"Sudahlah, kasihan Bianca. Meladeni kalian tidak akan ada habisnya" ujar Bima.
Lalu Bima pergi meninggalkan sekolah bersama Bianca. Desy dan Bellapun kembali ke kelas.
Ketika perjalanan pulang, Bianca meminta untuk Bima mengantarnya ke pasar. Tempat dimana ia menemukan kalung aneh tersebut. Karena Bima berfikir jika Bianca belum begitu sehat, Bima pun menolak permintaan Bianca.
"Tidak none, kamu masih kurang enak badan. Lebih baik kita pulang ya, lain kali saja kita kembali" ujar Bima.
"Kau akan membuat usahaku sia-sia Bima" ujar Bianca.
"Maksudnya?" tanya Bima.
"Aku sengaja tidak sarapan, sengaja mengatakan jika aku yang membuat Rossa di hukum. Karena aku ingin kita pulang cepat dan dapat menemukan orang yang membuatku seperti ini!" ujar Bianca.
"Tindakanmu ini tidak benar none" ujar Bima sambil menghentikan motornya yang melaju.
"Ya aku salah, tapi aku terpaksa. Jika kau tidak sejalan denganku, aku akan pergi sendiri. Lupakan semua tugasmu, kini kau bebas" ujar Bianca.
Bianca turun dari motor dan berjalan menjauhi Bima.
Aku tidak bisa meninggalkan none Bianca sendirian. Mau bagaimana pun keselamatannya adalah tanggung jawabku. Aku harus ikut dengannya...gumam Bima.
"Berhenti none, saya ikut" teriak Bima.
Bianca tersenyum.
"Kita mulai dari mana sekarang?" tanya Bima sembari tersenyum ke arah Bianca.
Bianca duduk di atas motor dan minta Bima untuk jalan.
****************************************
Masuk area pasar Bianca mencari petunjuk selanjutnya. Sembari mencari preman memakai kalung yang sama dengan yang ditemukan Bianca. Bima terceletuk menanyakan sesuatu yang bersifat pribadi ke Bianca.
"none, kalau boleh saya tahu. Seperti apa cowok idaman none Bianca?" tanya Bima.
"Hah? aku saja belum terfikirkan sampai kesana" jawab Bianca.
"Ouh...siapa tau jika ada" ujar Bima.
"Shuppp" Bianca membungkam mulut Bima agar tidak menimbulkan suara.
Bianca menunjuk ke seorang pria yang sedang berdiri tegak di balik pilar. Pada saat itu Bima merasa setiap keadaan inilah, ia akan dekat dengan Bianca. Setelah melihat pria itu pergi, Bianca dan Bima bergegas untuk mengikutinya.
Hingga berhenti di suatu tempat. Sepeti markas dengan berbagai botol minuman yang berserakan. Takut jika tertangkap mereka pun mencari tempat strategis untuk bersembunyi.
Tak berapa lama preman-preman yang tak asing untuk Bianca, berkumpul. Mereka menggunakan kalung yang sama seperti yang tlah di temukan Bianca. Layaknya sebagai sebuah tanda pengenal. Bianca curiga jika ini adalah konspirasi melawan raja. Ia pun menunggu sampai pemimpin komplotan tersebut datang.
.
.
.
Setelah penantian kurang lebih 20 menit, ketua komplotan pemberontak itu datang. Kini yang di tunggu-tunggu Bianca akan segera terjadi. Tinggal bagaimana Bianca menyiapkan bukti-bukti itu sekomplit dan serapih mungkin.
"Bima mana ponselmu? Kita harus rekam dan potret semua ini, jika perlu wajahnya sampai terlihat jelas" bisik Bianca.
"Siap none" ujar Bima pelan.
Sesaat ketika pemimpin komplotan tersebut membuka maskernya. Bima sesegera mungkin untuk memotretnya. Tak tertinggal juga obrolan mereka di rekam oleh Bima.
Setelah semuanya selesai dan bukti-bukti terkumpul. Bianca mulai menyusun rencana agar dapat keluar dengan selamat. Karena celahnya sangat kecil, Bianca meminta Bima untuk mengotori wajahnya. Tak berfikir lama Bima hanya mengikuti yang dikatakan Bianca.
Bima keluar dengan pelan-pelan, Bianca mengikutinya dari belakang. Tetapi sewaktu berada di pintu keluar. Bima tak sengaja menyenggol bekas botol minuman. Sampai menimbulkan suara yang menyadarkan mereka.
"Segera kabur Bim" teriak Bianca.
Mereka pun saling kejar.
"Bima di mana kau menaruh motormu?" tanya Bianca.
"Ada di luar pasar none, sebelum jalan masuk" jawab Bima.
"Kalau gitu, ayo. Kita harus segera keluar dari sini" ujar Bianca.
Bianca dan Bima lari menuju ke luar pasar, untuk menghampiri motor Bima. Setelah sampai mereka pun pergi.
"Aku pikir akan sangat sulit pergi dari sana. Ternyata hanya dugaanku saja" ujar Bianca.
"Iya none, tapi kita jangan senang dulu. Siapa tau ini hanya jebakan mereka saja" ujar Bima.
"Iya kau benar, kita harus tetap waspada" ujar Bianca.
Ada yang aneh di depan, Bianca meminta Bima untuk menghentikan motornya. Lalu mereka pun turun dari motor. Bianca menarik tangan Bima dan mengajaknya lari masuk desa.
"Ada apa none? sampai kita lari seperti ini" tanya Bima.
"Siapa yang ngajak kamu lari, gak sadar apa? Muka kita cemong, aku mau ajak cuci muka saja" jawab Bianca.
"Benar kata none, bagaimana aku baru sadar" ujar Bima.
Bianca sedikit tertarik dengan Bima akan kepolosannya dan kejujurannya. Walau kadang sedikit protektif, Namun Bima tak pernah lupa akan tanggung jawabnya.
Sesudah membersihkan muka Bima dan Bianca kembali, ke tempat motornya berada. Mereka pulang dengan perasaan yang sama-sama berbunga-bunga.
****************************************
Di rumah
Bianca sesegera mungkin menggandakan bukti-bukti yang sudah di dapatkannya. Ia sedikit lega, mengetahui motif mereka memberontak kepada raja. Bahkan dia yang sempat di curigai Binca, merupakan dalang dari pemberontakan ini semua.
Bianca menunda untuk memberi tahu raja.
.
.
.
Pagi hari
Bima membangunkan Bianca yang masih tertidur lelap.
"None? bangun!" ujar Bima.
"Aku sudah siap Bim" ujar Bianca keluar kamar.
"None sangat cantik" ujar Bima.
"Bima..." ujar Bianca tersipu malu.
"Aku jujur" ujar Bima.
Selesai sarapan Bianca berangkat ke sekolah. Disatu sisi...
****************************************
Raja Cundiga gelisah berada jauh dari putri kesayangannya. Bahkan ratu Avantika merasa sedih, hari-harinya takada kebahagiaan. Pikirnya putri Faradilla telah tiada di tangan suaminya. Semua rakyat pun juga berfikir demikian.
Pangeran Gibran mendatangi raja Cundiga dengan keraguannya.
"Ayah? sampai kapan kita seperti ini?" ujar pangeran Gibran.
"Ayah masih memikirkannya putraku" ujar raja Cundiga.
"Sampai kapan? rakyat akan berfikir jika kerajaan sengaja menutup mata dengan pemberontakan ini" ujar pangeran dengan kesal.
"Sabar pangeran, kakakmu juga sedang mencari bukti diluar sana. Kita tidak bisa terburu-buru memikirkan ini" ujar Raja.
"Aku tak tahan melihat bunda seperti ini ayah. Selalu sedih memikirkan putrinya yang di anggap sudah tiada" ujar pangeran.
Tak berapa lama seorang pelayan mengetuk pintu. Cips kecil telah dikirim dari luar istana. Setelah pelayan keluar, pangeran mengaktifkan cips tersebut. Hologram Bianca keluar...
Ayah, aku sangat senang dapat merasakan pengalaman seperti ini. Dari sini aku dapat melihat semuanya. Keadilan dan ketidak adilan terlihat jelas. Bagaimana rakyat sangat menghormati dan mengabdi kepada raja. Sudah kudapatkan apa yang telah menjadi tugasku. Aku akan segera kembali yah...
Raja sangat senang dapat melihat dan mendengar suara putrinya. Penantian akan segera berakhir.
"Genap usianya 17 tahun nanti ayah akan mengangkatnya sebagai putri mahkota" ujar raja.
"Benarkah ayah, itu sebentar lagi. Aku akan memberi tahu ibu" ujar pangeran.
"Tunggu pangeran, jangan kau lakukan. Biarkan ini berjalan sesuai yang telah direncanakannya" ujar Raja.
"Tapi ayah.." ujar pangeran terpotong.
"Ingat banyak musuh yang menginginkan nyawanya, jadi mengertilah" sahut raja.
"Baik raja" ujar pangeran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
triana 13
lanjut
2021-08-25
0
Caramelatte
eyo author hebat! aku mampir🤗 semangat upnya! 💪
2021-01-28
1