Setelah sampai di dalam restoran dan memesan beberapa menu, aku pamit pergi ke toilet sebentar. Di dalam toilet, aku bercermin mengecek kondisi wajahku, merasa kurang percaya diri karena aku bahkan tidak sempat memakai bedak sebelum pergi. Tapi, untung nya di wajahku masih ada sedikit sisa make up tadi siang. Sebelum mandi aku belum sempat menghapus make up ku karena tadi sudah merasa kepanasan ingin cepat mandi.
Dan, saat aku kembali ternyata pesanan makanan kami sudah datang. Aku langsung duduk di kursi. Paman langsung mempersilahkan ku untuk makan. Saat sedang makan, aku bertanya padanya.
" Ahjussi, apa rumah mu dekat dari sini?" tanyaku.
" Tidak, rumahku di jalan xxx lumayan jauh dari sini." Jawabnya.
" Oooohhhh. " Sahutku.
" Kenapa memangnya?" tanya paman.
" Itu karena kau sudah ganti pakaian, kupikir rumahmu dekat sini. "
" Ooohhh itu, aku, mandi di toko kue tadi. " Jawabnya.
" Kenapa bisa, apa toko kue itu punya mu?" tanyaku terlihat penasaran.
" Bukan, emh.... milik saudaraku, tadi aku ikut mandi di rumahnya, yang ada di lantai 3 gedung itu."
" Ooohhh... begitu."
" Iya. Aku merasa sangat kepanasan makanya ingin cepat mandi, karena aku masih ada pertemuan penting dengan saudaraku, jadi aku ikut mandi di sana. " Dia menjelaskannya secara perlahan.
Setelah selesai makan, kami keluar dari restoran tersebut. Lalu aku berpamitan dan mengucapkan terima kasih.
" Iya sama - sama. Lalu, sekarang, kamu pulang jalan kaki ?"
" Iya aku jalan kaki saja, tidak terlalu jauh kok dari sini. " Jawabku.
" Ini sudah malam, aku antarkan saja ya ?"
" Tidak apa, tidak usah ahjussi, aku tidak mau merepotkan mu lagi. "
" Tidak apa - apa, lagi pula aku memang mau pulang, mobilku parkir di trotoar dekat toko kue. Ayo kita kesana."
Lagi - lagi tatapan matanya membuatku tidak bisa berkata tidak padanya. Aku hanya bisa mengikutinya dari belakang menuju parkiran mobilnya.
Dia mengantar ku kembali ke depan gerbang kostan. Mobil pun berhenti, aku langsung berpamitan, dan turun dari mobil. Kali ini, dia tidak mengikuti ku turun dari mobil.
Setelah melihat mobilnya melaju menjauh, aku langsung memutarkan badanku hendak masuk menuju ke dalam gedung, namun betapa terkejutnya aku ketika di hadapanku sudah berdiri seseorang, seorang pria berbadan tinggi memakai kaos putih di padukan dengan sweater salur dengan kancing terbuka dan celana training hitam.
" A Rey, lagi ngapain di sini?" tanyaku sambil memegang dadaku karena terkejut.
" Aku tadi ke kostan mu, kupikir kamu udah tidur. Aku juga mencoba menelpon tapi tidak di angkat jadi aku mau pulang saja, tadinya.. "
" Ah.. iya maaf, sepertinya hpku lowbat, aku belum sempat nge charge, tadi buru - buru pergi mau cari makan."
" Oh... begitu. Terus, udah makan nya ?"
" Udah a, alhamdulillah."
" Tadi di antar siapa ?" tanyanya dengan nada penasaran dan mengangkat alisnya sebelah.
" Itu, tadi kebetulan ketemu lagi sama paman di depan toko kue. Tadinya Hanna mau beli nasi goreng pak Kumis, tapi gak jualan."
" Terus kamu cuma makan malam sama kue - kue itu, belum makan nasi ?"
" Engga kok a, Hanna tadi udah makan di restoran Jepang yang di sana, di traktir paman itu juga. Hihi.. "
" Oh... gitu,,, aa cuma takut nanti mag kamu kambuh kalo gak makan nasi, tapi syukurlah kalo perutmu sudah terisi. Kalo gitu aku pulang dulu ya, cepat pulang dan tidur sana. " Dengan raut muka dan nada kesal, lalu pergi begitu saja.
" Kenapa dia, tumben banget sih !! Ucapku melihat belakang punggungnya yang semakin menjauh.
Sesampainya di rumah, aku bersiap - siap untuk tidur karena sudah merasa lelah dan mengantuk. Tapi, sebelum tidur aku selalu membersihkan wajahku. Melakukan double cleansing, dan memakai skincare rutin ku di malam hari.
Keesokan harinya.
Pukul 6 pagi, aku sudah berada di halte bus, bukan untuk pergi bekerja, karena aku sedang kebagian shift siang, masuk pukul 2 siang. Saat bus datang aku langsung naik ke dalam dan duduk di samping jendela kursi dekat pintu.
Dan, tiba - tiba seseorang duduk di sampingku. Saat ku lihat ternyata dia Rayhan.
" Hai, mau kemana sepagi ini ? Bukannya lagi shift siang ?" tanyanya sambil merapihkan tas di pangkuannya.
" Hanna mau ke pasar a, stok bahan masakan udah abis." jawabku.
" Oh.. pantesan kemarin pergi keluar cari makan malam. "
" Iya, a. Sebenarnya Hanna waktu kemarin pulang dari toko buku mau belanja bahan - bahan di pasar, cuma keburu lupa gara - gara kejadian kemarin."
" Kenapa gak telpon aa aja, masih ada masakan kemarin di rumahku. Kita bisa makan malam bareng di sana."
" Hanna malu a, takut ngerepotin."
" Jangan gitu donk, aa ngerasa bersalah kalo terjadi sesuatu sama kamu."
" Kenapa ?" aku merasa penasaran akan jawabannya kali ini.
" Yaaaa... karena kita sudah kenal lama, dan kita satu kampung halaman, kau boleh meminta bantuanku, apapun itu."
" Gapapa a Rey, jangan merasa terbebani olehku. Aku harus bisa mengurus dan menjaga diriku sendiri dimanapun. Soalnya aku sendiri yang mengambil keputusan untuk pergi merantau ke pulau ini. " Jawabku.
Tanpa terasa, bus sudah berhenti di halte dekat perusahaan tempat Rayhan bekerja. Dia pamit untuk turun lebih dahulu, dia berdiri dan berkata,
" Jangan berkata seperti itu, kau ini tetap seorang wanita, aku khawatir terjadi apa - apa padamu. Jadi, lain kali jangan sungkan meminta bantuanku, oke... "
" Oke.. baiklah, udah sana turun, pak supir sudah melotot dari tadi. " Seru ku sambil sedikit tersenyum.
" Oke.. bye.. ." Dia melambaikan tangannya dan turun dari bus.
Aku sempat mengkhayal akan jawabannya tadi. Aku berharap dia mengatakan..
" Aku mengkhawatirkan mu, karena, aku sangat menyayangimu, Hanna. "
Membuatku terlihat seperti orang gila karena senyum - senyum sendirian sambil memegang kedua pipiku.
Sesampainya di pasar, tanganku langsung sibuk memilih beberapa jenis sayur, buah daging dan bahan bumbu lainnya. Kalau beras, minyak dan telur, aku biasa membelinya di grosir terdekat , setelah pulang kerja.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi, aku harus segera pulang untuk mengurus semua belanjaan dan bersiap - siap pergi bekerja. Saat menuju halte bus, di perjalanan, aku berpapasan dengan seseorang yang ku kenal, bukan karena aku sudah lama mengenalnya, hanya saja aku masih mengingat wajahnya.
Tapi, aku pura - pura tidak melihatnya dan meneruskan perjalananku. Tiba - tiba, seseorang memanggilku..
" Hey... nona manis... "
Aku pura - pura tidak mendengarnya, aku tahu dia sebenarnya memanggilku. Dan tiba - tiba dia sudah berada di hadapanku. Dia berlari menyusulku dan memotong langkahku.
" Ada apa sih... " ucapku dengan nada ketus dan tatapan sinis kepadanya.
" Hei.. santai donk nona manis.. aku tidak akan berbuat jahat di tengah keramaian ini. " Jawabnya sambil tersenyum licik.
" Lalu, kau mau apa, aku sedang terburu - buru ?"
" Aku cuma mau bertanya saja, apa kau pacarnya kak Wan?"
" Kak Wan, siapa?"
" Kemarin kau bersamanya kan, aku memang sedang mabuk tapi aku masih mengingat kejadian yg terjadi kemarin."
Mungkin maksudnya paman Siwan.
" Aku bukan pacarnya, tapi aku mengenalinya, lalu kau mau apa?" tanyaku dengan nada kesal.
" Tidak, aku hanya penasaran saja."
" Apa kau sudah selesai berbicara tuan, saya sedang terburu - buru, jadi... permisi. " Ucapku sambil berlalu meninggalkannya.
Kebetulan saat itu, bus sudah datang. Saat aku hendak naik bus, pria tadi mendahului ku di pintu, dia masuk ke dalam bus. Akan tetapi, saat di atas tangga masuk, dia langsung mengulurkan tangannya padaku..
" Sini, kemarikan belanjaanmu, sepertinya itu sangat berat."
Awalnya aku ragu, aku takut dia malah mau menjambret seluruh belanjaanku. Mana ada orang yang akan langsung percaya, pada seseorang yang sudah mencoba menjambret dirinya sebelumnya.
" Ayo cepat, busnya sudah mau pergi. Sini ku bantu bawakan. " Ucapnya kembali.
Dengan terpaksa aku menyerahkan dua tas belanjaanku padanya. Lalu aku naik ke dalam bus dan mencari tempat duduk. Kupikir dia memang akan naik bus juga karena dia masuk ke dalamnya. Tapi ternyata..
" Pak supir, tolong tahan sebentar. " Pintanya pada supir bus, sedikit berteriak karena saat itu posisinya memang ada di bangku belakang.
" Ini belanjaanmu ' menyerahkan dua kantong belanjaanku, ' dan aku benar-benar menyesal akan kejadian kemarin. Aku sungguh minta maaf, nona. "
Belum sempat aku menjawab, dia langsung pergi, menghampiri supir bus ke depan dan turun dari bus tersebut.
" Orang aneh. " Ucapku sambil melihat dia dari atas lewat jendela bus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments