Betapa terkejutnya aku, karena saat kepalaku menengadah ke atas, ternyata, seseorang yang bertabrakan denganku, dia adalah pria yang kulihat di toko buku dan resto tempatku tadi makan siang.
Dia langsung memegang kedua lenganku, membantuku terbangun dari tanah tempatku terjatuh tadi.
" Kamu tidak apa-apa ?" tanya pria itu.
Bukan langsung menjawab pertanyaannya, yang kulakukan hanyalah bersembunyi di belakang tubuhnya yang tinggi seraya meminta perlindungan.
" Tolong saya, orang itu tadi sudah berhasil merampas tas ini, hanya saja saya berhasil melemparnya dengan satu kantong keresek buku-buku itu." Aku berbicara kepadanya tanpa jeda, dan kedua tanganku menunjuk buku yang sudah berserakan di depan sana, lalu tanpa ku sadari tanganku langsung memegang kemejanya dari belakang dengan keras.
Pria pemabuk itu menghampiri kami, berjalan setengah oleng.
" Maaf bos, tadi saya lagi khilaf, tadi saya habis minum dan nona ini datang nanyain arah jalan. Ampun bos.. ." Telapak tangannya melipat, sebagai tanda permintaan maaf dan hendak pergi, akan tetapi pria yang dia panggil bos mencekal tangannya dan berkata...
" Mau pergi begitu saja, setelah membuat seorang wanita ketakutan, hah... ? Cepat minta maaf !!" Pria itu memberinya isyarat, mengangkat alisnya sebelah dan dengan tatapan yang menyeramkan.
" Hati-hati, dia membawa pisau lipat." Pintaku sambil menarik lengannya.
" Aku benar-benar minta maaf ya nona, aku lagi di bawah pengaruh minuman keras, makanya jadi berani berbuat jahat. Sekali lagi aku benar-benar minta maaf yaa." Si pemabuk memohon maaf padaku sambil melipat kedua telapak tangannya.
" Ya sudah pergilah." Jawabku dengan nada kesal.
Pria pemabuk tadi sudah menghilang dari pandangan kami. Lalu, pria yang berada di hadapanku saat ini, sebut saja dia paman, karena dia sendiri yang berkata, kalau dia ini pamanku pada kasir saat di resto tadi.
" Ah... buku-buku ku..." refleks aku berkata seperti itu sambil berlari kecil menghampiri buku-buku yang berserakan di depan. Ternyata, paman pun mengikutiku dari belakang dan membantuku membereskannya. Setelah selesai kami berdua pun berdiri bersamaan.
" Paman, terimakasih banyak sudah menolong saya. Saya benar-benar merasa beruntung bertemu lagi dengan anda di sini."
" Kau mengenaliku.. ?" tanya pria itu.
" Tentu saja, belum lama ini, di toko buku, dan di resto saya melihat anda, bahkan anda sendiri yang membayarkan makan siang saya tadi?" jawabku.
" Sebaiknya sekarang kita pergi dulu dari sini, daerah ini kurang aman !!" seru nya.
Aku mengangguk tanpa banyak bertanya dan mengikutinya dari belakang. Entah mengapa, kali ini aku lagi-lagi mempercayai seorang pria yang belum ku kenal.
Tapi, kali ini perasaan ku berbeda, aku merasa yakin bahwa dia akan melindungi ku. Dia bahkan membawakan sebagian buku ku karena keresek dari toko sudah rusak, sobek. Mungkin saking kerasnya tadi aku melemparkannya pada si pemabuk.
Tanpa terasa kami berdua sudah berada di jalan utama dekat persimpangan toko buku tadi.
" Akhirnya... berada di keramaian lagi. Terima kasih banyak, sekali lagi atas bantuanmu paman, saya benar-benar merasa berhutang budi pada anda."
" Tidak apa-apa." Jawabnya sambil tersenyum, kemudian dia bertanya padaku,
" Apa kau baik-baik saja sekarang?"
Belum juga aku menjawab tapi dia sudah menyela.
" Kau tunggu di sini ya, duduk saja dulu disini " mengantarkanku pada sebuah bangku, meletakkan buku - buku di atas bangkunya dan menyuruhku duduk di salah satu bangku yang ada di trotoar dekat toko buku itu.
Lalu dia pergi dari hadapanku. Kulihat dari kejauhan, dia menghampiri sebuah kios pinggir jalan. Dan tidak lama kemudian dia menghampiriku, berlari kecil sambil memegang sebotol air mineral. Lalu dia menyerahkannya padaku setelah membuka tutup botolnya.
" Ini, minumlah, sepertinya kau masih syok dengan kejadian tadi. "
Aku menerimanya dan hanya berkata " terimakasih banyak, paman!" Lalu meneguk air mineral tersebut beberapa tegukan karena memang sebetulnya aku merasa kehausan. Sungguh, dia seorang pria yang sangatlah perhatian.
Setelah selesai dan menutup kembali botol minumanku. Dia langsung menyodorkan sebuah kartu padaku, dan betapa kagetnya aku, ternyata itu adalah KTP ku.
" Ini KTP mu, jatuh di resto di dekat kasir. "
" Ya ampun, kok bisa sih. " Menerima KTP nya, sambil sedikit flashback kejadian saat di kasir.
Oh ternyata, sepertinya memang tidak sengaja aku menjatuhkannya saat hendak mengambil uang dari dalam tas. Karena memang aku hanya memakai tas slempang kecil, tidak ada sekat untuk barang kecil, akupun tidak membawa dompet, jadi semua isi di dalam tas memang berserakan. Akupun menjelaskan kejadiannya pada paman.
" Iya tadi sepertinya kau pulang saat aku masih di toilet, saat aku hendak pulang petugas kasir memberikannya padaku, dia pikir aku memang pamanmu karena tadi aku yang membayar makan siangmu."
" Oh... iya paman, saya lupa bertanya, kenapa paman membayarkan makan siang saya tadi?" tanyaku penasaran.
" Sebelumya, tapi tolong bicaramu jangan terlalu formil padaku, santai saja meskipun aku lebih tua darimu."
Dia menjelaskan bahwa dia merasa berterimakasih padaku atas buku resep masak karya chef Dekan. Buku limited edition itu, dia pikir aku menaruhnya kembali karena aku tidak akan jadi membelinya, padahal, bukan itu maksudku. Aku benar-benar berniat membelinya tadi, hanya saja semua jadi kacau semenjak kedatangannya.
" Jadi... aku sangat berterimakasih karena aku memang sedang mencari buku itu." Dia menegaskanya sekali lagi.
" Iya, sama-sama paman." jawabku sambil tersenyum setengah tidak ikhlas. ' Lalu, bagaimana bisa tadi paman ada di lokasi kejadian saat aku sedang bertarung dengan pria pemabuk tadi?" tanyaku.
" Oh.. itu, tadi setelah kasir memberikan KTP mu, aku langsung berlari mencari mu, dan aku melihatmu sudah berada di sebrang jalan, mataku terus menuju kearahmu walau saat itu mobil, motor dan orang-orang sedang membuat jalanan jadi macet. Tapi aku kehilanganmu di belokan pertama di gang besar tadi. Aku merasa yakin kau masih di sekitar sana makanya aku terus bolak balik mencarimu, sampai aku benar-benar bertemu denganmu. " Dia menjelaskannya sangat detail, perlahan dan hati-hati, hingga aku benar-benar mengerti penjelasan panjangnya.
" Oh.. begitu kejadiannya. Sungguh aku merasa berhutang budi padamu. Tapi, kok tadi si pemabuk memanggilmu bos, apa kau kenal dia?"
" Emh... itu.... " dia berkata dengan ragu-ragu, ' aku tidak mengenalinya, tapi sepertinya dia yang mengenaliku, makanya dia langsung terkejut saat melihatku." Jawabnya sambil berkali-kali memegang belakang lehernya.
" Lalu, kau sendiri. Bagaimana ceritanya sampai kau bisa ada di sana ?"
" Entah lah, sepertinya aku tadi sedikit melamun dan salah belok di persimpangan ini. Harusnya aku ke arah kanan dan lurus terus kesana. Aku benar-benar ceroboh hari ini. Aku akan lebih berhati-hati ke depannya !!" Jawabku.
" Kamu, sepertinya bukan warga asli sini..."
" Iya, memang, aku sebetulnya dari Bandung. Aku baru dua minggu tinggal di ibukota provinsi ini. Tapi sebelumnya, aku sempat tinggal di daerah kabupaten sekitar tiga bulan lamanya."
" Bekerja ????"
" Yups... aku bekerja di departemen store, kontrak kerjaku di perpanjang dan di pindah tugaskan di cabang besar daerah sekitar sini".
" Sudah menikah ??"
Apa maksud pertanyaan yang sangat to the point ini, sangat mencurigakan bagiku. Memangnya penampilanku terlihat seperti orang yang sudah menikah, tanyaku di dalam hati.
" Belum." Jawabku tegas.
" Baiklah kalau begitu, maaf aku bertanya seperti itu, aku berniat mengantarkanmu pulang, jadi aku hanya memastikan bahwa tidak ada yang akan menuduhmu macam-macam saat ku antar pulang. "
Belum sempat ku jawab, tapi dia selalu menyela..
" Yaaa... itu pun kalau kamu mau. Kalau tidak mau juga aku tidak masalah."
Entah mengapa, tatapan matanya selalu mengintimidasiku sehingga aku sulit untuk mengatakan tidak padanya.
" Baiklah, kalau memang mau mengantar, aku tidak keberatan." Jawabku sambil berdiri dari kursi.
" Oke, bisakah kau menungguku di sini sebentar? Mobilnya ku parkirkan tidak jauh dari sini."
" Baiklah, akan ku tunggu !!" jawabku.
Dia langsung tersenyum lebar dan pergi meninggalkanku.
Tidak lama, sebuah mobil sedan hitam mendekat, terdengar suara klakson lalu mobil itu berhenti di trotoar samping bangku yang sedang ku duduki. Lalu pengemudinya turun. Ternyata dia paman itu. Dia langsung membuka pintu mobilnya dan mempersilahkanku masuk ke dalam. Uh.. sungguh romantis. Sayangnya, dia bukan orang yang aku cintai. Aku berkata di dalam hati. Berandai-andai jikalau Rayhan memperlakukanku seperti ini, aku pasti merasa jadi wanita paling bahagia di dunia ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
Anekasnack Rara
semangat terusss thor
2021-01-30
1