Episode 18

"Putri, anda tahu yang sebenarnya?" tanya mahkamah agung Indragith.

"Menurut anda mahkamah agung, mana mungkin aku dipenjara jika tidak ada sesuatu ya kan?" ujar putri menyudutkan raja.

"Kau telah seenaknya yang mulia, tahtamu harus segera diturunkan" amarah panglima Khan.

"Ya kami hormat karna utusan raja kami dulu. Lalu kini apa yang kau lakukan yang mulia, kau telah mengingkari janjimu. Jika raja tidak bisa konsisten, dia harus diturunkan. Biar putri menjadi ratu" ujar perdana mentri yang baru yaitu Clarissa.

"Tahu apa kau? kamu itu baru disini" ujar raja.

"Yang dikatakan perdana mentri itu benar yang mulia" tegas panglima Khan.

"Hentikan!" bentak raja.

"Kau yang diam PANGERAN PRATAP" teriak putri.

Keadaan semakin tidak kondusif. Pratap semakin terpojok akan perkataan putri Faradilla. Sedangkan Burhan sudah pergi dari istana semenja Pratap memintanya untuk mencari putri Gabriella.

Maka dari itu tak ada yang membela raja sedikit pun. Raja Cundiga terkenal akan kebaikan dan keramahannya. Dari situlah rakyat banyak yang cinta terhadap kepemimpinannya. Jadi sangat tidak mungkin bila. abdi kerajaan berkhianat akan titah rajanya.

"Sudahlah hentikan, akan aku beri kesempatan untuk kembali kejalanmu paman. Jangan sia-siakan, ini semata-mata hanya karna aku perduli terhadap pangeran Gibran" ujar putri Faradilla.

****************************************

Esoknya

panglima Khan mengerahkan intel kerajaan yang terpercaya untuk mencari putri Gabriella. Sesuai dengan titah putri Faradilla kemarin disidang istana.

Putri Faradilla setelah sarapan, langsung mengemasi beberapa pakain. Tak lama ratu dan pangeran Gibran masuk ke kamar putri Faradilla.

"Kakak?" panggil pangeran Gibran.

"Masuk" ujar putri Faradilla.

Pangeran Gibran dan ratu Avantika masuk ke kamar putri.

"Kamu mau kemana nak?" tanya ratu.

"Aku akan tinggal di rumah tante Vanya, bun"

"Kak, aku minta maaf ya. Atas apa yang dilakukan ayah" ujar pangeran menyesal.

"Lupakan pangeran, yang penting kamu tidak mengikuti kesalahan ayahmu" ujar putri menenangkan pangeran Gibran.

"Kalau gitu, bagaimana jika aku ikut kakak ke rumah tante Vanya? Biar nanti aku bisa jaga kakak kemana aja kakak pergi. Kan katanya kakak mau ngasih tahu aku gimana rasanya jadi orang biasa" ujar pangeran.

"Benar itu putri, ajaklah adikmu ini" pinta ratu.

"Kau yakin pangeran?" tanya putri.

"Yakinlah kak"

"Ya udah, kalau gitu segeralah berkemas" ujar putri.

"Siap kak" pangeran pun bergegas mengemasi pakaiannya.

"Jaga adikmu sayang, jangan sampai dia kenapa-napa" pesan ratu.

"Baik bunda" ujar putri.

Selesai berkemas putri dan pangeran pergi menuju rumah tante Vanya. Ketika diperjalanan putri Faradilla memberi beberapa hal yang perlu dilakukan.

"pangeran, nanti kau akan aku panggil dengan sebutan Martin. Ingat namamu samaran itu" ujar putri.

"Baik kak Bianca" ledek pangeran.

"Kok tahu, nama samaranku Bianca?" tanya putri.

"Ayah yang kasih tahu" ujar pangeran.

"Ouh"

Lama diperjalanan putri mulai merasa mengantuk. Ia pun tidur saling menyandar dengan pangeran yang sudah terlelap lebih dulu.

Beberapa jam berlalu, mereka pun sampai dirumah tante Vanya. Pangeran melihat rumah yang mewah dan tingkat, namun tidak seluas di kerajaannya.

"Kak, ini rumahnya?" tanya pangeran.

"Iya kenapa?"

"Bagus sih, pasti hanya sedikit kamar dan pelayan" keluh pangeran.

"Ada 2 pembantu, 1 supir, dan 1 security"

"Ouh..." respon pangeran nampak kurang nyaman.

"Biasakan dirimu, kita tak akan lama disini"

Pangeran dan putri masuk kerumah tante Vanya. Di dalam mereka disambut hangat oleh Robert. Dia adalah suami tante Vanya, seorang pengusaha pabrik tambang. Di rumah tersebut, tante Vanya tidak ikut menyambut mereka karena masih berada di rumah sakit.

"Tante Vanya dimana om?" tanya pangeran.

"Jam segini, tantemu itu masih sibuk mengurus pasien di rumah sakit" ujar Robert.

"Bukannya rumah sakit itu miliknya ya, kenapa gak minta dokter penggantinya saja?" tanya Pangeran.

"Maksudmu seperti sekretarisnya gitu?" tanya putri.

"Iya" ujar Pangeran.

"Ya tidak selamanya bisa seperti itulah, bagaimana pun tantemu itu harus slalu stay di rumah sakit. Jika ada apa-apa, nantikan yang dimintai pertanggung jawabannyakan pemilik rumah sakit" jelas Robert.

"Sudahlah, Martin kita jalan-jalan keluar yuk" ajak Bianca.

"Nah, betul itu kata Bianca. Lihat-lihatlah lingkungan sekitar, sementara itu om mau kembali ke kantor" ujar Robert.

"Siap om, kunci mobilku mana?" tanya Bianca.

"Tanya ke pelayan ya, om buru-buru. Sampai bertemu nanti anak-anak" ujar Robert yang kemudian pergi.

"Kak, kau punya mobil?" tanya Martin.

"Iya, kenapa?"

"Kok bisa, bukannya selama kakak menyamar. Ayah hanya memberi dana sedikit ya" heran Martin.

"Memang, itu tante yang membelikannya"

"Wah...aku juga mau kalo itu"

"Sudah kalo kita ngobrol, kapan keluarnya"

"Iya-ya kak"

Bianca meminta kunci mobil ke pelayan, setelah ia dapatkan. Bianca dan Martin berjalan-jalan menggunakan mobilnya.

Bianca teringat bila esok adalah ulang tahun sekolahnya dulu. Tak fikir panjang, Bianca pun mengajak Martin untuk ikut ke sekolahnya.

.

.

.

Di gerbang istana.

Bianca memberi pesan ke pak Rendra.

Bianca

Pak, saya dan adik saya ada didepan.

Pak Rendra

Masuk saja.

Bianca lalu memperlihatkan pesannya dengan pak Rendra ke satpam sekolah. Kemudian mereka diperbolehkan untuk masuk. Bianca berjalan menuju tempat resepsionis.

Saat itu juga tak sengaja Arka melihat Bianca sedang duduk. Arka ingin mendekatinya, namun saat itu ia melihat Bianca bersama laki-laki lain. Arka memilih pergi dan tidak menemui Bianca.

Siapa laki-laki itu? Mungkinkah kekasihnya? Atau...siapa dia?...gumam Arka.

Tak lama pak Rendra membawa Bianca ke ruangannya.

"Bianca, apa kabar?" tanya Rendra.

"Baik pak" jawab Bianca.

"Kalau boleh tau, siapa yang bersama dengan nak Bianca ini?" tanya Rendra.

"Perkenalkan pak, saya Martin. Adik kak Bianca" ujar Martin sambil menjulurkan tangannya.

"Saya pak Rendra, kepala sekolah disini" ujar Rendra menjabat tangan Martin.

"Senang berjumpa dengan anda pak" ujar Martin

"Senang berjumpa denganmu juga, Martin" ujar Rendra.

" Pak, sudah sampai mana persiapan untuk acara esok?" tanya Bianca.

"Sudah semua Bianca, hanya saja esok kau sudah pasti datangkan?" tanya Rendra.

"Iya pak saya esok pasti datang. Namun saya mungkin agak terlambat" jawab Bianca.

"Tidak apa-apa nak, yang penting kau datang. Kasihan bu Intan sudah merindukanmu" ujar Rendra.

"Siapa itu bu Intan kak?" tanya Martin.

"Wali kelasku dulu" jawab Bianca.

"Pak bolehkah kami melihat-lihat sekitar? hanya untuk melepas rindu" tanya Martin.

"Melepas rindu?" heran Rendra.

"Maksudnya gini pak, Martin mewakili keinginan saya" jelas Bianca.

"Ouh bolehlah, namun tidak sendiri" ujar Rendra.

"Lalu?" tanya Martin.

Pak Rendra mengambil ponsel yang berada disakunya. Kamudian ia menelpon seseorang.

Hallo bu.

Segera datang keruanganku sekarang!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!