang'er!!" Teriakku sebal.
Bao yang mendengar teriakan junjungannya dari jauh hanya terkekeh geli.
Namun dihati nya, Bao merasa ada yang menjanggal. Kenapa sikap junjunganmya berubah drastis? Apa karna luka yang membuatnya lupa akan ingatan itu juga membuat junjunganya lupa akan sikapnya dulu?
Entahlah Bao masih tidak yakin dengan pemikirannya itu.
Tapi melihat perubahan itu, Bao merasa senang. Karna setidaknya perubahan yang terjadi itu memberi dampak positif untuk junjunganya.
"Semoga perubahan nona membawa dampak baik.. dan menyadarkan anggota kerajaan lain yang membenci nona.." gumam lirih Bao.
............ .
........ 🙋♀️ ..
.... bersambung ....
.. salam dari Author ........
. ...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
onalia Sukatendel
thor kenapa pemeran utamannya selalu mengeluh dan cengeng
2020-11-28
16
pecinta time travel
emmmm... belum keliatan cogan nya 😁😁
2020-11-16
7