Seorang pria memakai pants berwarna krem dan sweater berwarna abu tua lengan panjang tiba - tiba duduk di sampingku. Dengan gaya rambut panjangnya yang khas dan wangi parfumnya yang sangat tenang, membuatku terpesona malam itu.
" Ahjussi...!!!"
Iya, dia pria yang membuatku berdebat dengan Rayhan tadi sore. Entah mengapa, aku merasa senang melihat nya kembali sedekat ini.
" Kau sudah selesai makan?"
" Iya, kami baru aja selesai makan. " Jawabku sambil menunjuk kak Siska.
" Oh.. hallo, saya Siwan. "
" S.. sa.. saya Siska." Menjabat uluran tangan paman.
Lalu, kak Siska memberiku isyarat lewat kedipan mata agar kita segera pulang.
" Paman, kau mau makan disini kan?" tanyaku.
" Iya, aku belum makan malam. " jawabnya.
" Kalau begitu, kami pulang duluan ya, besok harus kerja pagi soalnya, ini sudah malam. "
" Oke baiklah, ayo ku antar pulang. "
" Tidak usah, kami berdua saja, tidak terlalu jauh kok. "
" Tidak apa, aku merasa khawatir, aku akan mengikuti kalian dari belakang sampai pintu gerbang. " Dengan raut wajah mengintimidasi, seperti biasanya.
Sebelum pergi bahkan dia sempat membayarkan pesanan makan kami.
Sesampainya di depan gerbang, kak Siska pamit naik ke atas duluan, tidak lupa mengucapkan terima kasih pada paman.
" Ahjussi, terima kasih banyak ya sudah mengantar bahkan membayar pesanan kami, tadi. "
" Iya, sama - sama. "
" Eh.. ngomong - ngomong, apa kau sedang mengunjungi toko kue saudaramu yang di sebrang halte sana, soalnya sampai jauh - jauh pesan makan di sekitar sini. "
" I.. iya.. saudaraku tinggal di atas toko kue itu, dia tinggal di lantai 2 gedung nya. "
" Oh.. pantas saja, sepertinya kau sering berada di sekitar sini. Ya sudah, aku pamit pulang dulu ya !!"
" Hanna, tunggu, aku ingin bertanya." Ucap Siwan.
" Ada apa, tanyakan saja... " ucapku yang menghentikan langkah dan kembali menghadap paman.
" Apa kau sekarang pacaran dengan pria itu ?" tanya paman.
" Rayhan maksudnya ?" tanyaku.
Paman hanya menganggukan kepala.
" Tidak, kami tetap berteman seperti biasanya. Kenapa memangnya ?"
" Oh.. baguslah. Kalau begitu, kau naik saja ke atas dan langsung tidur ya, besok jangan sampai kau telat pergi kerja. "
" Baiklah, kalau begitu, annyeong, ahjussi..."
Dia tersenyum sambil melambaikan tangannya.
Saat hendak masuk ke dalam kamarku, tiba - tiba kak Siska keluar dari pintu kamarnya. Dia seperti sedang menunggu ku. Dia dengan terburu - buru menarik tanganku, masuk ke dalam kamarnya.
" Ada apa sih kak ?"
" Kamu gak tahu, dia, maksudku paman Siwanmu itu siapa ?"
" Tidak, memangnya siapa dia ?"
" Serius kamu gak tahu ?" tanya kak Siska penasaran.
" Siapa sih ?" aku balik bertanya.
" Tapi, ini hanya sekedar informasi yang ku dapatkan saja ya, jadi jangan berfikir macam - macam padaku, ok !!!"
" Iya siap. " jawabku singkat.
" Dia seorang gangster. Di sini, di daerah sekitar, ada sebuah club motor balap ternama, ketuanya seorang gangster."
" Oh.. jadi, paman ketua club motor itu dan dia seorang gangster ?"
" Seperti nya sih dia hanya anggota atau apalah, tapi dia sangat dekat dengan ketua club motor itu. "
" Kok kak Siska tahu ? tahu darimana ?"
" Pacarku, dia juga anggota club motor itu. "
" Wah... pacarmu juga seorang gangster ?"
" Tidak, bukan, tidak semua anggota club itu seorang gangster, pacarku, hanya anggota club biasa saja. "
" Lalu, apa karena dia seorang gangster, aku tidak boleh dekat dengannya?"
" Engga juga, hanya kamu yang berhak mengatur jalan hidupmu sendiri. Aku cuma ngasih tau aja, sebaiknya kamu hati - hati sama dia, kita gak tau apa dia punya musuh atau tidak, aku hanya takut kamu jadi terbawa - bawa dalam masalah lingkungan dia yang seperti itu. "
" Tapi, di mataku dia orang yang baik, dia belum pernah menyakiti ku, dia selalu memperlakukanku dengan sopan dan ramah. "
" Iya, aku juga paham dengan tatapan matanya padamu tadi. Lagian, apa kamu tau umurnya berapa ? umurnya jauh berbeda denganmu?"
" Tau, aku tahu kok, aku sudah pernah memastikan nya. Emang kenapa kalo umurnya beda jauh, aku gak masalah, aku bisa berteman dengan siapa saja tanpa harus melihat umur mereka. "
" Ya ampun, aku tidak menyangka ucapanmu sangat bijak ya. "
" Ya udah kalo udah gak ada lagi yang mau di ceritain aku pulang ya, aku ngantuk nih. "
" Oke, sana pulang... " kak Siska mendorongku keluar kamarnya.
" Ish.. tadi siapa yang narik - narik masuk ke dalam, sekarang malah ngusir.. "
" Kamu ngantuk kan, aku juga sama tau. "
Sebelum tidur, aku sempat memikirkan perkataan kak Siska tadi, dan juga perkataan Rayhan tadi sore. Pantas saja dia sampai berkata seperti itu dan memperingatkan ku untuk menjauh dari paman, ternyata dia seorang gangster ya. Aku sempat berguling - guling di atas kasur merubah beberapa kali posisi tidurku tapi tak kunjung mengantuk gara - gara memikirkan nya.
Aku melihat hp ku tidak ada chat masuk satu pun. Bahkan dari Rayhan..
" Apa dia juga marah padaku, apa tadi aku keterlaluan padanya." Pikiranku melayang memikirkan kembali kejadian sore tadi. Sampai aku tidak tahu jam berapa aku tertidur.
Keesokan pagi nya, aku sudah berada di halte, menunggu kedatangan bus bersama beberapa calon penumpang lainnya. Dari kejauhan ku lihat Rayhan mendekat. Dia tidak berbicara sepatah kata pun. Dia hanya tersenyum dan berdiri di sampingku.
Saat bus datang, kami naik secara mengantri ke dalam bus. Seperti biasa, bus tidak terlalu padat penumpang, jadi kami masih kebagian kursi duduk. Rayhan duduk di sampingku seperti biasanya, seolah tidak terjadi apa - apa di antara kami.
" Udah sarapan ? tanya Rayhan padaku.
" Alhamdulillah udah, aa sendiri?" tanyaku
" Iya sama. " Jawabnya.
" Emh... a Rey, maafin Hanna ya, kemarin ucapan Hanna keterlaluan."
" Gak apa - apa, aku juga minta maaf, aku juga salah. "
Kami saling bertatap muka dan tersenyum. Wajahnya, bila ku lihat dari dekat, sangatlah tampan bagiku. Kulit putih mulusnya, hidung mancung dan mata indahnya, serta bibir tipis nya yang sungguh membuatku tertarik, ingin merasakan bagaimana rasanya berciuman.
Tapi, sayangnya, dia hanya menganggap ku hanya seperti adik nya sendiri. Memikirkan itu membuat ku tiba - tiba menjadi kesal kembali, aku langsung membuang wajahku dari hadapannya.
Iya, di usiaku saat ini, aku belum pernah berciuman sama sekali, bahkan dulu, saat aku berpacaran dengan Sammy, kami belum pernah melakukan hal - hal seperti para pasangan muda umumnya.
Aku bahkan belum pernah bergandengan tangan dengan Sammy, apalagi berpelukan dan berciuman. Untuk sekedar pergi kencan pun sangat jarang. Karena, aku tidak mencintai Sammy, padahal dalam beberapa momen tertentu dan dalam situasi yang memungkinkan, Sammy sempat mendekatkan wajahnya seperti ingin menciumku, tapi aku malah menghindar dan pura - pura bertingkah aneh di hadapannya.
Aku yang merasa kasihan padanya karena memperlakukannya dengan sangat tidak adil malah memutuskan hubungan secara sepihak. Aku benar - benar merasa menjadi wanita yang jahat untuk Sammy.
Maafkan aku Sammy, semoga kamu mendapatkan seseorang yang benar - benar tulus mencintai mu kelak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments