Sudah seminggu lebih, aku mendekam di ruangan ini, dan tua bang--maksudku, Orang Tua itu tidak juga muncul untuk menemuiku. Penjaga di depan pintu terus mengatakan, jika mereka tidak tahu kapan dia akan kembali.
Aku sampai bosan bertanya karena jawaban yang monoton itu.
Aku mulai percaya, dia memang ingin aku mati bosan secara pelan-pelan. Jika bukan karena Bee, aku pasti sudah akan mencobanya, mati maksudku.
Tapi Bee akan sangat sedih jika aku mati --bukan kepercayaan diriku yang berlebihan, tapi aku sangat yakin soal ini karena aku sangat mengenal Bee-- \, dan mengingat keadaan Bee yang sedikit 'unik'\, kehilangan diriku bisa berarti bencana.
Aku sudah menghilang selama seminggu lebih. Aku benar-benar berharap Justin akan menutupi berita hilangnya diriku dengan baik. Dan juga berharap Bee akan percaya apapun berita yang disampaikan oleh Justin.
Aku berbaring miring di ranjang dengan kasur yang sudah tak berbentuk lagi, penuh sobekan dan serpihan kayu.
Aku telah menghancurkan sebagian besar isi ruangan ini karena frustasi.
Satu-satunya barang yang masih berdiri dengan benar adalah ranjang tempatku berbaring sekarang ini. Bukannya aku tidak bisa mengangkatnya, tapi aku membayangkan tidur di lantai akan sangat tidak nyaman.
Aku beranjak dan mulai melakukan latihan rutinku setiap hari. Push up 500 kali, lebih jika aku sedang ingin. Sit up 500 kali, dan lari bolak-balik selama 1 jam. Setidaknya aku masih ingin berada dalam kondisi yang bagus jika akan bertemu orang tua itu.
Pada hari kedua setelah aku sadar, perlengkapan mandi --sabun, shampoo, odol dan sikat gigi-- di sorongkan melalui pintu tingkap kecil berjeruji. Mereka juga mengirimiku makanan dan baju ganti dengan teratur setiap hari. Makan tiga kali, sedangkan baju sekali pada sore hari.
Untuk bekas makananku dan baju kotor mereka mengambilnya lagi, jika aku menaruhnya di dekat pintu tingkap, jika tidak, mereka juga tidak memintanya. Tapi lebih sering aku menaruhnya di dekat pintu tingkap. Bau makanan busuk adalah penyiksaan dalam bentuk lain bagi hidungku yang sangat tajam.
Kurasa orang tua itu masih menginginkan aku hidup seperti manusia jika dia kembali nanti.
Sayangnya mereka tidak memberiku pisau cukur. Wajahku mulai gatal. Cambangku pasti telah tumbuh dengan liar. Aku tidak bisa melihat bagaimana keadaan wajahku, karena kamar mandi di sini, tidak dilengkapi dengan cermin.
Dengan peluh bercucuran setelah selesai melakukan latihan, aku berbaring telentang di lantai dan memandang ke atap kaca. Satu-satunya penunjuk waktu untukku bahwa hari telah berganti.
Memandangi atap kaca itu juga memberiku petunjuk bahwa aku berada dilantai bawah, karena aku bisa melihat daun dan dahan lebat melaluinya. Jika aku di lantai dua atau lebih, tidak akan ada warna selain biru langit.
Bee--------
Warna langit itu segera membawa lamunanku kembali kepadanya. Sebagian besar sumber rasa frustasi yang membuatku menghancurkan isi kamar ini adalah Bee.
Setiap aku menutup mata, wajah Bee menghampiriku tanpa jeda. Wajah penuh senyum, wajah cemberut, wajah yang penuh air mata. Silih berganti menghantuiku.
Aku tahu Bee akan sangat khawatir jika aku tak segera pergi dari tempat ini.
Aku meraih buku dan pensil --aku meminta buku dan pensil ini pada hari ketiga, aku tak yakin mereka akan memberikan, tapi ternyata mereka mengabulkannya dengan cepat-- yang tergeletak di bawah ranjang dan mulai menulis.
This loneliness unbearable
This emptiness echoing pain
Your shadow chasing me, everytime I close my eyes
Your scent catching me, in every breath I take
Your smile hunted me, in every dream I get
In a silent, I stared in to the sky
Searching for your glimpse
To ease the heart that wittered
To paint your shade that almost faded
'There will be no love song that will be born, if you don't fall in love.'
Kata-kata Justin dan Hugh kembali terngiang di telingaku saat ini. Ironis sekali memang, saat aku merasa terpuruk seperti ini, ide segar terus bermunculan di kepalaku. Seolah menunggu untuk dituliskan.
Rasa putus asa dan kerinduanku pada Bee, membuatku mengisi hampir seluruh halaman buku yang sekarang ada di tanganku dengan lagu dan syair. Yang aku yakin akan disetujui oleh Hugh untuk mengisi albumku yang berikutnya. Jika aku bisa keluar dari tempat ini tentu saja.
Tanganku juga sudah gatal ingin memainkan lagu-lagu ini, dengan piano milikku. Aku tetap melatih jariku dengan cara memainkan piano udara setiap hari. Tapi tidak ada yang mengalahkan rasa puas ketika jemariku menari diatas tuts putih hitam piano yang asli.
Keinginanku untuk mempelajari musik secara mendalam mungkin menjadi titik awal hubunganku dengan orang tua itu memburuk.
Aku mengenal piano ketika aku bersekolah di luar pack. Dan jatuh cinta, ketika mendengar musik yang dihasilkan oleh piano saat pertama kali aku mendengarnya.
Telingaku yang sangat tajam, sering membuatku sakit kepala, karena bising dan beragamnya suara yang dihasilkan dunia manusia di luar pack. Tapi suara piano membuatku seolah mendapat siraman air yang sangat sejuk, rasa damai mengalir memenuhi seluruh tubuhku.
Setelahnya, aku setengah mati bekerja keras untuk menguasainya. Hal itu kemudian ditambah fakta yang ditemukan oleh guru seni di sekolah, jika aku mempunyai suara yang ternyata sangat ----bagus. Aku tidak pernah bisa lepas dari musik setelah itu.
Musik adalah hobi yang tidak biasa bagi kaum werewolf. Kaum ini terkenal dengan temperamen kasar dan suka bertarung. Karenanya. Orang Tua itu, tidak pernah bisa mengerti bagaimana aku bisa sangat terobsesi dengannya.
Tapi bukan berarti dengan keadaanku sekarang, aku jadi tidak bisa bertarung. Aku tetap seorang werewolf.
Saat di Akademi aku bisa dengan mudah mengalahkan 5 warrior sekaligus, dan sampai sekarang, aku tetap melatih skill untuk pertarunganku dengan rutin.
Kemampuanku untuk bertarung ini juga, yang mungkin menjadi alasan para penculik yang membawaku ke sini, menggunakan cara pengecut, bukan dengan pertarungan terbuka. Mereka tahu, akan ada kemungkinan aku mengalahkan mereka semua.
Aku tidak bisa lari dari apa yang telah ditakdirkan untuk menjadi sifat dasar werewolf, yaitu suka bertarung.
Selama 8 tahun hidup sebagai manusia biasa, aku sudah mempunyai pengendalian diri yang baik, agar tidak meledak setiap saat. Dan sejujurnya, musik menjadi hal yang sangat membantu. Suara piano menenangkanku.
Tapi orang di sekelilingku, tetap mengenalku sebagai orang yang bertemperamen buruk. Aku bisa berakting ramah dan baik jika berada di depan kamera dan fans, tapi jika di belakang layar, itu lain cerita.
Aku akan bersikap sangat serius jika berhubungan dengan lagu dan musik. Sudah banyak penyanyi baru yang aku buat menangis karena sikapku yang sangat perfectionist pada saat memproduseri lagu mereka.
Heyy.. kau ingin lagu yang sempurna, tentu saja kau juga harus menyanyi dengan sempurna.
Sayangnya, telingaku sangat peka karena aku werewolf --yang tentu saja mereka tidak tahu--, jadi kesalahan sedikit saja pada saat rekaman, akan segera aku temukan.
Ini juga yang membuat Hugh sangat percaya kepadaku, dan memberi pekerjaan tambahan sebagai produser untuk banyak lagu dari labelnya. Yang berarti juga membuatku sangat sibuk, selain sebagai penyanyi, pencipta lagu dan kemudian produser.
Aku akan menagih uang lebih banyak lagi padanya jika aku bisa keluar dari sini.
Samar aku mendengar suara langkah kaki menjauh dari pintu. Saatnya pergantian giliran jaga rupanya.
Aku melirik sekelilingku dan menyadari, aku sekarang berbaring di kegelapan. Hari sudah malam.
Aku bangkit karena tubuhku mulai kaku setelah mematung dalam posisis yang sama sedari tadi, saat aku dengar lagi suara langkah kaki yang mendekat dengan lebih jelas.
Bukan penjaga, karena yang kudengar hanya satu pasang kaki yang melangkah.
Kemudian pintu tingkap itu terbuka dan nampan berisi makan malamku pun muncul. Tanpa banyak bicara aku menghampiri pintu tingkap dan meraih nampan itu.
Aku melepas nampan itu dengan kaget, saat tiba-tiba tangan yang mendorong nampan itu meraih pergelangan tanganku dan mencengkramnya erat.
"Siapa----" Pertanyaanku terputus karena aku bisa mengenali aroma yang menerobos masuk melalui celah pintu tingkap.
"Roanna............!" Tebakku dengan yakin, aku tidak mungkin salah mengenali baunya.
Tawa pelan dan datar meyakinkan aku, tangan itu memang Roan.
"Hidungmu masih luar biasa akurat, seperti dulu" ujarnya, sambil melepaskan cengkraman.
"Aku ingin menyapamu dalam keadaan yang lebih baik sebenarnya, tapi kau tahu sendiri, aku tidak bisa menemuimu secara terang-terangan. Jadi beginilah--"
Roanna adalah teman lamaku dari sebelum aku masuk akademi, seperti El. Kami menghabiskan banyak waktu bertiga.
Tapi dia tidak dikirim ke sekolah manusia sepertiku dan El, karena pengendalian dirinya yang sangat buruk. Roanna adalah siewolf*, tapi gaya bertarung dan kemampuannya hampir mendekati kami berdua, dan jelas tidak bisa dianggap enteng.
"Kau tinggal di kota bersama ayahmu sekarang?" tanyaku, karena ada aroma logam yang bercampur dengan aroma pinus segar yang biasa melekat padanya. "Ya, aku sampai disini dua hari yang lalu" jawabnya.
"Kau sudah sampai dua hari yang lalu, tetapi baru sekarang menemuiku?" tanyaku dengan kesal dan heran. Aku tidak akan bosan setengah mati jika ada yang bisa aku ajak bicara.
"Heiii----kau pikir hal yang mudah untuk bisa menyelinap kesini? Aku beruntung sedang tidak berada di dalam pack, saat Alpha Owen menyalakkan perintah yang melarang siapapun untuk menemuimu. Jika tidak, tidak mungkin juga aku berada disini sekarang" jawabnya dengan ketus.
"Senang mendengarmu masih memiliki kepribadian yang ramah seperti dulu Roan" Sindirku, dengan tawa kecut. Sifat ramah berada dalam urutan paling akhir dalam diri Roan.
"Huh.. kau juga tidak berubah, Duke. Mulutmu masih sama tajamnya dengan cakarmu"
Aku nyaris bisa membayangkan senyum miring Roan saat mengucapkannya.
"Cepatlah bertanya apapun yang ingin kau tahu, sebelum penjaga berikutnya datang" katanya lagi, dengan nada sedikit tegang. Waktu kami memang tidak banyak.
"Bagaimana caraku keluar dari sini?" tanyaku dengan cepat.
"Kecuali itu, bodoh!!!! Jika untuk menemuimu saja membutuhkan waktu 2 hari, kau pikir aku bisa membantumu kabur dari sini?" ucapnya dengan kejam.
"Kau bilang apa saja" gerutuku dengan kesal.
"Cepatlah!!" ulangnya dengan tergesa. "Bagaimana keadaan El?" tanyaku.
"Dia baik-baik saja, kembali ke rumah lamanya di bagian selatan pack, selain itu tak tahu. Ayahku melarang untuk menemuinya, agar tidak terlalu menarik perhatian" jawab Roan dengan cepat.
"Apa?? Dia tidak di hukum?" kataku dengan kaget. Aku senang El tidak dihukum, tapi ini berita yang cukup mengejutkan.
"Ck.. tentu saja tidak!" decak Roan dengan tak sabar.
"Kalian tidak pernah dinyatakan kabur secara resmi. Alpha Owen dulu mengumumkan, jika kau dan El, pergi keluar pack atas perintahnya. Dan tidak mungkin Alpha akan memutus ikatan pack ini denganmu bukan? Kau pasti akan tahu, jika memang Alpha sudah memutuskan ikatan pack ini denganmu, Duke" lanjut Roan, dengan suara yang lebih kencang karena kesal.
F*ck... !!! aku mengumpat kencang dalam hati.
Pantas saja selama 8 tahun ini, tidak ada yang mencari ataupun memburuku, Orang Tua itu tidak pernah melepaskan aku dari genggamannya ternyata.
Jadi semua ramuan penghilang aroma yang aku minum dulu, adalah perbuatan yang percuma. Aku tidak perlu menyembunyikan diri, karena memang tidak akan ada yang mencariku.
Tapi Roan benar, ikatan werewolf dengan sebuah pack memang hanya bisa di putus oleh Alpha.
Bahkan jika Alpha pack meninggal, ikatan dengan pack itu tak akan putus, karena sudah pasti akan ada Alpha yang menggantinya.
Dan selama ini, tidak ada satupun werewolf yang bisa menjelaskan bagaimana rasanya jika ikatan itu terputus. Karena bisa dipastikan tidak akan ada yang mau mendengarnya.
Sebenarnya aku juga tidak tahu apakah ikatanku dengan pack ini bisa terputus atau tidak, karena aku lahir sebagai keturunan pack ini.
Aku hanya tahu pemutusan hubungan ini bisa terjadi pada Stray*\, karena mereka adalah pendatang. Jika Alpha memutuskan untuk mengusirnya\, maka dia akan menghapus insignia* yang diberikan\, sehingga dia kembali menjadi Stray.
Werewolf yang lahir dari di dalam pack tidak membutuhkan insignia, darah kami akan otomatis membawa aroma pack. Tadinya aku berharap, bisa lari dari darah Blackmoon yang mengalir di tubuhku saat itu, tapi aku rasa itu mustahil.
Saat aku pergi dari pack ini, rasa marahku pada Orang Tua itu menutup emosi apapun yang mungkin bisa kurasakan.
Aku mengharap orang tua itu akan memutuskan ikatanku dengan pack, setelah kepergianku. Karena aku jelas-jelas mengatakan padanya, jika aku tidak ingin kembali lagi ke sini. Tapi aku terlalu banyak berharap padanya.
"Aku senang El baik-baik saja" Setidaknya salah satu kekhawatiranku sudah hilang.
"Kau memilihnya untuk pergi bersamamu Duke. Kau adalah Scion di pack ini. Dengan perginya kau dan El keluar dari pack karena 'tugas' dari Alpha, itu sama saja memberi pengumuman pada semua orang, jika El adalah calon Beta. Werewolf paling bodoh di pack inipun tidak akan berani mengganggunya"
Aku mengabaikan sebutan itu hanya karena Roan yang mengatakannya.
"Dan kau ***HANYA ** *membawa El" Aku merasakan amarah yang dilontarkan Roan pada penekanan kata itu.
"Kau marah karena aku tidak membawamu ketika pergi dari sini?"
Hanya desisan kasar yang aku dengar sebagai jawaban atas pertanyaan itu.
"Kau tahu aku tidak bisa membawamu, Roan. Aku tidak bisa membuat ayahmu bersedih kembali. Dia telah kehilangan Ibumu. Bagaimana bisa aku membuatnya kehilangan satu-satunya anaknya?"
Aku menghela nafas panjang dan berat.
Roan dan El adalah temanku. Mereka sudah seperti tangan kanan dan kiriku. El dengan strategi dan nasehat-nasehatnya, Roan dengan semangatnya. Meninggalkan salah satu dari mereka juga berat untukku.
"Kapan orang tua itu akan kembali?" tanyaku lagi.
"Besok, ayahku akan bertemu dengan Alpha untuk membahas tentang masalah di Monath sebelum pergi. Mereka sudah bertemu beberapa hari yang lalu, tapi ada masalah yang tertinggal, karena itu ayahku kembali ke pack"
Uncle Rex --ayah Roanna-- adalah ga---salah satu orang kepercayaan orang tua itu selain uncle Egon. Dia yang bertanggung jawab atas semua urusan perusahaan, karena itulah dia banyak menghabiskan waktu di luar pack.
Monath Corp yang dikelola oleh Uncle Rex, sebenarnya milik Al---mmmm, Orang Tua itu. Tetapi seluruh profitnya digunakan untuk kesejahteraan pack.
Dibawah pimpinan Orang Tua itu, pack ini mengalami kemajuan pesat.
Bisa dibilang pack Blackmoon adalah yang terbesar di dataran Amerika. Karena selain wilayah yang luas, pack ini juga memiliki fasilitas lengkap, hampir seperti negara sendiri. Tidak pelak, pack ini selalu menjadi tujuan para Stray, bukan untuk menyerang tetapi untuk berlindung.
Dengan kemajuan populasi dan teknologi manusia yang semakin pesat, kaum werewolf mau tidak mau, juga mengikutinya.
Aku memberi apresiasi untuk langkahnya ketika membangun perusahaan. Tanpa itu, pack ini mungkin sudah tamat.
"Orang Tua itu membiarkan aku menunggu selama seminggu lebih di ruangan ini, aku sudah hampir gila memikirkan tumpukan pekerjaanku yang telah aku tinggalkan selama seminggu"
Dan juga Bee, tambahku dalam hati
Aku belum ingin memberi tahu Roan tentang Bee. Roan memang tak akan mengkhianatiku, tapi saat dia emosi, mulutnya akan mengeluarkan apa saja yang sedang ada di pikirannya, tanpa disaring. Aku akan mengatakan padanya soal Bee nanti, jika keadaanku sudah lebih baik.
"Heeh? Apa maksudmu dengan seminggu?" tanya Roan, dengan nada aneh.
"Aku sudah berada disini selama seminggu lebih Roan, bukan 2 hari" jelasku, mungkin dia tidak tahu karena baru saja datang 2 hari yang lalu.
"Idiot..!! kau sudah berada di pack ini selama hampir sebulan" Suara Roan yang penuh dengan nada prihatin menyengatku dengan kuat.
"A..pa maksudmu? satu bulan lebih? Tidak mungkin!!... Aku sadar baru sekitar seminggu yang lalu" kataku dengan tergagap.
"Ya memang, tapi kau ada di pack ini sejak sebulan yang lalu. Uncle Egon yang mengatakannya padaku. Orang yang menculikmu melakukan kesalahan saat menakar obat bius yang diberikan padamu. Mereka sangat takut, kau akan sadar sebelum sampai di pack. Mereka terus memberi tambahan obat selama di penerbangan. Jika kau bukan werewolf, sudah pasti kau akan mati karena over dosis" Jelas Roan dengan panjang lebar.
Mereka membuatku pingsan selama berminggu-minggu? Berapa banyak obat bius yang diberikan mereka padaku?
Obat bius akan lebih cepat hilang efeknya jika diberikan kepada werewolf, dan proses itu masih membutuhkan waktu tiga minggu?
Aku tidak akan heran, jika mereka ternyata menghabiskan seluruh stock obat bius di rumah sakit karenanya.
Bee...??
Aku sudah pergi selama kurang lebih satu bulan? Bagaimana dengan Bee? Rasa panik sekarang menyerangku dengan nyata. Nafasku memburu seiring detak jantungku yang juga terpacu.
"Aku harus keluar dari sini" kataku pada Roan.
"Are you nut? Kau tidak akan bisa pergi dari sini meski kau ingin. Alpha Owen tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja Duke, dia sudah...." Suara Roan terputus dengan tiba-tiba.
"Mereka datang, aku harus pergi sekarang" bisik Roan dengan suara nyaris tak terdengar. Aromanya perlahan mulai kabur pertanda dia telah pergi menjauh.
Beberapa menit kemudian, suara dua pasang kaki mendekat ke pintuku. Penjaga untuk shift berikutnya datang.
Aku berjalan menjauhi pintu itu dengan limbung. Kakiku bahkan tak sanggup mencapai ranjang yang menjadi tujuanku.
Aku sudah membiarkan Bee menunggu selama 1 bulan tanpa kabar.
Ini bencana!!! Aku harus mencari cara untuk menghubungi Bee secepatnya. Ini bencana!!!
Rasa sesal menggulung semua emosi yang mendiami hatiku. Aku berharap Bee akan baik-baik saja ketika aku nanti kembali.
Aku benar-benar menyesal karena telah membuat Bee mengalami hal ini.
Tanpa berpikir panjang, aku meraih ranjang di depanku dan menghempaskannya ke dinding hingga hancur. Aku tidak tahu lagi harus melakukan apa agar rasa yang menyakitkan ini hilang.
Maafkan aku Bee..
*Stray : werewolf liar tanpa pack
*Scion : Son of Alpha
*Beta : Jabatan kedua terpenting dalam pack, setelah Alpha
*Siewolf : Female werewolf
*Insignia : Penanda pack.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Luzi
bagus juga ceritanya,,,
2022-10-14
0
Anggraina Puspitasari
Kak Ai...AQ mengikuti mu sampai sini hehehe...always nice story 😍😍
2021-12-19
0