Mobil sedan hitam melaju dengan perlahan di jalan raya. Saat kulihat jam di hp ternyata sudah pukul 15.30 wita, sudah sore.
Di dalam mobil tidak ada percakapan yang begitu penting, paman hanya menanyakan alamat tempat tinggal ku saja. Dan ternyata sepertinya dia sudah hafal kemana arahnya.
Tanpa terasa, kulihat ternyata sudah sampai di depan gedung kostan ku. Aku pun langsung pamit dan turun dari mobil, tidak lupa sebelumnya aku mengucapkan kembali terimakasih atas semua yang sudah terjadi siang tadi.
Saat aku membuka pintu mobil, paman itu pun terburu-buru keluar dari mobilnya dan menghampiriku yang sedang menutup pintu mobilnya.
" Aku Siwan, Im Siwan..." Menyodorkan tangannya mengajakku berkenalan.
" Aku, Hanna. Ngomong - ngomong, dari namamu sepertinya bukan nama orang Indonesia." Benar kan ? " tanyaku.
" Ya, aku sebenarnya warga negara Korea yang sering tinggal di Bali." Jawabnya sambil tersenyum.
" Owh... pantas saja bahasa Indonesia mu lancar yaa paman."
Dia hanya tersenyum, tanpa menjawab sepatah kata.
" Baiklah, kalau begitu aku permisi dulu yaa, lain kali kalau kita bertemu kembali, aku akan mentraktir mu makan sebagai rasa terima kasihku."
" Tidak apa - apa, tidak usah repot - repot." Jawabnya.
Aku pun refleks membungkukkan badanku ala - ala orang Korea memberi hormat. Dan ku lihat paman pun melakukan hal yang sama.
Aku langsung pergi menuju lantai 2, gedung kostan ku. Gedung kostan ini terdiri dari 3 lantai. Dan tiap lantai masing - masing memiliki 5 kamar kost yang terpisah. Gedung kost yang semi modern, cukup nyaman untuk di huni oleh orang yang sibuk dan pemalas sepertiku.
Sesampainya di kamar kost, aku menyimpan tumpukan buku - buku yang baru ku beli di atas meja kecil di samping bean bag chair ku. Lalu aku merebahkan badanku di atas karpet bulu tempatku biasa menonton tv.
Sambil mengingat kembali kejadian - kejadian hari ini yang lumayan memacu adrenalin ku. Tidak lama kemudian tiba - tiba hpku berdering. Kulihat, ternyata Rayhan menelpon ku. Aku langsung terbangun dan duduk di atas bean bag chair sebelum mengangkat telponnya.
" Hallo, assalamu'alaikum." Suara Rayhan dari sebrang sana.
" Wa'alaikum salam a Rey, ada apa ?"
" Gak ada apa - apa sih cuma penasaran aja, tadi pas pulang kerja aa lihat kamu lagi ngobrol di depan gerbang kost, sama siapa ?"
" Oh itu, ceritanya panjang a, yang jelas dia orang baik yang udah nolong Hanna tadi."
" Nolong kamu, emangnya kamu tadi habis darimana?" tanya nya dengan nada sangat penasaran.
" Itu tadi Hanna habis dar toko buku, terus ke sasar a, malah ketemu sama orang mabok mau ngerampas tas Hanna, untungnya ada paman Siwan yang datang nolongin Hanna. Gitu sih inti dari ceritanya."
" Paman Siwan......?"
" Iya, namanya Im Siwan, Hanna panggil paman soalnya umurnya jauh lebih tua, kalau panggil om Hanna kurang suka. Hehe.. "
" Syukur lah kalo kamu gak kenapa - kenapa. Lain kali kalo mau pergi minta anter aa aja, kamu kan belum kenal daerah sekitar sini kaya gimana. "
" Hanna cuma takut ngerepotin, lain kali bakal lebih hati - hati, deh."
" Yaudah kalo gitu aa tutup dulu telponnya ya, assalamualaikum."
" Waalaikum salam."
Setelah menutup telponnya, aku lanjut pergi mandi. Selesai mandi aku berbaring sebentar di atas ranjang, masih mengenakan handuk, dan, tidak lama kemudian, aku merasa lapar.
Aku berjalan menuju dapur, dan, saat kulihat isi kulkas, ternyata tidak ada bahan makanan yg bisa di masak sama sekali. Kulihat rak penyimpanan mie dan telur pun kosong.
" Ya ampun, aku lupa, habis dari toko buku tadinya aku mau belanja bahan makanan."
Tanpa pikir panjang, aku langsung memakai baju, celana jeans panjang dan jaket, berniat membeli nasi goreng di dekat halte bus.
" Sepertinya tukang nasi goreng sudah mangkal jam segini." Sambil kulihat jam di hp yang sudah menunjukkan pukul 18.30 wita.
Akupun berjalan kaki, menuju halte bus, berniat membeli nasi goreng. Tapi, saat sampai di sana ternyata tukang nasi gorengnya tidak berjualan.
" Duh, gimana ini, si emang gak jualan." Saat itu, aku bahkan hanya membawa hp dan selembar uang lima puluh ribu.
Tidak ada kios maupun warung di sekitar sana. Di sebrang halte, ada sebuah restoran khas Jepang, kedai kopi, dan toko kue. Dan karena malas bolak balik ke kostan untuk mengambil lagi uang, aku memutuskan untuk pergi ke toko kue saja, berharap ada kue yang bisa ku beli dengan harga lima puluh ribu saja.
Saat memasuki toko kue, wangi khas yang sangat lezat, tercium, menusuk hidungku. Membuatku semakin lapar, ingin segera melahap kue - kue yang ada di hadapanku.
Selesai memilih beberapa kue dan roti, aku langsung buru - buru pulang agar bisa melahap semua kue yang ku beli. Untung saja semua harganya lumayan terjangkau, uang lima puluh ribu pun dapat membawa 4 buah kue.
Dan, baru saja aku membuka pintu toko kue nya, seorang pria berbadan tinggi memakai kaos long neck lengan panjang berwarna soft blue dan celana jeans navy, hendak memasuki toko itu. Aku sedikit terkejut, dan berkata..
" Ahjussi... " Panggilan paman dalam bahasa Korea.
" Ahjussi... " Dia mengulangi perkataanku sambil sedikit tertawa.
" Iya.. ahjussi artinya paman kan?" tanyaku.
" Iya.. memang benar. "
" Makanya, aku panggil ahjussi saja ya, atau mau ku panggil oppa?" tanyaku kembali. Oppa artinya kakak laki-laki.
" Sepertinya ahjussi lebih cocok. " Dia menjawab sambil tersenyum.
" Habis membeli kue?" dia bertanya sambil melihat kantong keresek yang sedang ku pegang.
" Iya, hanya beberapa. " Dan seketika aku langsung ingat perkataanku padanya tadi sore.
" Oh iya ahjussi, maaf kali ini aku belum bisa mentraktir mu makan. Aku hanya membawa uang lima puluh ribu dan sudah ku belikan ini." Sambil menunjukan sekantong kue yang baru ku beli.
" Tidak usah repot - repot, aku tidak menagihnya kok !!." Jawabnya seraya menggodaku.
" Iya maaf ya, aku tidak tahu kalau kita akan bertemu lagi secepat ini. Aku tadi hanya berniat membeli nasi goreng yang di dekat halte, tapi ternyata tidak berjualan, jadi aku kemari."
" Jadi kamu belum makan, dan sekarang cuma mau makan ini." Menunjuk kembali keresek yang sedang ku jinjing.
" Iya. Soalnya aku tadi buru -buru pergi, dan uang yang ku bawa hanya cukup untuk membeli kue - kue ini." Ucapku.
" Aku juga sedang mencari makan sebenarnya. Ikutlah denganku, aku yang akan traktir !!" ajak nya.
" Tidak ahjussi, terima kasih banyak, aku pasti kenyang kok walau hanya makan kue ini." Jawabku.
" Ayolah, kali ini saja aku yang mentraktir mu makan, nanti giliran mu yang mentraktir ku. Gimana, kol?" kol adalah ungkapan persetujuan dalam bahasa Korea, seperti deal, setuju, sepakat.
" Emh..." aku berpikir sejenak, lalu ' KOL."
Saat itu, entah mengapa aku menerima ajakannya sambil menjabat tangannya.
" Baiklah, kalau begitu, bisa kau tunggu sebentar, aku mau masuk ke dalam dulu." Sambil menunjuk toko kue yang berada di samping kami. Aku hanya menganggukan kepalaku.
Tidak lama kemudian, dia keluar dari dalam toko kue sambil membawa sebuah jinjingan tas laptop dan buku resep yang tadi siang ia beli.
" Disana, ada restoran Jepang, kamu mau tidak kalo kita makan di sana ?" sambil menunjuk ke arah depan, arah restoran Jepang itu berada.
" Ok, tidak apa - apa." Jawabku.
Kami pun berjalan bersama menuju ke arah restoran tersebut. Dia berkata bahwa, dia tidak menyangka bahwa kami akan bertemu lagi secepat ini.
" Aku pun sama." Ucapku di dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments