Aku dan paman, sudah berada di dalam mobil, berada di perjalanan pulang menuju tempat tinggal ku.
Aku, sangat senang karena berhasil membeli barang incaranku. Aku berulang kali melihat dan memutar kotak tea pot yang sedang ku pegang.
" Apa itu untuk hadiah ?" tanya paman secara tiba - tiba membuatku tersadar kembali.
" Maksudnya ?" aku belum memahami pertanyaan nya.
" Tea pot itu, apa untuk hadiah orang spesial ?"
" Oh, ini, bukan. Ini untukku saja."
" Kau suka minum teh?"
" Iya, aku dan ibuku sangat suka minum teh, saat di Bandung. Tapi semenjak di Bali aku hanya bisa menikmati teh celup karena belum sempat membeli tea pot. "
" Oh.. begitu rupanya. Raut muka mu, terlihat seperti seorang anak kecil yang baru saja mendapat hadiah boneka beruang besar."
" Hehe.. menurutku, menyeduh teh tubruk panas lebih enak di banding teh celup. Dari aromanya saja sudah berbeda, menurutku, makanya aku membeli tea pot ini. Harganya, sesuai dengan kualitas barangnya, makanya aku memilih yang ini."
Paman hanya tersenyum dan fokus menyetir mobil, tidak menyahut ucapanku. Jalanan agak macet, karena ini hari minggu biasanya lebih banyak wisatawan yang berkunjung.
Saat mobil berhenti di lampu merah, di depan, ku lihat ada sebuah resto khas Bali yang sangat terkenal karena kelezatan makanannya yang sangat khas, membuatku ingin mencobanya. Aku belum sempat mengunjungi tempatnya karena sibuk, aku hanya mendengarnya dari obrolan teman - temanku saat istirahat makan siang.
" Ahjussi, kau sudah makan ?" tanyaku.
" Be-lum, memangnya kenapa?"
" Aku ingat pernah berjanji akan mentraktir mu makan saat kita bertemu lagi. Bagaimana kalau kita makan di sana !!" aku menunjuk ke depan resto beberapa meter dari lampu merah.
" Bagaimana, mau tidak ?" tanyaku.
" Kalau kau memaksa, baiklah, ayo kita makan di sana. "
Tidak lama kemudian, lampu merah berganti hijau. Mobil pun melaju perlahan menuju pintu masuk resto tersebut.
Saat sudah memasuki area resto, kami memilih tempat duduk lesehan yang berada di dekat kolam ikan.
Suasananya sangat sejuk walaupun berada di pinggiran kota yang sangat padat dan panas. Terdapat beberapa pepohonan rimbun dan ornamen dan patung khas daerah Bali. Saat menunggu pesanan datang, kami berbincang - bincang untuk menghangatkan suasana.
" Kamu pulang kerja?" tanya paman.
" Ah, iya.. aku baru pulang kerja langsung ke toko perabotan. Kalau sudah di kost an, aku malas pergi kemana - mana."
" Kegiatanmu, selain kerja, apalagi?"
" Tidak ada yang aneh sih, kalau lagi libur paling beres - beres kamar kost. Atau kalau sedang suntuk aku pergi ke toko buku atau ke pasar berbelanja stok isi kulkas. Itu saja."
" Oh.. begitu. Lain kali, saat libur, mau pergi jalan denganku ?" tanyanya dengan tatapan khas yang mengintimidasi itu.
" Be.. benarkah.. kau mau mengajakku pergi jalan - jalan ?" tanyaku agak gugup.
" Tentu saja, kalau kau mau."
" Oke, baiklah nanti aku lihat dulu jadwal liburku. Takutnya ada yang minta tukar off padaku. "
" Tukar off bagaimana maksudnya?" tanyanya penasaran.
" Iya, kadang kalau rekan kerjaku ada hal yang mendesak di hari kamis atau hari apapun saat bukan jadwal liburnya, dia bisa meminta kita untuk menukar hari liburnya. Asal ada persetujuan kedua belah pihak, supervisor kami pasti akan memberi izin."
" Oh.. iya aku paham. Kalau begitu, kita harus bertukar no hp supaya kita bisa berkomunikasi dari kejauhan. Apa kau pakai aplikasi whatsapp ?"
" Ada, bbm juga ada. " Kami langsung bertukar nomor hp saat itu.
Saat itu kebetulan di tahun ini, Blackburry sedang meroket pesat di pasaran. Hampir setiap orang, khususnya abg - abg masa kini berganti hp menjadi Blackburry.
Selang beberapa menit, pesanan makanan kami sudah tiba. Sebelumnya kami bergiliran mencuci tangan. Tidak lupa sebelum makan aku berdoa di dalam hati, lalu mengucapkan basmallah.
" Kau, seorang muslim?" tanyanya sambil melahap sesuap nasi.
" Iya. Ahjussi sendiri ?" tanyaku.
" Aku umat kristian."
" Owh... " jawabku sambil fokus melahap bebek betutu pesananku.
Tanpa waktu yang lama, kami melahap habis semua makanan yang ada di piring masing - masing.
" Kau mau pesan lagi, ahjussi ?" tanyaku.
" Tidak, terima kasih. Aku sudah cukup kenyang. "
" Ini, kali pertamanya aku makan di sini, ternyata memang benar apa yang di katakan teman - temanku, rasanya lezat. " ucapku, lalu menyeruput air teh hangat di hadapanku.
" Wah, aku merasa beruntung menjadi orang yang menemani mu datang kemari, terima kasih ya. "
" Hihi... sama - sama, ahjussi. Aku merasa lega karena sudah menepati janjiku padamu. "
Setelah selesai makan, kami melanjutkan perjalanan, menuju tempat tinggalku. Dan, sesampainya di sana...
" Sudah sampai, terima kasih banyak atas tumpangan nya." Aku melepaskan sabuk pengaman dan turun dari mobil.
Paman mengikuti ku, turun dari mobilnya.
" Tunggu, boleh ku tanyakan sesuatu ?" tanya paman mencegahku agar tidak langsung pergi meninggalkan nya.
" Tentu saja, ahjussi, ada apa ?" tanyaku.
" Apa tidak ada yang akan marah kalau aku mengajakmu pergi jalan - jalan atau hanya sekedar makan ?" wajahnya sangat serius saat menanyakan hal itu padaku.
" Tidak ada, ahjussi. Aku masih single. Jadi tidak akan ada yang marah." Jawbaku to the point.
" Syukurlah." Jawabnya merasa lega.
" Lalu, kau sendiri, bagaimana, apa kau sudah berumah tangga?" tanyaku hati - hati.
" Aku seorang duda, istriku sudah meninggal dan aku belum punya anak." Dia berkata dengan hati - hati.
" Owh.. oke, tidak masalah. Aku hanya takut kau sudah berkeluarga. Jadi, aku hanya memastikan saja."
" Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu. Nanti akan ku hubungi lagi ya."
" Hati - hati di jalan, ahjussi." Ucapku sambil membungkukkan badanku ala - ala orang Korea dan Jepang.
Lalu, entah mengapa, setiap kali paman mengantarku pulang, tiba - tiba saja Rayhan berada di sekitar ku. Setelah mobil paman pergi menjauh, barulah Rayhan datang dari arah sebrang gedung kost ku.
" Apa dia, paman yang dulu ?" tanya nya.
" Iya a, kebetulan ketemu di toko perabot. Tadi Hanna kesana mau beli ini " memperlihatkan satu kotak tea pot yang baru ku beli.
" Oh.. jadi selalu kebetulan ya. " Jawabnya penuh curiga.
" Iya, memangnya kenapa a, cemburu yaaaaaa.... ???" tanyaku padanya.
" Apa, sih. Ini, aku cuma mau ngasih ini. Semua fotonya udah aku edit, tinggal kamu upload aja ke instagrem. Jangan lupa beri hastag lokasi dan tag aku, orang yang memfoto mu. Promosikan aku ya.. "
" Oke siyap, bos !!."
" Kamu udah makan ?" tanya Rayhan.
" Alhamdulillah udah a, kamu sendiri ?"
" Aku belum makan, sibuk mengedit foto - fotomu."
" Ih... jangan gitu donk, kan bisa di tunda dulu. Mau makan d tempatku ?" ajakku.
" Kamu masak apa ?" tanya Rayhan.
" Ada sayur asem dan gepuk sapi. Mau ? sayurnya baru kok, tadi subuh Hanna sempet masak dulu sebelum kerja." Ucapku, meyakinkannya.
" Wah, boleh deh, aku udah lapar banget nih. "
Kami langsung meluncur ke lantai 2, kamar kost ku nomor 05. Berada di ujung sebelah kiri dari tangga. Saat masuk ke dalam ruangan kost ku, aku langsung mencuci tangan dan kaki, lalu sibuk menyiapkan makan untuk Rayhan.
Setelah itu aku mengganti baju seragamku di kamar. Dan saat keluar dari kamar, Rayhan yang sedang duduk dan makan, tiba - tiba tersedak saat menatapku.
" Kamu kenapa, ini cepet minum !!" aku menghampiri nya sambil memberikan segelas air putih.
" Apa kau tidak takut padaku, aku ini seorang pria normal." Ucapnya.
" Apa sih... " aku belum mengerti apa maksudnya.
" Celana mu, apa kau sengaja memperlihatkan paha mulus mu padaku?"
" Ih, otakmu saja yang kotor."
Aku pun lalu pergi ke dalam kamar dan mengganti celana pendek ku dengan rok se lutut. Saat di dalam kostan, aku memang terbiasa memakai celana pendek, tank top, dan baju mini lainnya. Ku pikir karena aku sendirian saja di dalamnya, lagi pula cuaca di sana sangat panas makanya aku selalu memakai baju sexy saat menyendiri. Pikirku tidak apa karena tidak ada yang melihatnya. Dan kali ini aku lupa, aku sedang tidak sendirian.
Saat keluar kamar, Rayhan masih makan dengan santai sambil menonton tv. Aku pergi ke dapur untuk mencuci tea pot, sudah tidak sabar ingin mencobanya. Setelah ku cuci lalu ku lap supaya cepat kering dan langsung ku pakai.
" Kamu mau teh hangat ? tanyaku pada Rayhan."
" Boleh." jawabnya simple.
Ku bawa tea pot dan dua gelas kosong mendekati Rayhan yang sedang duduk lesehan sambil menikmati masakanku.
" Kamu pinter masak ya, ini semua sangat enak. " ucapnya sambil tersenyum.
" Benarkah, apa karena ku beri makan gratis makanya kamu memuji masakan ku. "
" Beneran bebs, aku gak bohong. "
" Apa ? apa aku tidak salah dengar, dia memanggil ku bebs." Ucapku di dalam hati.
Biasanya itu panggilan kesayangan terhadap orang di sayangi. Apa ini hanya perasaanku saja yang terlalu percaya diri atau.. entahlah aku tidak mengerti.
" Yaudah kamu makan yang banyak ya, sampai kenyang. " Ucapku dengan penuh gembira.
Dalam hati aku berkata, "ya Alloh, andai saja setiap hari seperti ini, andaikan dia menjadi suami ku, dia yang akan mencicipi setiap masakanku setiap hari, aku pasti akan sangat bahagia." Aku hanya bisa tersenyum sambil menatap wajahnya yang sedang asik menikmati masakan ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments