"bisa di jelaskan.? " tanya arga yang duduk di meja makan
caca melihat binggung ke arah arga " yang kemari ca" caca mendengus kesal
setelah putri pulang kemarin arga langsung masuk ke dalam kamar bahkan malam pun arga tidak keluar baru pagi ini arga keluar
"kemaren dia sendiri yang ber asumsi bahwa gue maudi dan langsung ngajak gue ngomong " sahut caca
arga melihat caca " kenapa ngak jelasin aja terus terang kamu siapa biar dia ngak salah paham " caca sebenarnya kesal cuma masalah ini aja arga ribetnya mintak ampun
"penting banget ya ga .? " tanya caca yang malah medapat tatapan tajam dari arga
"kamu itu istri saya ca bukan adik saya" caca senang mendengar arga mengucapkan itu berarti arga benar benar mencoba memperbaiki pernikannya
"iya iya nanti kalau putri ke sini gue bilang" sahut caca
"bukan masalah bilang atau ngak nya cuma kamu itu ngak jujur ca "
"ya tinggal jujur aja nanti ga susah amat"
arga melihat caca " kamu mengangap saya suami kamu kan.? " tanya arga
"ga plis deh jangan bikin mud gue ancur cuma masalah ini doank loe uring uringan " sahut caca dengan kesal lalu pergi
sedangkan arga hanya diam arga tidak tau kanapa ia begitu kesal ketika caca tidak jujur siapa dirinya sebenarnya, apa caca memang tidak mengakui arga sebagai suaminya..
.
.
caca yang kesal memutuskan ke kampus dengan menaiki ojek berharap setibanya di kampus ia dapat melupakan masalahnya dengan arga
"makasih mas" caca melangkah masuk ke dalam kampus yang hanya tinggal hitungan bulan ia tempati
"ca caca" pangilang dari arah gerbang membuat caca berbalik
irene dengan cepat melangkahkan kaki menuju caca " buru buru amat" sahut caca yang melihat irene
nafas irene ngos ngosan " tumben ngapain ke kampus.? bimbingan ya.? " tanya caca pada irene
irene mengeleng " laporan pengajuan gue kemaren masih ada yang kurang gue kesini mau ke perpus bentar" caca menganguk
keduanya menuju kantin tempat biasanya mereka berkumpul sebelum masuk ke kelas " ca loe ngak papa.? " pertanyaan irene membuat caca menghentikan langkahnya
"maksudnya.? emang gue kenapa.? gue baik ren"
"bukan itu ca masalah WA gue kemaren
? " caca tersenyum
"makasih atas perhatian loe gue baik baik aja ok" caca tersenyum namun irene menunduk membuat caca binggung
"sorry ca karna gue loe jadi ngejauh dari dia karna gue loe... "
"sssssttt... denger loe sahabat, dan sodara bagi gue dan bara cuma orang asing gue bersyukur pada saat itu gue milih loe bukan dia " walaupun karna bara hati gue mati sambung caca
irene menatap caca tersenyum "makasih ca "
caca menganguk "gimana loe sama doni.? "
irene memainkan jarinya " loe kan tau sebesar apa cinta gue sama dia ngak akan merubah keadaan " caca menatap prihatin sahabatnya
"gue kadang mikir kenapa harus doni kenapa ngak yang satu iman sama gue tapi hati gue ngak bisa"
caca memeluk irene memberi semangat kepada temannya ini
"ehmm pagi pagi udah romantis ya" sahut sela dan Kayla yang datang membuat caca dan irene melepaskan pelukanya
"kenapa loe mewek " kayla menatap heran ke irene
"biasa neng masalah hati" sahut sela enteng "tapi gue rasa setelah tau kabar dari gue pasti irene klepek-klepek" ucap sela lagi
sedangkan irene Kayla dan caca menatap binggung sela " kabar apaan.? " tanya caca
"doni ke Bandung nemuin kedua orang tua irene" sahut sela yang membuat ketiga cewek itu masih gagal faham
"ngapain doni ke Bandung.? buat ngelamar irene.? " tanya Kayla yang di anguki sela
wajah binggung ketiganya langsung cerah seketika " aahh irene " caca memeluk irene dengan senang " tapi apa kedua orang tua irene dan doni setuju. ? " tanya Kayla lagi
karna yang mereka tau doni dan irene itu berbeda keyakinan irene islam dan doni Kristen
"gue masuk islam" sahut suara dari belakang mereka
ke empat cewek itu menunjukan berbagai ekspresi senang binggung dan sedih
"kenapa.? " tanya doni yang memilih duduk di depan irene
irene menatap doni " kenapa loe pindah.? gimana kedua orang tua loe.? " tanya irene
doni tersenyum " semenjak temenan ama kalian gue banyak berubah bahkan kedua orang tua gue seneng karna gue ngak ke club ngak balapan ngak kemana mana selalu pokus sama prusahaan papa dan beberapa bulan ini gue sama keluarga dapat hidayah dari seseorang sehingga gue dan keluarga benar benar mendalami islam hingga akhirnya memutuskan masuk islam "
"jadi bukan karna irene.? " tanya Kayla dan doni langsung mengeleng
"gue masuk islam karna merasa nyaman bukan karna irene " doni menatap irene
" tapi irene menjadi bonus buat gue" sahutnya dengan senyum
sedangkan caca Kayla dan sela sudah saling peluk "sosweet" ketiganya kompak mengoda doni dan irene
arga melangkahkan kakinya menuju ruangan melepas lelah setelah mengajar
arga membuat kopi namun suara ketukan membuatnya berbalik
mis emma melangkahkan kaki dengan senyum "pak arga ini daftar siswa yang akan sidang gelombang satu" arga mengambil map itu lalu membacanya
"emm pak arga malam ini ada acara ngak.? " pertanyaan mis emma membuat arga melihatnya
"malam ini acara pertunangan sepupu saya kalau pak arga tidak keberatan saya mau mengajak pak arga" arga hanya diam lalu menuju mejanya
"maaf mis saya ngak bisa" sahut arga yang membuat mis emma tersenyum kecut
mis emma menganguk " baikla saya permisi" arga tak memperdulikan teman kantornya itu pergi seolah tidak ada apa apa
"tok.. tok.. tok... ketukan kembali di pintu membuat arga menghelai napas " masuk"
caca langsung duduk tampa di suru arga sedangkan arga mengeleng melihat kelakuan caca
"kenapa.?" tanya caca binggung
"kok saya jadi ragu kamu itu prima dona UGM" sahut arga dengan menyesal kopi yang sudah dingin
caca melengos kesal " kaki gue tu sakit mangkanya gue mau duduk" arga melihat caca memijat mata kakinya yang biru
"kaki kamu kanapa.?" tanya arga dengan melihat kaki caca yang membiru
dengan cepat caca merapikan roknya ketika arga jongkok di depannya " saya ngak minat " sahut arga
caca mendengus " ngak minat coba kalau dah liat nyosor juga" ejek caca sedangkan arga ngak ambil pusing
caca meringis ketika arga memijat kakinya " ini kenapa.?" tanya arga lagi
"buru buru naik tangga tadi " sahut caca dengan meringis
"lagian ke kampus pakai sepatu kayak gini " caca menatap kesal ke arah arga
"dari dulu juga gue pakai hels (maaf gue ngak tau tulisannya) " caca memang memakai hels tapi bukan yang tinggi paling tinggi yang caca pakai itu 3cm itu pun kalau pas pengujian sidang
"sakit ih pelan pelan ga " caca terus meringis ketika tanggan arga masih asik dengan kakinya
arga meletakan kaki caca dengan pelan lalu mengambil hels caca membawanya ke balik meja "mau di apain.? " tanya caca
"ni pakai " arga meletakan sendal di hadapan caca
caca memakai sendal jepit itu " masak iya gue di kampus pakek sendal ini " sahut caca kesal bukan masalah sendalnya tapi masalah ukuran sendalnya yang masih bisa menanampung satu kaki lagi
arga tak memperdulikan ocehan caca masih asik mengutak atik leptop
caca merasa ingat tujuannya kesini " oya ga mama tadi nelpon 3 hari lagi pernikahan mba lisa "
arga melihat caca " sudah izin ke rektor.? " caca mengeleng
"kan 3 hari lagi nikahnya besok lusa masih bisa " sahut caca arga menganguk
caca melihat hpnya lalu melihat ke arga "ga kita gimana " tanyaan caca dengan kawatir "mama linda sama papa Ardi mau pulang ke Jakarta" sambung caca lagi
arga meletakkan leptop nya di meja " pulang ca "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
мєσωzα
uuuuh.. Alhamdulillah.. 🥺
ikut seneng bacanya don 🥺🥰
2022-09-22
0
мєσωzα
ya kenapa gak kamu aja yg jelasin ke putri kalau caca itu istri kamu ga🙄
2022-09-22
0