Saat sedang asyik membaca refrensi buku dan memilah buku mana saja yang akan di beli untuk di bawa pulang, hpku bergetar, dan ternyata ibuku mengirim pesan.
Saat sedang fokus mengetik hp untuk membalas pesan ibuku, tiba - tiba dari arah belakang terdengar suara langkah sepatu kets seorang pria, yang mendekat padaku.
Dia berhenti tepat di samping sebelah kananku. Aku merasa sedikit terkejut dan heran, karena saat itu aku sedang berada di depan rak buku resep - resep masakan.
" Huh.. sudahlah.. mungkin dia bekerja sebagi seorang chef masak." Pikirku.
Zaman sekarang kan profesi sebagai chef baik laki-laki maupun perempuan memang sedang banyak peminatnya. Yang membuatku agak terkejut, dia memakai pakaian setelan jas berwana abu-abu dengan kemeja putih dan dasi yang sudah di longgarkan. Kacamata hitamnya ia buka dan di taruhnya di saku jas sebelum menyentuh beberapa buku di atas rak.
Sebelum dia menyadari bahwa aku memperhatikannya sedari tadi aku langsung mengalihkan pandanganku ke tumpukan buku-buku di hadapanku.
Tanpa di sadari, di dalam pikiranku, masih terkesima oleh penampilan elegan pria tadi, wajahnya lugas dan berkarakter, sepertinya usianya lebih tua dariku.
Bentuk wajahnya yang panjang dan rahang yang tegas membuat wajahnya sangatlah manly. Berkumis dan berjanggut tipis menambah kesan gagah saat menatap wajahnya. Rambut panjangnya yang di sisir rapih dengan sedikit sisa pomade terlihat jelas dalam helaian penataan rambutnya. Mungkin bila dilihat dari penampilan formilnya dia seorang pekerja kantoran.
" Astagfirullah, kenapa aku ini, baru kali ini aku merasa tertarik lagi terhadap pria lain selain Rayhan." Ucapku sambil menutup wajah dengan buku dan memegang dadaku yang sedari tadi berdetak kencang.
Selang beberapa detik, ternyata pria tadi sudah tidak ada di sampingku, akupun refleks melihat kesana kemari mencari dimana keberadaanya, tapi sayangnya, aku tidak menemukan batang hidungnya bahkan bayanganya pun tidak ada.
" Mungkin dia sudah keluar dari toko ini. Huft..." aku menghela nafas panjang dan menghembuskan nya dengan kasar.
Dan, seketika, betapa kagetnya aku, saat ku sadari bahwa buku resep masak limited edition karya chef favoritku sudah hilang di depan mata. Padahal tadi, aku sempat memegangnya dan kutaruh kembali sebentar di rak karena hendak membalas dahulu pesan singkat dari ibuku.
" Yah... padahal buku itu selalu out of stock dan menjadi best seller di setiap cabang." Aku merasa sedih. Bahkan di toko pusat pun sudah kosong sekarang.
Setelah mendapatkan beberapa buku yang kucari, tanpa disadari sedari tadi perutku sudah mengirim sinyal padaku. Sudah waktunya jam makan siang memang. Para kawanan cacing sedang berdemo di dalam perutku, padahal tadi pagi aku sudah sarapan walau hanya dua lembar roti dengan selai kacang dan meises. Namanya orang sunda, belum makan kalau belum makan nasi. Hihi...
Akhirnya aku menghentikan langkahku di depan sebuah resto khas Bali di sebrang toko buku tadi.
Aku sengaja mengambil tempat duduk di area outdoor resto sambil memandang keluar, memandang orang yang sedang berlalu lalang di sekitar tempat ini.
Pikirku, pasti lebih menyenangkan kalau saat ini aku di temani oleh keluarga atau sahabatku. Menikmati hari libur, jalan-jalan dan makan bersama mereka. Aku tidak akan kesepian.
Kedatangan pramusaji membawa pesanan makananku membuyarkan lamunanku. Tanpa terasa, mataku sudah berkaca-kaca. Akupun langsung menghapus air mata dengan tissue sebelum mereka membasahi pipiku.
" Silahkan, pesanannya sudah datang, selamat menikmati " ucap pramusajinya dengan logat nada khas Bali.
" Iya terimakasih, bli " jawabku.
Baru saja satu suapan masuk ke dalam mulut, aku, hampir tersedak saat melihat pria di sebrang mejaku. Dia pria yang kulihat tadi di toko buku.
Dia memang berada di sebrang mejaku tapi jaraknya agak jauh karena terpisahkan oleh akses jalan masuk ke dalam resto.
Sepertinya dia sudah selesai makan, dia sedang asyik membaca buku resep masakan yang tadi dia beli, sambil menghisap sebatang rokok.
Dan ternyata, buku resep incaranku, dia yang membelinya. Padahal aku yang pertama kali memegangnya.
" Ih.... " gerutuku, kesal.
Sesekali ku pandangi dia dari kejauhan, entah dia menyadari atau tidak bahwa sedari tadi aku terus memperhatikannya sambil menggerutu di dalam hati.
Namun, seketika perhatianku kembali terusik oleh suara dering hp, ibuku menelpon dari Bandung. Perhatian ku pun kali ini teralihkan hanya pada sepiring nasi yang tinggal separuhnya lagi yang menemaniku berbincang lewat hp bersama ibuku.
Setelah selesai makan dan mengakhiri obrolan bersama ibuku, aku pergi ke kasir hendak membayar makananku tadi. Tapi, alangkah terkejutnya aku saat sang kasir berkata,
" maaf kak, makanannya sudah di bayarkan oleh pamannya tadi."
" Paman, siapa, saya datang kesini sendirian kok mbak" jawabku.
" Tapi benar kok kak, tadi pamannya sudah membayarkan pesanan di meja no 08 kan kak ?" lalu menyebutkan menu makanan dan minuman yang ku pesan tadi.
" Iya betul sih mbak, tapi siapa ya kira-kira soalnya saya dari tadi datang sendiri, duduk dan makan sendiri, gak liat juga ada yang saya kenal disini."
" Oh iya lupa, tadi pamannya duduk di sebrang meja kakak." Sahut mbak kasirnya sambil memainkan telunjuknya pertanda mengingat sesuatu.
" Oh... yang pake setelan jas abu-abu bukan mbak?" tanyaku.
" Iya kak, betul sekali."
" Oke, kalau gitu makasih yaa mbak informasinya."
" Iya, sama-sama kak, terimakasih sudah mampir kesini, di tunggu kembali kedatangannya yaa."
Sepanjang jalan menuju halte bus, pikiranku terus sibuk memikirkan, " kenapa, pria tadi yang bahkan belum ku kenal sama sekali, membayar semua pesanan makan siangku."
Yang tanpa di sadari ternyata aku sudah berada di tempat yang asing. Aku melihat ke sekitar, berulang kali memutar balik kepala dan badanku sambil menjinjing satu kantong keresek buku hasil belanja tadi.
Ternyata, aku memang salah mengambil jalan pulang, karena sedari tadi kurang fokus memikirkan sosok pria berjas abu-abu.
" Duh... kayaknya tadi aku salah belok deh, setelah menyebrang jalan. Ini dimana yaa..? aku harus lewat mana... ?" kebingungan sendiri.
Saat itu posisiku berada di sebuah gang besar, sepertinya jalan menuju sebuah komplek atau perkampungan warga.
Aku pun kurang memahaminya karena aku sebelumnya hanya menghafalkan jalan menuju pusat keramaian kota saja, tidak menghafal jalan menuju perkampungan warga.
Aku merasa sangat ceroboh, " bisa - bisanya, gara - gara memikirkan pria yang tampilannya seperti om - om tadi, aku jadi tersesat." Menyesali perbuatanku sebelumnya.
" Mana sepi lagi ni jalan, gak ada orang yang bisa ku tanyain sama sekali " mencoba berfikir ' emh... mungkin lewat sini kali ya.' sambil berjalan mengikuti arah kananku saat itu.
Saat aku berbelok ke arah kanan lagi, kulihat di depan ada seorang pria sedang duduk di sebuah bangku sambil memainkan hp nya.
Tanpa pikir panjang, langsung ku hampiri dengan niat menanyakan arah jalan yang tepat menuju jalan utama. Dengan penuh semangat dan tanpa rasa curiga aku berjalan mendekat ke arahnya.
Akan tetapi, saat aku sudah berhadapan dengannya, aku mencium bau alkohol dari dekat, kulihat di pinggir bangku nya ada sebotol minuman keras.
Belum juga aku mengeluarkan satu patah kata, aku langsung mundur dua langkah berniat menjauh. Tapi, pria itu langsung berdiri dari kursinya dan berkata,
" Hai, nona, mau kemana?" bertanya dengan mata menyipit dan sedikit tersenyum yg penuh curiga.
" Oooohhh, ini pak, eh mas, eh maaf maksud saya bli, saya sebetulnya mau tanya arah jalan menuju jalan utama, sepertinya saya tadi salah belok di jalan dekat toko buku Grampedia." jawabku sambil terus mengambil langkah mundur perlahan dan mata berkeliling seraya mencari bantuan.
" Oooohhh, begitu rupanya, baiklah mari saya antar." Sambil menyimpan hp ke saku celana jeans berwarna birunya.
" Aahh... syukurlah, terimakasih sebelumnya bli, maaf merepotkan." Aku merasa lega, lalu mengikuti nya dari belakang.
Akan tetapi, aku menyadari sesuatu yang aneh, sepertinya dia membawaku ke arah jalan yg salah, jalananya malah semakin sempit dan sepi, padahal waktu itu pukul 1 siang hari. Entah mungkin ini di belakang sebuah komplek industri, pertokoan atau apalah yang jelas sepertinya ini bukan rumah warga sekitar.
Tiba-tiba, pria tadi langsung membalikkan badannya kearahku, dan berkata...
" Sini, berikan tasmu... !!" seru nya dan mengulurkan tangan kirinya mengisyaratkan sebuah permintaan, dan tangan kanannya menodongkan sebuah pisau lipat kecil.
Aku hanya terdiam membisu sambil menatapnya, tubuhku gemetar ketakutan, sambil memperhatikan langkah pria itu yang semakin mendekat.
" Cepat berikan, kalau kau ingin selamat !!"
serunya.
Tanpa pikir panjang, dengan berat hati aku melepaskan tasku dari bahuku perlahan dan ragu hingga membuat dia merasa tidak sabar dan merebut tas dari genggamanku.
Aku sempat menahannya, tapi dia kembali menodongkan pisaunya. Aku sungguh tidak rela karena di dalam tasku berisi ktp, uang yang lumayan menurutku dan hp. Semua berharga bagiku.
Setelah dia berhasil merebut tasku, diapun berkata..
" Nona manis, kau ikuti jalan dari arah sini dan 2 belokan ke arah kiri lalu lurus, kau akan menemukan jalan menuju jalan utama, pahamkan, nona cantik."
Aku hanya bisa mengangguk tanpa menatap wajahnya, saking ketakutan dengan tubuh masih bergetar dan keringat dingin mulai muncul entah sejak kapan kini sudah membasahi sekujur badanku. Dia bahkan sempat mengelus rambutku sebelum dia memutar badannya dan pergi dengan santai sambil membuka isi tasku. Dari logat bicaranya sepertinya dia bukan warga asli Bali.
Dan, tanpa ku sadari, aku sedang menjinjing sebuah keresek berisi buku-buku yang sebagian memang cukup tebal, dan tanpa pikir panjang aku langsung melemparkan ke arahnya.
Ya satu keresek berisi 3 buah buku tebal dan 2 buah buku tipis. Dengan sekuat tenaga aku melemparkannya dengan penuh amarah berniat menyelamatkan barang berhargaku kembali.
Dan, ternyata, lemparanku tepat sasaran, tumpukan buku-buku itu mendarat tepat di belakang kepalanya hingga membuat dia jatuh kesakitan.
Aku langsung menghampirinya dan merampas kembali tasku dari genggamannya. Dia sempat memegang kepalanya menahan sakit akibat di lempar satu keresek buku-buku itu. Aku langsung berlari sebelum dia bangkit dari duduknya dan mengejarku.
Sambil berlari, sesekali aku menengok ke belakang, ternyata dia memang mengejarku dengan sempoyongan.
Aku berlari sekuat tenaga, mengikuti arah yang tadi dia sempat beritahukan padaku, tapi, saat hendak berbelok ke arah kiri tiba-tiba aku menabrak sesuatu dan terjatuh dengan posisi duduk seperti menabrak, memantul lalu terduduk di lantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
kucing manis🐈
gara² kangen...aku sampe baca 2x thor🤭😉😍🤩💃🏻🥳
2021-08-09
1