"Bagaimana none bisa berkata seperti itu?"
"Ya karena bagiku, semua itu hanya hal yang konyol. Sebab percuma saja, akhirnya dia juga merasakan sakit untuk ke dua kalinya" ujar Bianca penuh kekesalan.
"Beda none, none adalah keturunan seorang pemimpin. Jadi bagi none itu adalah hal yang sia-sia. Namun cobalah berfikir secara pribadinya none, maka kau akan tau mengapa dia melakukan demikian"
"Gitu ya bik, nanti akan aku fikirkan lagi deh"
"Memangnya kalo boleh bibik tau, siapa yang none maksud?"
"Ya ada pokoknya bik, aku jengkel sama dia"
"Cowok ya" ledek bik Inah
"Bukan bik"
"Lantas siapa?"
"Sudahlah bik, aku mau tidur"
"Ada apa buk?" tanya Bima yang datang tiba-tiba.
"None Bianca, nampaknya kesal sekali dengan seseorang. Tapi dia tak mau bicara orangnya siapa"
"Sudah biarkan saja buk, nanti juga bilang"
"Iya, ayo tidur Bima. Jangan seperti kelelawar tidak tidur malam"
Mereka bergegas tidur, disisi lain bu Intan tak bisa tidur. Ia habis bertengkar hebat dengan suaminya. Tak disengaja bu Intan menyebut nama Bianca di dalam kesedihannya.
Bianca aku ingin mengerjaimu, ingin melihatmu kesal, bahkan sampai kau melihatkan wajah dinginmu. Aku ingin sekali Bianca...gumam bu Intan.
Dalam tidurnya, tiba-tiba Bianca merasa jika ada yang memanggilnya. Ia merasa sedikit gelisah.
.
.
.
Paginya di sekolah.
Rossa tampak senang melihat Bianca menjadi budak bu Intan. Ia tak perlu susah payah untuk mengerjai Bianca.
Di kelas Rossa mengolok-olok Bianca.
"Iya sekarang dia babunya bu Intan, kasihan ya. Cantik-cantik babu" sindir Rossa didepan teman satu kelas.
Seperti biasa Bianca tidak merespon yang di ucapkan Rossa.
"Woy! gak punya telinga apa?" teriak Rossa ke Bianca.
"Mungkin malu kali Ros" ujar Kiky.
"Apaan kamu Rossa, gak usah ikut campur urusannya Bianca napa" sewot Arka.
"Kok kamu yang sewot, Bianca aja diem kamu kenapa? ada perasaan sama budaknya bu Intan ini" ledek Rossa.
"Aku hanya membela. Tidak sepantasnya dia di perlakukan seperti itu" debat Arka.
"Cukup!" tegas Bianca, ia pun pergi meninggalkan kelas.
Mendengar Bianca di bully oleh teman-temannya. Bu Intan semakin menjadi membuat Bianca kesal. Ia menyuruh-nyuruh Bianca nampak seperti anak buahnya.
.
.
.
Istirahat
Ketika Bianca akan ke kantin, bu Intan meminta anak kelas lain untuk memanggilkan Bianca. Setelah Bianca sampai ruang guru, bu Intan memintanya sekedar berdiri di dekatnya.
"Hukuman saya haruskah seperti ini bu?" tanya Bianca kesal.
"Dek ini keterlaluan, dia juga butuh istirahat" bu Leny membela.
"Ini sudah jadi tanggungannya" ujar bu Intan santai.
"Keterlaluan, saya pergi" ujar Bianca kesal.
"Kau tidak bisa pergi" tahan bu Intan.
"Saya memang salah bu, namun saya bukan bonekah. Yang bisa anda permainkan, hanya untuk menutupi kesedihan pribadimu" Bianca sangat kesal.
Bu Intan terdiam merenungi perkataan Bianca barusan. Guru lain juga hanya terdiam, melihat Bianca bicara dengan menahan penuh amarah untuk bu Intan.
"Dek, Bianca sudah cukup sabar dari kemarin kau perlakukan seperti itu. Apa kau tidak memperdulikannya? bahkan dalam kemarahannya dia masih berusaha menghormatimu" ujar bu Leny.
"Sudahlah mbk, aku mau ke kamar mandi"
Diantara guru yang lain, hanya bu Leny yang sangat perduli dengan bu Intan. Dalam rasa bersalahnya. Bu Intan pergi ke kamar mandi untuk menyembunyikan air mata yang akan tumpah.
Setelah menenangkan diri, bu Intan keluar dengan wajah angkuhnya. Ketika keluar, tak sengaja lengan bu Intan tergores paku yang hampir berkarat. Sampai keluar darah yang lumayan banyak.
Di ruang guru
Bianca datang dengan sigap membawa obat untuk bu Intan. Arka tak sengaja juga sedang ingin mengumpulkan tugas d ruang guru. Saat di pintu masuk Bianca yang terburu-buru tak sengaja bertabrakan dengan Arka.
"Aarrrgh..."
"Bianca, kamu gakpapa?"
"Ya..." Ketika ketidak sengajaan itu membuat Bianca tertegun sesaat.
Sampai Bianca pun teringat, jika Ia harus mengobati luka bu Intan. Bianca masuk duluan ke ruang guru.
Di dalam bu Intan sedang membersihkan darah yang masih mengalir. Bianca langsung duduk di dekatnya untuk mengobati.
"Bagimana kamu tahu saya terluka?"
"Bu, anda yang meminta saya untuk bertanggung jawab atas apapun yang terjadi kepada anda. Jadi ini sesuatu yang wajar bukan?"
"Ya mungkin"
"Sudahlah aku obati dulu takut nanti terinfeksi"
Arka terdiam di depan meja bu Intan, memandangi Bianca yang sangat mempesona. Sampai bu Intan menyadari jika Arka menyukai Bianca.
"Arka, kau masih disini?" tanya bu Intan
"Iya bu, sekalian mau kembali ke kelas sama Bianca"
"Ouh... nunggu Bianca, ini mapelnya siapa?"
"Bu Leny" jawab ketus Bianca.
Bu Intan terdiam melihat Bianca nampak tidak suka. Bila Ia berbicara banyak dengan Arka.
"Sudah selesai bu, saya minta izin kembali ke kelas" ujar Bianca.
"Ya pergilah"
Bianca pergi ke kelas bersama Arka. Bima melihat mereka semakin dekat, ia pun terbakar api cemburu.
.
.
.
Pulang sekolah
ketika Bianca sedang menunggu bu Intan pulang, Bima lagi menantang Arka di tempat parkir. Desy dan Bella yang melihat hal tersebut langsung memberi tahu Bianca.
"Bianca!" teriak Desy.
"Ada apa Des?"
"Desy berantem" sahut Bella.
"Kok aku, itu Arka sama Bima berkelahi" ujar Desy.
"Loh kenapa? kok bisa?" tanya Bianca keheranan.
"Udah ikut saja" ujar Bella.
Bianca, Bella dan Desy bergegas menuju tempat parkir. Bianca melihat Bima menyerang Arka dengan berutal. Karena geram Bianca pun turun tangan.
Bianca menangkap pukulan Bima yang akan mengarah ke Arka.
"Lawan aku Bima" tegas Bianca.
"Tidak, aku tidak bisa melawanmu" ujar Bima penuh hormat.
"Kenapa? kau bisa melawannya kenapa tidak bisa melawanku. Apa karena aku perempuan, jadi ini akan menjadi hal yang memalukan untukmu?"
"Sudah Bianca, aku masih bisa melawannya" ujar angkuh Arka.
"Merebutkan apa kalian ini?" tanya Bianca sinis.
"Tidak Bianca, aku akan pulang. Ibuk pasti mencariku" alasan Bima.
"Aku juga harus antar mama ke pernikahan tanteku" alasan Arka.
"Kalian pikir aku percaya. Serah kalianlah, ingat Bima. Aku kecewa denganmu" ujar Bianca yang kemudian pergi.
Bima sangat merasa bersalah, karena amarahnya. Bianca menjadi kecewa dengannya. Selama perjalanan pulang Bima terus berfikir bagaimana harus membujuk Bianca. Sedangkan Bianca...
Merasa aneh, tak biasanya Bima seperti itu. Tak berapa lama bu Intan keluar, Ia ingin mengajak Bianca makan diluar.
"Bianca, kita nanti mampir ke tempat makan dulu" ujar bu Intan.
"Anda yakin bu?"
"Ya, memang kenapa?"
"Enggak, saya hanya tanya saja"
Tak berapa lama diperjalan, bu Intan meminta berhenti di tempat makan seafood. Bianca sedikit ragu, namun bu Intan memaksanya. Membuat Bianca tak ada pilihan lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments