Di kediaman Ghazel, seorang wanita sedang berkeliling sibuk mencari mencari putranya, perasaan khawatir menghantui perasaannya, pasalnya sejak tadi ia belum melihat matang hidung putranya.
"Bibi jen, apakah bibi melihat dimana El?," Zahra mengampiri bibi jen, yang sedang bersantai diteras belangkang meminum tehnya.
"Mana saya tau, anak sendiri nanya keorang," jawab bibi jen cuek, bahkan untuk melihat kearah Zahra saja tidak.
"Mmm.., terima kasih bibi jen, kalau begitu saya permisi dulu," ucap Zahra, langsung pergi meninggalkan ibu angkat dari suaminya itu.
"Ck!, dasar menganggu saja, jika bukan karna Ghazel dia pasti sudah menjadi janda yang terlantarkan!," sinis bibi Jen, tidak suka terhadap Zahra.
...««...
Sedangkan dikamar Naysa, seorang anak kecil sedang asik bermain, dan mengobrol dengan Naysa.
"Mama Nay, mama kapan kasih El adik kecil?," tanya El dengan polosnya, Naysa sedikit tersentak mendengar pertanyaan dari El, ia hanya tersenyum.
"Mmm, El berdoa saja ya, semoga mama Nay, cepat kasih El adik oke," ujar Naysa, sambil memainkan rambut anak tirinya itu.
"Iya mama Nay, nanti kalau El punya Dik kecil, mama masih cayang El kan?," tanya El, menatap lekat Naysa.
"Masih dong, kan El anak pertama mama," jawab Naysa tersenyum.
Cup..
"El cayang mama nay," ucap El sambil mencium pipi Naysa berulang kali.
"Mama jugak cayang El," balas Naysa sambil memeluk gemas El.
Zahra masih berkeliling mencari putra kecilnya.
saat berpapasan dengan salah satu pelayan, Zahra langsung menghentikan pelayan tersebut," Bibi Minah apa bibi ada melihat El?," tanya Zahra, dengan raut khawatirnya.
"Tadi saya mendengar suara tuan muda, berada dikamar nyonya Naysa, nyonya," jawab bibi Minah.
Zahra merasa lega seketika saat mendengar ucapan dari bi Minah, "Oh.Terima kasih bi," ucap Zahra tersenyum lega, dan ia langsung bergegas menuju kamar Naysa.
Benar kata bi Minah, jika El berada di kamar Naysa, dari luar saja sudah terdengar gelak tawanya yang sedang bersendau gurau bersama Naysa.
Tok.. tok..
"Masuk!," Kata Naysa, saat mendengar ketukan pintu dari luar.
"Assalamualaikum," salam Zahra, membuka pintu kamar Naysa.
"Walaikumussalam, oh mba Zahra!, ada apa mba?," tanya Naysa langsung berdiri menghampiri Zahra.
"Bunna!," teriak El, berlari kearah Zahra. Zahra langsung berjongkok menyamakan tingginya dengan sang putra dan mengendongnya.
"Engak ada apa-apa kok Nay, mba cuman mau lihat El aja, mba kira El kemana taunya udah di sini, mba sangat khawatir," ucap Zahra, tersenyum kearah Naysa.
"Iya mba, maaf ya, Nay engak kasih tau dulu, tadi nay ketemu El di bawah yaudah Nay bawa aja di kamar Nay," jelas Naysa pada Zahra.
"Iya, ngak apa-apa, Syukur dia sama kamu Nay, mba tadi udah khawatir banget, takut dia kenapa-napa," balas Zahra.
"Iya mba, aku tau, disini juga pengawal Ghazel banyak jadi, El ngak akan bisa kemana-mana," ujar Naysa.
Zahra tersenyum, benar kata Naysa di sini pengawal Ghazel sangat banyak, bahkan seluruh halaman rumah dan sekitarnya ada penjaga, membuat siapa saja tidak akan berani mendekati kediaman seorang Ghazel.
Bahkan untuk masuk ke wilayah rumahnya saja harus mengunakan identitas yang lengkap, sedangkan untuk yang berkerja dengannya harus mengunakan kartu card yang khusus di buat untuk perkerja pelayan maupun pengawal.
dengan itu mereka bisa masuk, dan tentu saja mereka juga di berikan fasilitas yang lumayan sabagai bentuk modus kerja mereka.
"Bunna El ngatuk," renggek El di pelukan Bundanya.
Zahra tersenyum, "Baiklah, boy saatnya kita tidur siang, Nay mba permisi dulu, mau nidurin El, Assalamualaikum" ucap Zahra.
"Walaikumussalam," balas Naysa tersenyum, melihat Zahra dan El pergi, pintu tertutup tinggal lah dia sendiri, ia membayangkan seadainya dia juga memiliki anak pasti ia sangat bahagia, tapi sayangnya tuhan belum juga memberinya kepercayaan untuk memikul amanah tersebut.
dan Ghazel juga tidak mempermasalahkannya, tapi entahlah Naysa tak bisa menebak pikiran orang apalagi Ghazel, Naysa tau pasti jauh didalam lubuk hati suaminya itu menginginkan anak dari darah dagingnya sendiri.
...«««...
"Ma!," teriak orang tersebut saat memasuki rumah, sampai-sampai suaranya mengema di seluruh rumahnya.
"Ada apa!, kau seperti anak kecil datang-datang langsung teriak!," marah wanita itu.
"Sampai kapan aku menjadi bawahan Ghazel sialan itu?," teriaknya lagi, bahkan ia tidak segan-segan memecahkan barang yang ada didepanya.
"Yak!, itu Vas kesayanganku!," amuk wanita itu, "Bersabarlah, tak bisakah kau bersabar?," tanya wanita itu dengan kesal.
"Sabar!, sabar mama bilang!, sampai kapan?, sampai Torra mati!," jawab pria yang bernama Tora tersebut dengan emosi.
"Torra!, jaga ucapan mu!," bentak sang mama.
Tora Wijaya, Putra tunggal Jena Audewi, atau bibi jen. yang merupakan ibu angkat Ghazel, dan secara tak langsung Tora pun menjadi kakak angkat Ghazel karna usianya yang terpaut dua tahun dari Ghazel. Dan dia pun diangkat menjadi Manejer diperusahan Ghazel, yang cabang keduanya, hal itu membuat Tora tidak terima akan jabatan yang diberikan Ghazel, merasa iri dan serakah, membuat ia memiliki niatan untuk merampas semua yang ada pada Ghazel.
Tora menginginkan jabatan yang jauh lebih tinggi karna ia berpikir dia adalah kakak Ghazel, tapi Ghazel memiliki kualitas sendiri dalam memilih rekan, menjadikan seorang karyawan bukan karna latar belakang keluarga, tapi dari potensi, dan kemampuan yang dimiliki orang tersebut, dan alasan kenapa Ghazel, tidak menjadikan Tora CEO di perusahaannya, karna kemampuan memimpin Tora sangat kurang, terlebih ia sangat mudah emosian.
Ghazel tak ingin karna Tora, para Karyawan dan kliennya merasa tidak betah.
"Sampai kapan kita selalu berada dibawahnya ma?," keluh Torra, sambil memdudukan dirinya, dengan napas yang masih memburu emosi.
"Jika ingin berhasil kau harus, menyusun strategi yang matang bukan?," ucap Jen pada putranya.
"Strategi-srategi!, tapi kapan geraknya?," tanya Torra marah, mamanya sangat lelet pikirnya.
"Saat ini, salah satu rencana mama sedang bergerak," seringai Jen.
"Sayang!, kapan kau kembali?, dan kenapa rumah kita seperti kapal pecah?," tanya orang tersebut heran.
"Kau, dari mana saja Tia?," tanya Tora pada istrinya.
"Shoping! apalagi, ada tas pengeluaran baru, dan tentu aku harus membelinya," jawab Tia tersenyum, mendudukan dirinya kesamping Torra.
"Kau kenapa?," tanya tia saat melihat raut wajah Tora seperti habis bertengakar.
Torra menghela napas kasar, "tidak kenapa-napa," jawab Tora.
"Ohh ya, tadi papa ku menelpon menanyakan mu," ucap Tia sambil membongkar isi belanjaannya.
"Papamu?," tanya Jen.
"Iya ma, papa menanyakan, apakah Torra bisa mempimpin perusahannya yang di Bandung?, karna tidak ada yang mengurusnya, dan Tora juga sangat susah dihubungi," keluh Tia.
"Aish.., aku ingin menjadi pempin di GRE, bukan perusahaan kecil milik papa mu itu!," ucap Tora.
"Perusahaan Properti kayu kau katakan kecil?, wow!, Tora kau sangat serakah!, disana kau jadi pemimpin!, sedangkan di perusahan kak Ghazel, kau jadi kacung!," marah Tia, tak terima perusahaan papa nya di hina.
"Kau!" geram Torra lagi.
"Apa!, mau memukulku?, pukul!," Bentak Tia menatap tajam Tora.
"Asal kamu tau, perusahaaan papa ku jauh lebih baik dari pada pangkat rendahan yang kau dapat dari kak Ghazel, kau seharusnya beruntung!, setidaknya masih ada yang percaya dengan kemampuan tak seberapamu itu!, dan perusahann kecil papa ku itulah, sampai sekarang yang menjamin kebutuhanku, sedangkan kau?, bahkan membeli tasku saya tidak mampu!, dan kau hanya bisa korupsi!, aku penasaran bagaimana reaksi Ghazel jika tau!," ucap Tia marah dan meremehkan, Tia pun langsung pergi meninggalkan rumahnya, tak lupa ia membawa barang belajaannya.
"Sial!," teriak Tora, "Mama liat?, bahkan aku diremehkan oleh wanita itu!."
"Wanita itu benar-benar kurang ajar!," geram Jen.
...«««...
"Apa kau, melihat laki-laki tegap dan tampan, dengan setelan jass berwarna Nevvy di sekitar sini?," Tanya Han pada penjaga disana.
"Oh, tadi kami melihatnya pergi kearah sana," tunjuk penjaga tersebut.
"Terima kasih," ucap Han, sambil berlari kemobil mereka.
"Semuanya bersiap!"
...«««...
"Wow!, Airyn kau sudah punya pawang sekarang, ciee," goda Tamara dengan menyengol-yengol lengan Airyn. dan Airyn hanya tersenyum malu.
"Kak tama kapan?," tanya Indah, dengan nada mengejek.
"Tadi aku sudah bertemu, doakan kami berjodoh" kekeh Tamara.
"Pria yang gagah dan tampan tadi?," tanya Indah antusias.
"Yups!,"
"wah!, kak tamara keren, puji Indah.
"Emang kak indah lihat?," tanya Aurel menoleh kearah indah.
"Iya dong, ganteng BANGET!," ucap Indah,
"Masih kecil kamu ndah, udah tau-tau aja," ucap Airyn sambil menjintak kepala indah.
"Aww!, kak Ryn!, indah udah kuliah sorry!," balas Indah, tak terima dikatakan masih kecil.
"Tetap aja!, jangan macem-macem kamu," pelotot Airyn, Indah hanya cemberut.
...«««...
Di gudang kosong, tampak kumuh, dan tidak berpenghuni tersebut, ada seseorang yang pingsan tak sadarkan diri, dengan posisi tangan terikat oleh tali.
"Bangunkan dia!," titah orang itu.
"baik boss"
byurrrrr..!!, mereka menyiramkan air tepat di wajah Ghazel. dan membuat Ghazel tersentak kaget, ia membuka matanya perlahan, karna kepalanya masih pusing.
"Hai,Tuan Ghazel!," sapa orang tersebut dengan senyuman.
"Kau!," umpat Ghazel menatap tajam pria tadi.
"Aura seorang Ghazel sangat mengerikan" bisik bawahan orang tersebut.
"Bagaimana tuan Ghazel?, masih pusing?," tanyanya lagi.
"Sialan kau putra!, apa maumu?," ucap Ghazel dengan suara beratnya.
"Kau, MATI," tawa putra mengema.
"Ck!, mimpimu terlalu tinggi," ucap Ghazel meremehkan, dan berhasil menyulut emosi Putra.
"Ghazel!," teriak Martin.
"Oh, kalian bersengkokol ternyata!," ucap Ghazel, melihat mereka satu persatu dan menyeringai.
"Hahahaha, kau baru tau?," ejek putra," kau sekarag bukan apa-apa Ghazel, malam ini kau akan mati!," ucap Putra, berdiri dan-
bugh..
Ghazel terjatuh, kursi yang ia duduki terbalik, tendangan Putra berhasil membuat Ghazel jatuh.
"Gimana?, ini belum seberapa Ghazel, kau akan mederita sekarang, seorang Ghazel akan mati di tangan ku!," seringai Putra.
"Ambilkan aku dokumen itu," titah Putra pada bawahannya
"Ini boss"
"Sebelum kau mati!, akan lebih baiknya semua aset mu diurus oleh diriku, kau!, tanda tanggani dokumen ini," Putra memberikan dokomen tersebut pada Ghazel.
"dengan posisi seperti ini?, kau sangat bodoh!" ejek Ghazel.
"ck, kalian perbaiki posisi dia!," titah Putra lagi, dan dituruti oleh bawahannya. Sedangkan Martin, hanya diam memperhatikan saja.
"siap-siap keposisi!,"
"baik tuan,"
...««Bersambung»»...
**Uci Update lagi nih..
Jangan lupa; Like, komen, dan masukin keRAK kaliannya.
Note; Ratting dan views cerita ini, saya serahkan pada kalian**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Pahabol Tamina
musu banyak.dan pemeran utama wanitanya tidak jelas
2022-08-26
0
Conny Radiansyah
ternyata jahat ibu angkat Ghazel
2022-01-14
0
Nani kusmiati
asisten nya kemana itu ko bisa kecolongan, semangat author up date lagi 👍👍👍
2021-03-01
0