Episode 3

"Kau benar Kiky, harus kulabrak Bianca anak baru itu. Berani-beraninya dia deketin bubuku Bima" ujar Rossa.

.

.

.

Dikantin

Bima, Bianca, Bella dan Desy tampak akrab makan siang bersama. Bahkan Bima sebagai senior tidak canggung ikut kumpuk bersama juniornya.

"kak, ajarin kami dong biar bisa main basket sehebat kakak" ujar Bella.

"kurusin dulu tuh lemak diperutmu baru minta ajarin main basket" ledek Desy.

"Hahaha...." Bima dan Desy tertawa terbahak-bahak.

"Sudah gak baik bully seperti itu" ujar Bianca.

"Makasih Bianca kamu udah belain aku, Desy emang kaya gitu" ujar Bella.

"Ya udah maaf Bel, aku cuma bercanda" bujuk Desy.

"Hhmm" Bella kesal

"Bima kok gak minta maaf" tegur Bianca.

"Baik" reflek Bima "Maaf ya, cuma bercandaan saja tadi"

Bella dan Desy sedikit terkejut berani sekali Bianca memerintah kakelnya seperti itu. Bahkan hanya memanggil nama, sedikit tidak sopan.

Tiba-tiba Rossa datang dengan beberapa gengnya. Memegang pundak Bianca dan sedikit menggertak.

"Menjauh dari kak Bima, jika kau tidak mau berurusan denganku!" bisik ancaman Rossa kepada Bianca.

"memang dia siapa kamu?" tanya Bianca.

"Dia pacarku" jawab Rossa.

"Rossa apa-apaan kamu, buat kekacauan seenakmu. Kamu adik kelasku berbuatlah selayaknya adik kelas" tegur Bima.

Kalau dia tau aku putri mana brani dia kayak gini ke aku, gumam Bianca

"Bubu Bima, kamu itu bolehnya deket sama aku. Jangan deket-deket mereka ntar ikut-ikutan cupu" ujar Rossa.

"Mari none, kita pergi" Bima menggandeng Bianca pergi.

"Huu...harusnya tuh kamu sadar diri Rossa kalau kak Bima tuh gak suka sama kamu" ujar Desy.

"Iya gak punya malu, huuu..." ledek Bella.

"Diam kalian! Bima itu suka sama aku kalian aja yang sirik" ujar Rossa.

"Sudahlah Rossa mereka sudah tidak penting, Bima juga sudah pergi" ujar Kiky

"Iya kita pergi saja" ujar Bianca"

Rossa dan gengnya pergi meninggalkan kantin.

Disisi lain Bima mengajak Bianca keliling sekolah. Sambil Bima berusaha mengajak Bianca mengobrol mengenai diri mereka masing-masing.

"Maaf none, kalau saya boleh tau none itu seperti apa sih" tanya Bima sedikit ragu.

"Ya kayak gini, oh iya panggil Bianca saja kalau disekolah ntar semua jadi tau lagi aku siapa" ujar Bianca.

"Baik none," ujar Bima.

Bima tampak kebingungan mencari topik pembicaraan untuk mengobrol dengan Bianca.

"Bianca, kamu suka nggak sekolah disini?" tanya Bima.

"Lumayanlah, untuk murit baru kayak aku" jawab Bianca.

"Kalau Rossa macam-macam sama kamu, bilang aku ya. Aku gak mau kamu kenapa-napa" ujar Bima.

"Hah...maksudnya" tanya Bianca.

"Eh, enggak none gakpapa" Bima gerogi.

Suasana kembali hening setelah Bima salah bicara pada Bianca. Melihat kecantikan Bianca, tanpa tersadar Bima mulai jatuh cinta. Namun Bima berusaha menyembunyikan perasaannya. Tersadar jika dia hanya pelayan tak pantas untuk seorang putri.

"Katanya kamu jago basket ya?" tanya Bianca.

"Enggak jago, cuma bisa saja" jawab Bima.

"Mmhh...Bima pulang sekolah bisa antar aku kepasar pelangi?" tanya Bianca.

"Iya, ada apa Bianca?" tanya Bima.

"Aku masih penasaran dengan keributan yang terjadi waktu itu" jawab Bianca.

"Jangan Bianca, terlalu bahaya" ujar Bima.

"Aku bisa sendiri Jika kamu takut" ujar Bianca.

Lalu Bianca jalan duluan meninggalkan Bima. Bima merasa jika ini kesempatannya untuk bisa semakin dekat dengan sang putri.

****************************************

Bel masuk berbunyi

Jam pelajaran kembali dimulai. Rossa berusaha terlihat yang paling bisa dalam pelajaran menggambar. Ia berniat ingin memperlihatkan kemampuannya pada Bianca.

"Siang anak-anak" ujar pak Agus guru gambar teknik.

"Siang pak" jawab serentak murit-murit.

"Pelajaran kali ini, kita akan tanya jawab saja ya anak-anak" ujar pak Agus.

"Yah pak kok tanya jawab, kenapa tidak menggambar saja" tanya Rossa.

"Lain kali saja Rossa, kan ada murit baru jadi pelajaran kali ini ngobrol-ngobrol dulu saja. Agar murit baru bisa lebih mengerti pelajaran bapak" jawab pak Agus.

Rencana Rossa gagal untuk pamer terhadap Bianca. Mengetahui hal tersebut Bianca tersenyun manis ke arah Rossa.

.

.

.

Pulang sekolah

Arka menghampiri Bianca dan berusaha jalan sejajar dengannya.

"Hay Bianca" sapa Arka.

"Hay" balas Bianca.

"Rumah kamu dimana? mau aku antar?" tanya Arka.

"Tidak, terimakasih" jawab Bianca.

"Kenapa? kamu tidak perlu sungkan denganku" ujar Arka.

"Tidak Arka, aku pulang dengan Bima" ujar Bianca.

"Ouh...lain kali kamu mau nggak pulang denganku" tanya Arka.

"Boleh saja" jawab Bianca sambil tersenyum ke Arka

"Yes...kalau gitu aku duluan ya" ujar Arka.

"Iya" ujar Bianca

Arka pergi, tak berapa lama Bima datang menjemput Bianca.

"Bagaimana?" tanya Bianca.

"Saya ikut none, keselamatan none tanggung jawab saya" jawab Bima.

"Bagus, kita berangkat sekarang" ujar Bianca.

****************************************

Sesampainya dipasar pelangi

Bianca mencari barang bukti atau mungkin hal yang mencurigakan. Ditengah pencarian mereka terlihat oleh preman-preman yang pernah mengroyok Bianca. Merasa bukan saat untuk berkelahi, Bianca pun menarik tangan Bima untuk kabur.

Setelah kejar-kejaran yang cukup melelahkan Bianca menemukan tempat persembunyian. Ia pun memberi tahu Bima dan bersembunyi berdua. Karena tempatnya yang berdebu Bima hampir saja akan bersin. Namun hal tersebut dicegah oleh Bianca dengan menyikap mulut Bima. Hal itu membuat Bima semakin deg degan ketika bersama Bianca.

"Hampir saja kita ketahuan" ujar Bianca.

"Maaf none, ini salah saya" ujar Bima.

"Sudahlah, lihat ada kalung disana" ujar Bianca sambil menunjuk kearah gerobak tua.

"Mana none? saya hanya melihat gerobak tua saja?" tanya Bima.

"Iya itu dibawahnya, sudah ayo kita ambil" ujar Bianca.

"Tunggu none, siapa tau preman itu masih disekitar sini" ujar Bima.

"Kita tak ada banyak waktu Bima, segera ambil kalung itu dan kita pergi dari sini" ujar Bianca.

"Baik none" ujar Bima.

Mereka mengambil kalung tersebut dan membawanya pergi.

****************************************

Dirumah

Bianca masih menyimpan kalung tersebut disaku bajunya. Lalu ia bergegas membersihkan tubuhnya.

Selesai mandi Bianca mengambil kalung temuannya dipasar pelangi. Alangkah terkejutnya bandul kalung tersebut sama dengan tanda kerajaan yang ia miliki di pundaknya.

"None Bianca, boleh saya masuk" suara Bima mengejutkan Bianca.

"Masuk saja Bim, pintu tidak terkunci" ujar Bianca.

Bima masuk lalu duduk diranjang berhadapan dengan Bianca.

"Bagaimana? dapat petunjuk dari kalung temuanmu tadi?" tanya Bima.

"Coba kau lihat sama tidak bandul dari kalung ini dengan pundakku" Bianca memperlihatkan bahunya sebelah kanan.

"Sama none, mungkinkah jika ada orang dalam istana yang ingin raja turu tahta" terka Bima.

"Mungkin Bima, aku juga berfikir demikian. Bisa saja penjahat itu sengaja menggunakan kalung ini, agar dimata rakyat putri dan pangeranlah yang telah kejam semena-mena dengan rakya" ujar Bianca.

Terpopuler

Comments

triana 13

triana 13

lanjut

2021-08-25

0

senja

senja

orang gak merasa aneh, Bima nyebut Bianca, "none" ya?

2021-07-14

0

Caramelatte

Caramelatte

semangat thor!
Dapat salam dari "Belong to Esme"

2020-12-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!