Hari minggu pagi, tanggal 16 februari, aku masih shift pagi.
Pukul 06.00 Wita, aku sudah siap pergi bekerja. Saat keluar dari gerbang kost, kulihat disana ada seorang pria, sedang duduk di atas motor matic. Aku hanya bisa melihat punggungnya dari kejauhan.
Saat aku mendekat, bermaksud untuk melewati nya, ternyata, pria itu adalah...
" Hai, aku antar yuk... "
Dia Rayhan, memakai celana jeans pendek dan sweater belangnya serta sudah memakai helm dan kacamata hitam, menungguku dan ingin mengantarku pergi kerja.
" A Rey, tumben, ada angin apa nih.. ?" aku merasa heran.
" Emang gak boleh ? Kamu gak mau aku anter ?"
" Gak ada kegiatan gitu ? Biasanya kan, kalo a Rey libur banyak acara, sama temen - temen nya. "
" Emang kamu bukan temenku ?"
" Tau ah, jadi anter gak ?" jawabku sambil naik ke jok belakang motornya.
Rayhan hanya tersenyum dan mulai menjalankan motornya.
Sesampainya di tempat tujuan...
" Makasih banyak ya a Rey, Hanna masuk kerja dulu ya. "
" Hanna, tunggu.. !!" dia turun dari motornya dan menyusulku.
" Ada apa ? "
" Emh... nanti, pulang kerja, aku jemput ya.. ?"
" Seriously.. ??"
" Serius, lah...!!"
" Oke, jam 3 sore ya, tunggu lagi disini aja. "
" Siyap, tuan putri. "
" Dih, gombal... Aku pergi ya, bye.. "
Selama bekerja, aku benar - benar merasa tidak fokus, apa maksud semua perlakuan Rayhan padaku belakangan ini.
Aku masih selalu mengingat semua perkataanya dulu padaku.
Maret, 2009...
" Hanna, apa kau sudah punya pacar ?" Rayhan bertanya.
" Sekarang, sejujurnya, udah punya pacar. Tapi, Hanna kayanya mau putus aja ah, Hanna sebenernya gak ada perasaan sama dia. "
" Oh.. iya, Aa inget, cowo yang jalan sama kamu pas di lapangan Upakarti kabupaten Bandung kan, yang ketemu pas lagi makan doclang..?"
" Dih.. masih inget ternyata. "
" Boleh aa bertanya ?"
" Silahkan a, bertanya itu gratis.. " jawabku.
" Apa kamu masih ada perasaan cinta sama Aa ?"
Deg, jantungku tiba - tiba berdegup kencang kembali, saat itu, aku hanya bisa berkata.
" Entahlah.. "
Kali ini aku berusaha menyembunyikan perasaanku terhadapnya, padahal sejujurnya, aku masih memiliki perasaan yang sama, dulu dan sekarang. Aku, tidak mudah mencintai, juga tidak mudah untuk melupakan.
Setelah mendengar jawabanku seperti itu, Rayhan seperti sedang memikirkan sesuatu. Dia memalingkan wajahnya dariku, tersenyum kecut dan berkata..
" Hanna, aku tahu jawabannya. Kau berbohong padaku. Ucapanmu, tidak sesuai dengan hatimu. "
" Gak usah asal nebak, emangnya a Rey peramal bisa baca pikiran Hanna.. ?"
" Hanna, maaf ya, masih banyak planning di dalam hidupku. Dan sekarang, aku belum bisa memikirkan kisah cinta apalagi pernikahan. Buatku semua itu belum menjadi prioritas. "
" Terus, planning a Rey ke depan apa ?" aku sangat penasaran.
" Setelah lulus kuliah dan wisuda nanti, yang pertama, paling mau cari pekerjaan dulu, kalo udah dapet kerja, aku mau nabung buat modal usaha sendiri. Aku mau buktikan sama kedua orangtua bahwa aku mampu hidup sukses dengan kemampuan sendiri. Aku hanya akan minta mereka mendoakan ku saja, itu yang ku pikirkan selama ini. "
" Wah... sebuah planning yang bagus itu, Hanna pasti dukung kok."
" Jadi Hanna, maafkan aku dan tolong, hiduplah berbahagia sesuai kata hatimu, berbahagialah walaupun bersama orang lain. Jangan buang - buang waktumu hanya untuk memikirkan aku. "
" Apa aa merasa terbebani dengan rasa yang Hanna miliki sama kamu ? "
" Aa tidak berkata seperti itu, aa cuma ingin Hanna, menjalani hari - hari dengan penuh kebahagiaan. Jangan menyiksa dirimu sendiri dengan hal yang tidak terlalu penting. "
Jadi, dia pikir rasa cintaku padanya itu tidak penting. Dan intinya dia menyuruhku agar tidak menunggunya dan melupakan perasaan cinta ini terhadapnya. Hatiku, rasanya sakit mendengar semua perkataanya saat itu. Mungkin ini rasa sakit yang kedua yang dia berikan padaku.
" Baiklah, gak usah khawatir, Hanna juga bisa berfikir dengan baik. Apa yang harus dan tidak harus Hanna lakukan dan pikirkan. "
Dia menatap wajahku, dengan tatapan sendu.
" Ayo kita saling mendukung seperti biasanya, ayo kita saling menyemangati satu sama lainnya. Setuju... ?" aku mengulurkan tangan, mengajaknya berjabat tangan. Akan tetapi, dia malah memelukku sangat erat dan berkata,
" Maafin aa ya. Pasti udah berulang kali bikin kamu sakit hati, maaf dan terima kasih atas pengertiannya. " Dan dia melepaskan pelukannya terhadapku.
Aku yang merasa terkejut hanya bisa menatap wajahnya, sepertinya dia sempat meneteskan air mata, kulihat matanya berubah menjadi merah.
Ini pertama kalinya dia memelukku, tapi aku tidak tahu apakah aku merasa senang atau malah sebaliknya. Perasaanku saat itu campur aduk. Dan selama beberapa hari aku hanya bisa berdiam diri dan melamun. Aku merasa tidak ada gairah dalam hidupku, tidak ada semangat dalam hal apapun, padahal waktu itu aku akan menghadapi ujian negara saat sma.
Orang tuaku, ketiga sahabat ku, Sammy dan Rayhan sendiri selalu menyemangatiku baik secara langsung maupun hanya lewat sms.
Tapi, pikiranku, entah apa yang ada di dalam otakku saat itu. Gara - gara memikirkan percintaan dan rasa patah hatiku, aku sempat menjadi orang yang berbeda. Sahabatku sampai merasa khawatir dengan kondisiku saat itu.
Mereka semua berusaha menghiburku, hingga akhirnya, pada hari itu, beberapa hari sebelum ujian negara dimulai. Sahabatku, mereka marah padaku.
" Hanna, apa kamu sudah kehilangan otak ?" Ucap Yasmin sambil menggebrak meja di kelas.
Aku yang saat itu sedang melamun, melihat keluar jendela, merasa kaget.
" Ada apa, Yas ?" jawabku singkat.
" Ada apa ? Ada apa ? kamu gak paham, kita sebentar lagi mau apa ?"
" Apa sih ? kok kamu nyolot gitu sih, Yas !!" jawabku.
" Wah... bener - bener ni anak kudu di rukiyah."
" Genk, cepet bawa dia ke ruang BK ( Bimbingan dan Konseling ) kita bawa dia konsultasi sama bu Nia." Perintah Yasmin pada Audrey dan Karina.
Beliau merupakan wali kelas kami saat itu. Dari kelas satu sma, beliau merupakan guru favorit kami. Beliau mengajar seni rupa di kelas. Kami sering berkonsultasi baik pelajaran, tentang keadaan sekolah, atau hanya sekedar curhat permasalahan anak abg kala itu. Beliau sudah seperti ibu kami di sekolah.
Aku di seret oleh mereka ke ruang BK. Sampai Sammy yang melihatku saat di tangga menuruni kelas menuju ruang BK bertanya pada kami..
" Ada apa ini, kalian mau kemana ?" tanya Sammy pada Yasmin.
" Udah ya Sam, tolong, kita lagi sibuk gak usah banyak nanya dulu. Bye... " jawab Yasmin.
Saat sedang di seret oleh kedua temanku, beberapa kali aku melihat ke belakang, aku menatap Sammy bermaksud meminta pertolongan. Tapi, sepertinya Sammy tidak mengerti maksud tatapanku. Dia hanya melambaikan tangannya padaku.
Setibanya di ruang BK, aku duduk berhadapan dengan bu Nia. Hanya di pisahkan sebuah meja tulis. Ketiga sahabatku ada di sofa belakang, menungguku dan mengawasiku dari sana.
" Ada apa, kamu mau cerita gak sama ibu ?" tanya bu Nia dengan lembut dan perlahan.
Saat itu, aku yang sudah menyadari semua yang terjadi, aku langsung menangis sekencangnya, di hadapan bu Nia. Salah satu sahabat ku menutup pintu ruang BK yang saat itu belum tertutup rapat. Lalu mereka merangkulku dari belakang dan menenangkanku. Mereka mengusap pundakku, menghapuskan air mataku, dan mencoba menenangkan ku dengan kata - kata manis.
Beberapa menit kemudian, setelah merasa tenang, dan berhenti menangis, ketiga sahabatku pamit keluar ruangan. Mereka bilang akan menungguku di luar ruang BK.
" Coba ini minum dulu biar kamu tenang !!" bu Nia menyodorkan satu gelas air cup padaku.
Setelah meminumnya, aku menghela nafas, aku mulai mencoba mengeluarkan satu dua bahkan seribu kata pada bu Nia. Beliau mendengarkanku dengan seksama. Dengan sabar beliau beberapa kali mengusap punggung tanganku di atas meja.
Saat itu, karena akan menghadapi ujian negara, kami datang ke sekolah hanya untuk meng absen saja, tidak belajar ataupun sekedar membahas materi ujian.
Para guru sepakat untuk membiarkan kami menghirup sejenak kebebasan di sekolah. Meskipun ada beberapa di antara siswa dan siswi yang berkumpul di kelas maupun luar kelas untuk membahas buku bersama, mengulas hasil try out, ada yang berolahraga, menonton permainan basket anak laki - laki, sekedar jajan di kantin, bermain alat musik di kelas kesenian, dan ada pula yang hanya bergosip bersama genk masing - masing di kelas maupun di tangga sekolah.
Selesai mendengarkan segala keluh kesah ku, bu Nia memberiku beberapa nasehat, aku kembali tersadar bahwa yang kulakukan akhir - akhir ini sangat salah dan merugikan. Aku pun berjanji untuk lebih fokus terhadap ujian yang akan aku hadapi beberapa hari lagi.
Setelah selesai berkonsultasi, aku pamit undur dari ruangan BK pada bu Nia. Saat ku buka pintu, ketiga sahabatku masih berada di sana. Aku langsung memeluk mereka dan meminta maaf, juga berterima kasih karena mereka masih mau peduli padaku.
" Sama - sama sayangku, aku gak mau masa depanmu hancur kalau ampe gak lulus ujian. " Ucap Yasmin.
" Iya, maafin aku ya udah bikin kalian semua cemas. " Tanpa terasa air mataku menetes lagi di pipi.
Sungguh, aku merasa bahagia memiliki sahabat seperti mereka. Sahabat yang saling mendukung, selalu saling menyemangati, saling menghargai, selalu berbagi dalam suka maupun duka. Kami tidak pernah saling menjatuhkan walau kadang kami sedang bermusuhan karena perbedaan pendapat. Dengan berbagai macam isi kepala dan watak masing - masing, kami bisa saling memahami satu sama lainnya.
Ah.. sungguh aku sangat merindukan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
reyya
Good story 👍👍👍 semangat ya
2021-01-30
1