Episode 9

Dari luar, restorannya tampak rame dan banyak pengunjung yang terus berlalu lalang. Bu Intan menggandeng tangan Bianca menuju tempat pemesanan.

"Mbk, saya pesan kerang, ikan, kepiting, sama baby squid ya"

"Iya ibu, ikannya mau jenis apa?"

"Tuna mbk, kamu pesan apa Bianca?"

"Serah bu" ujar Bianca.

"Bu, kerangnya?. Tinggal ada kerang darah sama kerang hijau"

"Kerang hijau saja mbk"

"Minumannya?"

"Jus lemon dan kelapa" sahut Bianca.

"Sudah?, ini nomor antriannya semoga hari anda menyenangkan"

"Terimakasih mbk"

Mereka pun mencari tempat duduk yang kosong. Sembari menunggu pesanan Bianca mengobrol dengan bu Intan mengenai hal lalu.

"Siapa nama lengkapmu?" tanya bu Intan.

"Amartha Bianca Faradilla"

"Bagus" bu Intan seperti teringat sesuatu ketika Bianca memberi tahu nama lengkapnya.

"Ada apa bu? kok ekspresinya kaya gitu"

"Kayak gitu gimana?"

"Ada sesuatu dipikirkan anda, yang membuat anda terdiam. Setelah mendengar nama lengkapku"

"Iya sepeti nama adikku. Dulu aku punya adik, usianya selisih 10 tahun denganku. Dia sangat cantik, bibirnya begitu manis dan rambutnya bergelombang" tanpa sengaja bu Intan bercerita sembari menitikkan air mata.

"Lalu?"

"Saat usianya 5 tahun, aku di kirim keasrama untuk pendidikan. Setelah itu aku sudah tidak bertemu dengannya. Bahkan aku tidak tahu kabarnya sampai sekarang"

"Maaf bu, ini pesanan anda" ujar seorang pelayan membawa pesanan bu Intan.

"Makasih mbk"

Mereka pun menikmati makanan yang telah di hidangkan. Bianca hanya memakan sedikit, sedangkan bu Intan memakan semua. Layaknya seorang yang sudah lama belum makan. Bianca senang melihat ke rakusan bu Intan.

"Bu, apa anda kelaparan?"

"Aku sangat suka seafood, dulu aku suka pergi snorkeling dan pulangnya. Pasti aku memesan seafood dan dulu-duluan makan sama suamiku"

"Tampak menyenangkan"

"Ya dulu aku sangat merasa bahagia"

"Lalu, sekarang?"

"Sudah habiskan, nanti kelamaan diluar..."

"Suamimu akan marah bukan?"

"Hentikan Bianca, jangan buat selera makanku hilang"

"Maaf bu, kalau gitu saya akan menunggu diluar" Bianca pergi meninggalkan bu Intan di dalam.

Masih saja dia keluar dari garis aman, aku kasihan terhadapnya. Namun dia slalu mengabaikan apa yang slalu aku ingatkan...gumam Bianca.

Di luar Bianca berdiri di samping mobil dengan kesal. Ia ikut merenungi apa yang telah di lakukannya sudah benar.

Setelah bu Intan keluar, mereka pun pulang tanpa saling bicara.

.

.

.

Malamnya,

Bianca kesal sekali dengan bu Intan atas kejadian tadi. Sesaat tiba-tiba Bima mengetuk pintu kamar Bianca.

"None, boleh saya masuk?" pinta Bima.

"Iya"

"None saya minta maaf atas kejadian tadi siang" ujar Bima dengan penuh rasa bersalah.

"Ada apa sebenarnya?"

"Hanya salah paham saja none"

"Aku tahu kau bohong, jujur saja. Atau kau keluar"

"Jadi begini none, saya...suka sama none" ujar Bima ragu "Saya tidak suka none dekat-dekat dengan Arka"

"Bima, aku tidak terfikir untuk berhubungan seperti itu. Aku anggap kau dan Arka itu sama. Jadi tidak perlu berlebihan Bima"

"Tapi none, cinta saya tulus. Saya sangat mencintai none"

"Cukup Bima!" tegas Bianca "Jika kau tidak sopan seperti ini, lebih baik aku kembali dan melupakan semua yang telah terjadi"

Bima keluar dari kamar Bianca dengan perasaan yang kecewa. Pikirnya jika Bianca memiliki perasaan yang sama dengannya.

Bianca sendiri tidak menyangka, hanya karna sebuah rasa semua berubah. Dari tanggung jawab melindungi, menjadi ingin memiliki. Bianca membenci hubungan seperti ini.

.

.

.

Esoknya

Bianca mendiamkan Bima selama berangkat sekolah. Bahkan di kelas pun Bianca juga mendiamkan Arka. Dalam keadaan hening Rossa datang membuat keributan.

"Kenapa nih? pasti ini gara-gara Bianca" ledek Rossa.

"Jangan ikut campur deh, Ros. Kamu itu gak tahu masalahnya apa. Jadi lebih baik kamu diam saja" ujar Desy.

"Kamu yang diam, kamu itu siapa?" sahut ketus Kiky.

"Bianca dipanggil bu Leny ke ruang guru" ujar Rey anak kelas sebelah, yang tiba-tiba datang.

"Ya aku akan datang"

"Hahaha...babu tetap saja babu" ledek Rossa

Tanpa menghiraukan perkataan Rossa, Bianca pergi ke ruang guru. Dengan rasa penasaran, sebab tak biasanya bu Leny yang memanggilnya.

Didalam bu Leny membawa Bianca keluar dengan beberapa guru. Ada bu Iren guru bahasa, bu Maya guru tata boga, dan bu Novi guru komputer. Mereka pergi mengendarai mobil bu Leny.

Bianca duduk di depan dengan bu Leny, ia pun tak tahu mau di bawa ke mana.

"Bu Leny, kita mau kemana ya?" tanya Bianca.

"Apa kamu tidak di hubungi bu Intan?" tanya bu Maya.

"Tidak bu"

"Bu Intan di rawat, jadi kita akan jenguk dia" ujar bu Leny.

Pasti gara-gara makan seafood kemarin..gumam Bianca.

"Apa tidak ada tanda-tanda sakit kemarin?" tanya bu Iren.

"Tidak tahu mbk, kan yang dekat dengan bu Intan mbk Leny" ujar bu Novi.

"Tidak ada tanda apapun bu, tapi mungkin prediksian saya kalo bu Intan ke racunan" ujar Bianca.

"Ya kata dokternya seperti itu, bagaimana kau tau?" ujar bu Leny.

"Karna kemarin...tidak apa" Bianca kembali menyembunyikan kejadian kemarin.

"Kemarin kenapa nak Bianca?" tanya bu Iren.

"Nanti bu Iren akan tahu" sahut Bianca.

Sampai di rumah sakit Adhmaja, Bianca menyiapkan strategi bila ada yang mengenalinya. Bu leny menggandeng tangan Bianca ke ruang rawat bu Intan. Di sana bu Intan sediri, Bianca tidak melihat suaminya bu Intan.

"Dek suamimu gak jaga?" tanya bu Maya.

"Dia masih keluar tadi" ujar bu Intan.

Bianca berdiri disamping bu Intan, ia mengusap tangannya.

"Bu, semoga cepat sembuh. Anda tahu, aku merasa ada rasa takut di sini" ujar Bianca.

"Jangan takut Bianca, gurumu itu kuat. Pasti baik-baik saja" ujar bu Iren.

"Bukan saya yang takut bu, tapi jiwa seseorang. Entah siapa itu" ujar Bianca.

bu Intan tersindir atas perkataan Bianca, ia terdiam. Suami bu Intan datang dengan wajah dingin menatap tajam ke arah Bianca.

"Pak Rangga" sapa bu Maya.

"Iya bu" balas dingin pak Rangga.

"Duduk bu, nanti capek berdiri terus" pinta bu Intan.

"Iya dek" ujar bu Leny berjalan duduk ke sofa dekat pintu.

"Jadi kamu Binca, yang buat calon anakku dalam bahaya" ujar sinis pak Rangga.

"Ya, tapi keadaan ini bukan sepenuhnya salahku" pembelaan Bianca.

Bu intan menggenggam kelingking Bianca dengan keras.

"Bagaimana kau bisa bilang seperti itu?" ujar pak Rangga.

"Jika anda tidak sibuk atas diri anda, pasti anda tahu jika istri anda sedang mengidam" ujar Bianca dengan tegas.

"Rendahkan suaramu, apa kau tidak di ajarkan sopan santun oleh orang tuamu" ujar Rangga.

"Menegaskan dengan meninggikan nada bicara itu berbeda tuan. Jika anda menganggap itu sama, itu bukan urusan saya" ujar Bianca menahan diri.

Terpopuler

Comments

triana 13

triana 13

lanjut

2021-08-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!