"Apa ayah?" tanya putri.
"Lihat esok saja" sahut ratu.
Raja dan ratu pergi ke tempat istirahatnya, sedangkan pangeran masih menemani putri.
"Kak, kau sepertinya sangat senang dengan kehidupanmu yang sederhana" ujar pangeran.
"Iya, kau harus mencobanya pangeran" ujar putri.
"Sudah, ayo kak. Aku antar ke kamarmu" ujar pangeran.
"Ayo" ujar putri.
.
.
.
Hari berlalu
putri Faradilla telah secara sah di angkat sebagai putri Mahkota. Masyarakat sangat mendukung pilihan raja, namun ada juga yang meragukannya. Kini musuh-musuh berdatangan untuk mengancam nyawa putri.
Tak ingin menjadi ancaman putri mahkota memilih untuk menyamar kembali. Menjadi rakyat biasa dan hidup di tengah tengah warga. Raja menyetujuinya, putri kembali ke rumah sederhananya dengan bik Inah dan Bima.
"Ayah aku akan merindukanmu" ujar putri.
"Jaga dirimu, putriku. Ayah akan meminta panglima Khan untuk menengokmu setiap minggunya" ujar raja.
"siap raja" ujar putri.
"Jaga dirimu nak, sering-seringlah temui bunda" ujar ratu
"Bunda tenang saja, tugasku selesai. Aku akan kembali" ujar putri.
"Iya sayang" ujar ratu penuh cinta.
Putri pergi meninggalkan istana. Di temani beberapa penjaga yang juga menyamar.
.
.
.
Paginya
putri telah menjadi Bianca kembali. Ia berangkat sekolah bersama Bima.
"Bagaimana keadaan di sekolah?, setelah aku 3 hari tidak masuk" tanya Bianca.
"Bu Intan tampak gelisah mencarimu none" jawab Bima.
"Iya aku masih memiliki dihukum dengannya" ujar Bianca.
"Kalau begitu, datangilah dia" ujar Bima.
"Iya" ujar Bianca.
Sesampai di sekolah Bianca menemui bu Intan. Bianca memberanikan diri mendatangi bu Intan di ruang guru.
"Bu Intan" sapa Bianca.
"Bianca, dari mana saja kamu? Apa kamu lupa dengan hukumanmu? Dengan janjimu juga" ujar bu Intan.
"Maaf bu, anda salah. Saya tidak menjanjikan apapun dengan anda, saya hanya menerima hukuman dari anda" ujar Bianca.
"Berani sekali kamu!" teriak bu Intan mencuri perhatian guru-guru lainnya.
"Ada apa dek?" tanya bu Novi
"Maaf bu, saat akan bicara Ya. Jika saya benar-benar berjanji pada anda. Tetapi kali ini anda salah, saya tidak pernah menjanjikan apa pun" ujar Bianca.
"Bianca!" Tegas bu Intan.
"Maaf bu, lebih baik saya pergi. Nanti jika bu Intan sudah mengingatnya, anda bisa memanggilku kembali" ujar Bianca pergi dari hadapan bu Intan.
Bu Leny melihat Bianca keluar dari ruang guru dengan wajah dingin. Ia pun berusaha mencari tahu apa yang baru saja terjadi. Di dalam bu Intan sangat marah dengan kelancangan Bianca.
"Dek, ada apa?" tanya bu Leny.
"Bianca melupakan janjinya yang telah dia ucapkan di depan rumah sakit" ujar bu Intan.
"Namun dek, dia benar. Dia hanya akan memenuhi hukumannya saja. Tidak ada janji yang terucap" ujar bu Leny.
"Benarkah? Namun mengapa aku hanya ingat, jika ia menjanjikannya untukku" ujar bu Intan.
"Tak apa kau bisa meminta maaf padanya nanti" ujar bu Leny.
"Yang mudalah yang harusnya meminta maaf, bukannya saya" ujar bu Intan.
Bu Intan merupakan sosok yang baik, lembut dan bertanggung jawab. Namun karena suatu hal ia berubah. Menjadi sedikit angkuh dan sombong.
.
.
.
Istirahat
bu Intan mendatangi Bianca di kelasnya. Ia tampak antusias untuk menemui Bianca.
"Bianca?" sapa bu Intan.
"Iya bu" balas Bianca.
"Bu Intan ada apa ke kelas?. Inikan tidak ada jam pelajarannya bu Intan" tanya Rossa.
"Bu Intan minta kosongkan kelas ini, saya mau bicara berdua dengan Bianca"
"Baik bu" jawab serentak murit yang berada di kelas saat itu.
Setelah semua murit keluar, bu Intan berbicara kepada Bianca.
"Ada apa bu?" tanya Bianca.
"Ya saya salah, namun kau tetap ingat bukan tanggung jawabmu?" tanya bu Intan.
"Iya, tapi bu Intan. Apakah anda tidak meminta maaf padaku atas kejadian tadi?" ujar Bianca.
"Bianca, tetaplah berada pada posisimu" ujar bu Intan.
"Hahaha... bu Intan, apakah meminta maaf harus memandang kedudukan. Seorang raja saja berani meminta maaf kepada rakyatnya jika beliau bersalah. Mengapa di antara guru dan murit ada pengecualian?" ujar Bianca.
"Cukup Bianca, disini aku hanya menagih atas hukumanmu. Bukannya nasihatmu" ujar bu Intan lalu pergi meninggalkan Bianca.
Saat berjalan keluar, bu Intan sempat tersandung. Namun dengan sigap Bianca menarik tangan bu Intan agar tidak terjatuh di lantai.
"Mengalah bukan berarti kalahkan bu" ujar Bianca tersenyum ke arah bu Intan.
Bu Intan pun pergi dengan kesal terhadap perkataan Bianca.
Bianca menyadari jika sifat yang diperlihatkan bu Intan terhadapnya. Bukanlah sifat bu Intan yang asli, Bianca perlu memberi kepercayaannya sedikit. Agar bu Intan dapat sadar mengenai sikapnya yang dulu.
.
.
.
Pulang sekolah.
Bianca menunggu bu Intan di luar ruang guru. Sudah hampir setengah jam Bianca berdiri, amun bu Intan belum juga keluar.
Karena takut terjadi apa-apa, Bianca pun masuk ke ruang guru. Ia melihat bu Intan sedang asik mengobrok dengan guru lainnya.
"Ada apa Bianca?" tanya bu Intan.
"Tidak bu, saya tunggu di luar" ujar Bianca menahan kesalnya.
"Ya sebentar lagi, bu Intan akan pulang" ujar bu Intan santai.
Mendengar bu Intan tidak memperdulikan pentiannya. Membuat Bianca sangat kesal mendengarnya.
Dia kira aku tidak punya kerjaan lain saja, mana Bima sudah pulang lagi...gumam Bianca.
3 jam berlalu
bu Intan belum kunjung keluar. Bianca pun kembali masuk ruang guru untuk menemui bu Intan.
"Bu?" sapa Bianca.
"Ada apa Bianca?" tanya bu Intan.
"Sudah waktunya, apakah anda tidak di cari orang rumah ketika pulangnya terlambat?"
"Ya dek, pulanglah. Pasti dia sudah di cari orang rumah. Jangan buat ibunya cemas" ujar bu Maya.
"Maaf bu, bukan saya. Namun bu Intan sendiri" ujar Bianca.
"Maksudmu?" tanya bu Leny.
"Maaf bu, bu Intan adalah seorang istri. Yang saya tahu, suaminya sangat cemas jika bu Intan pulang terlambat" ujar Bianca.
"Iya kita pulang sekarang" ujar bu Intan bergegas pergi.
Bu Intan merasa jika Bianca telah menjadi mata-matanya. Bahkan menurutnya Bianca dapat membuka rahasia yang sudah lama disembunyikannya.
bu Intan meminta Bianca untuk menyetir mobilnya.
"Bu apa anda yakin?" tanya Bianca.
"Iya, apa kau tidak bisa menyetir?"
"Aku bisa menyetir, hanya bertanya saja. Jika kau serius memintaku menyetir"
"Ya aku serius"
Bianca mengantar bu Intan pulang, dengan selamat. Sampai di rumah, bu Intan tampak berbeda. Lebih diam dan ketakutan dengan suaminya.
Tak mau ikut campur, Bianca memilih langsung pulang.
.
.
.
Di rumah
Bianca tampak lelah, bik Inah pun memijati kaki Bianca. Lalu mereka berbincang-bincang mengenai apa saja yang di lakukan Bianca seharian ini.
"Bik, mengapa orang-orang menyembunyikan dukanya, dengan sifatnya yang bertolak belakang? Apa tidak percuma saja?" tanya Bianca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
triana 13
lanjut
2021-08-25
0